4

104 22 55
                                    

Gila-gila.

Buku yang baru gue baca, tokoh utama laki-lakinya idaman gue banget.

Dingin-dingin kayak es gitu.

Ceweknya hyperactive.

Cerita klasik. Junior naksir senior. Cewek hyperactive tapi bukan siapa-siapa di sekolah suka sama senior dia. Seniornya ini banyak yang suka, tapi gak pernah ditanggepin karena dia punya trauma sama mantannya. Semenjak mantannya nyakitin dia, seniornya ini jadi dingin, susah di deketin. Dengan segala cara si cewek ini akhirnya berhasil ngebuat senior dia yang lebih dingin dan menyakitkan dibandingkan biang es, head over heels with her.

The end.

Yeay, happy ending.

Selera gue banget.

Tokoh-tokoh yang gue harap bersama, berakhir bersama. Ada cerita yang gue udah yakin banget tokohnya bakal berakhir bersama malah gak berakhir bersama. Padahal rintangan mereka pantes ngebuat mereka bersama di akhir.

Novel ini pembelian yang sukses karena gue suka banget ceritanya, tokohnya, cara pembawaan ceritanya, semua.

Hhhhhhhhhhhhhhhh

Sesi merenung dulu sebentar setelah selesai baca.

Hati gue lemah sama cowok yang lebih tua dari gue, 7 tahun lah maksimal, dewasa, calm, lebih tinggi daari gue supaya gue bisa pake heels, dingin, karena kalau cowok-cowok dingin hangatnya sama yang spesial buat dia aja.

Itu semua cowok novel banget. Yang mendekati ada sih. Sahabatnya koh Lu Han, koh Lay. Gue pernah bilang gara-gara dia gue punya tipe ideal. Semenjak deket sama dia gue lebih suka baca karakter tokoh kayak gitu.

Koh Lay lebih tua 6 tahun dari gue, dewasa, calm, lebih tinggi dari gue meski gue pake heels. Semua kecuali dingin. Dia luar biasa baik sama semua orang. Bukan dalam konotasi negatif ya, dia baik sama orang tulus, gak flirting, gak ngebedain jenis kelamin.

Gue tau gue salah satu dari sekian banyak orang yang dibaikin koh Lay. Tapi dia mau mencoba ngebuat gue lebih spesial dari semua orang yang dia baikin. Mungkin itu juga karena gue adek sahabatnya.

Perih juga kalau dijabarin. Yaudahlah, bukan dia juga yang salah. In the end, we can't work. He can't sees me more than little sister, gue juga ternyata hanya sekedar kagum.

Mungkin untuk saat ini, gue hanya bisa jatuh cinta dengan tokoh dalam buku.

Dulu gue ngerasa aneh cowok-cowok kelasan gue tergila-gila sama karakter anime. Sama cewek-cewek yang imut mampus itu. Gila kali ya anime kan gak nyata?

Eh, gue ngalamin sendiri. Bedanya, yang gue suka gak berwujud, hanya sekedar gambaran dari kata-kata.

Gue ngehela nafas lelah.

"Yang kayak gitu mana ada di dunia nyata. Kalaupun ada pasti gak akan kenal sama gue. Atau berakhir kayak koh Lay."

"Mulai deh ngomong sendiri." Bentar-bentar, ini gue bingung, gue ngomong ini dalam hati atau keras-keras.

"Jangan ngomong sendiri, Ci. Cerita aja sama Guan Lin. Kayak kemaren."

Ternyata yang ngomong bukan diri gue sendiri tapi temennya Chen Le si piyik. Chen Le masih piyik yang membuat temennya juga masih piyik.

Sayang banget. Padahal kalau lebih tua dari gue udah taksir kali. Gak usah lebih tua deh, seumuran aja.

Ling mikir apasih??

"Ini yang kemarin Guan Lin ambilin ya, Ci?" Guan Lin ngambil buku yang udah selesai gue baca dari tangan gue.

"Iya. Gak perebutan kamar mandi kan disini? Karena Chen Le pasti masih tidur."

SO SO | LG✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang