22 (END)

155 18 74
                                    

Gue gak paham sama sekali sama film yang kita tonton tadi. Sumpah. Selera gue tuh yang menye menye bukan berantem-berantem.

Guan Lin sadar gue gak puas sama apa yang kita tonton.

"Mau nonton film lain, Ci?"

"Hm? Boleh."

Kita kembali lagi mengantri tiket.

"Yang ini kan?" Tanya Guan Lin menunjuk ke layar memastikaan saat tiba giliran kita memesan.

Gue mengangguki, "eh tapi," mata gue tertuju ke satu film. Gue pengen banget nonton film ini. Film horror.

Gue bukan pemberani. Gue takut nonton horror. Nonton action aja ketakutan apalagi horror. Papi penasaran. Mumpung gue gak sendirian gue pengen coba.

"Yang ini deh." Tunjuk gue ke film horror.

Guan Lin terlihat kaget dengan pilihan film gue.

"Cici berani?"

"Nggak."

Guan Lin terlihat kaget.

Gue tau dia bukan penyuka film horror. Cenderung takut malah.

"Kenapa di tonton?"

"Penasaran aja."

Guan Lin hanya mengangguk-angguk menyetujui apa yang gue mau.

"Abis nonton film ini, kita nonton film ini." Tunjuk gue ke film romance yang Guan Lin tunjuk di awal.

"Kenapa bukan ini dulu baru ini?" Guan Lin menunjuk film romance kemudian film horror dengan bingung.

"Makanan yang manis-manis biasanya dimakan kapan? Awal, tengah, atau akhir?"

"Akhir."

Gue memberikan tatapan penuh arti.

Tak lama kemudian Guan Lin menganggung-angguk paham. Matanya menatap gue kagum.

"Cerdas banget sih."

Pujinya menepuk-nepuk kepala gue lembut, tanpa tau yang ditepuk-tepuk perasaannya udah gak karuan.

  💕 

Guan Lin memandang gue yang baru duduk di depannya. Matanya jatuh pada paper bag yang gue taro di kursi samping kita.

"Itu apa, Ci?" Tanya Guan Lin penasaran sambil masih mengunyah bebeknya.

"Sepatu Cici." Jawab gue sambil melanjutkan makan. "Maaf ya agak lama, tadi sekalian beli sendal abis dari toilet."

Gue memutuskan untuk membeli sendal karena no in hell way gue pake heels muter-muter berburu makanan di night market.

Yep, kita memutuskan sehabis makan sore, akan lanjut lagi berburu makanan di night market.

"Kenapa gak beli nanti aja? Kan belum sempet di gendong."

"Hm?" Gue memerhatikan Guan Lin yang agak menunduk. Dia mendongak membalas pandangan gue sambil masih mengunyah makanan dengan tampang polos.

Hm. Sepertinya tadi hanya perasaan gue aja. Mungkin itu suara gaib.

Dari sebelum nonton gue emang sempet berkhayal, di perjalanan kita ke night market gue mulai merasa pegel pake heels, terus seperti di cerita-cerita romantis, Guan Lin akan gendong gue sambil nenteng heels.

SO SO | LG✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang