"Cici mukanya kayak penggorengan." Kata Chen Le asal saat ngeliat gue mijet-mijet muka pake face oil.
"Ya beda dong! Ini minyaknya bukan buat goreng!"
"Kan sama-sama minyak, bisa buat goreng."
Gue mengambil nafas dalam sebelum menjelaskan, "Ini face oil untuk kecantikan kulit, kalau kamu goreng pake ini, mati kamu."
"Jadi mau kentang goreng."
Hhhhh percuma jelasin ke Chen Le juga, otak dia isinya makanan semua.
Dia suka pengen tau kalau gue sedang mempercantik diri. Nanya ini itu meski gak ngerti, ujung-ujungnya ikut-ikutan. Kayak sekarang dia pake masker yang gambar binatang.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Chen Le jadi Kokoh." Rusa memang nama panggilan buat Koh Lu Han.
Chen Le sibuk berkaca lewat hpnya di tempat tidur gue dan gue sibuk memijit-mijit muka gue di meja rias. Gue jarang perawatan sampe pijit-pijit muka pake face oil, biasanya kalau ada acara-acara penting aja, seperti besok yang sebenernya gak penting tapi gue rasa penting.
Suara ring tone hp sejuta umat--termasuk gue membuyarkan konsentrasi gue memijat-mijat. Secepat kilat gue bangun dari meja rias buat ngambil hp gue di kasur tapi apa daya, Chen Le yang berada di samping hp gue telah mengambil hp gue duluan.
"Cici lanjutin aja urusan Cici. Ini kesayangan Chen Le." Kata anak itu sambil menjawab panggilan masuk. Ih, padahal itu hp Cicinya.
"Bao beiiiii*~"
Bener kan dia yang telepon.
Gue mencoba mengambil hp gue tapi Chen Le malah berguling-guling menghindari gue.
"Lagi maskeran sama Cici."
"Makanya sini kalau mau dimaskerin sama Cici."
"HA?" Teriak Chen Le kaget sampai dia bangun dari posisi tidurannya.
Chen Le ngeliatin gue dengan tampang meledek, senyumnya merekah siap menertawakan gue. Dalam hitungan 3, 2, 1.
"HAHAHAHA CICI MAU NGE-DATE YA!"
Gue cuma ngeliatin Chen Le malas.
"Oh jadi gitu. Pantes sibuk banget mukanya. Dari tadi gak berenti-berenti mukanya dipoles. Sekarang dipijet-pijet, biasanya dipijet-pijet kalau ada acara spesial, ternyata acara spe--" Dengan penuh perjuangan gue berhasil nutup paksa mulut Chen Le.
"Mphhphphph" Chen Le meracau gak jelas karena mulutnya gue tutup.
"Huhhhh" Gue bernafas lega saat berhasil mengeluarkan Chen Le keluar dari kamar gue. Tidak lupa dikunci supaya lumba-lumba satu ini gak masuk lagi.
"CIE YANG BESOK MAU NGE-DATE MALEM INI JUGA TELEPONANNYA GAK MAU DIGANGGU!"
Suara Chen Le masih terdengar meski dia sekarang berada di luar kamar, bahkan sampai ke sebrang sana, karena si penelpon tertawa.