Gue mengedip-ngedipkan mata tak percaya.
Okey.
Ingat, ini semua karena panas.
Masa ada Guan Lin di depan rumah?
Halusinasi gue ini natap gue balik tanpa kedip. Dia ngeliatin gue dari atas sampe bawah.
Ngeliat halusinasinya bikin gue sadar, gue kangen Guan Lin. Kalau aja kemarin gue gak ke alam mimpi duluan, dengerin Chen Le minta Koh Lay jemput Guan Lin. Gak akan ada acara sok-sok nostalgia. Yang ada mungkin gue bisa ngobrol sama dia, melepas rindu.
Apasih?
Gue menggelengkan kepala, gak mau mengingat kejadian kemarin malam.
Jadi inget pertama ketemu Guan Lin juga di saat-saat panas gini.
Gue berjalanan lurus mau melalui halusinasi Guan Lin.
"AW!" Gue memantul kembali ke tempat semula sambil mengelus kening gue yang terbentur cukup keras dengan sesuatu yang keras. Sepertinya itu dagu.
Gue meringis, menutup mata menahan sakit.
Gak lama ada tangan yang ikut ngelus-ngelus kening gue.
"Sakit ya?"
Mendengar suara khawatir gue membuka mata lebar.
Melihat ekspresi gue, dia ketawa.
"Kenapa ditabrak sih?"
Kayaknya panas ini sudah keterlaluan.
Tanpa sadar gue memegang pergelangan tangannya yang masih mengelus-elus kening gue.
Tawanya berubah jadi senyum.
Nyata...
Ekspresi gue yang menunjukkan gue gak percaya--pasti jelek banget--membuat dia mengambil tangan kanan gue dengan tangan kirinya, sementara tangan kanannya masih mengelus-elus kening gue.
"Nyata kok, Ci. Nih." Katanya mengarahkan tangan gue memegang pipi dia.
Menyadari apa yang sedang kita lakukan membuat pipi gue memanas.
Kok...kita lucu?
Gak. Gak. Mikir apasih?
Salahkan panas. Semua karena panas.
Karena salah tingkah, pipi dia gue pukul.
PAKK
Dia meringis membuat gue sadar apa yang barusan gue lakukan. Gak nyangka, pukulan gue cukup keras.
"Eh maaf maaf." Refleks gue elus-elus pipinya.
"Oh!" Gue teringat sesuatu. "Chen Le kan lagi pergi."
"Nggak mau main sama Chen Le."
Gue mengangkat alis bertanya.
"Mau nagih utang."
"U...tang?" Gue melongo, bingung dengan maksud dia.
Dia tersenyum sambil mengangguk.
Aduh, jangan gitu dong. Ini udah nahan nih. Rasanya mau peluk.
Sekali lagi, salahkan panas.
"Nagih utang janji sama Cici." Kemudian dia mengacungkan sepucuk surat.
Waw. Gue terperangah melihat surat itu.
Kokohku tersayang berguna juga.
Karena sepucuk surat itu gue gak perlu repot-repot mikir gimana cara nemuin Guan Lin. Dia dateng sendiri.

KAMU SEDANG MEMBACA
SO SO | LG✔️
Fanfictionan ordinary girl's story warn: this girl talks about unnecessary things too much ©achichap™2017