18

81 19 51
                                    

"Mei Mei... Fuuuh

"Fuuuuuuuh"

"Mei Meiiiii" 

" Wéi*?" Koh Lu Han berbisik sambil meniup kuping gue.

" Wéi, Mei... Fuuuuh" Koh Lu Han gak berhenti ngegangguin gue meskipun udah gue cuekkin.

"Mei Mei kok Kokohnya dicuekkin?" Ujarnya dengan nada sedih yang dibuat-buat.

"Apa?" 

"Seru ceritanya?"

"Seru."

"Tentang apa?"

"......."

Koh Lu han memberi tatapan menuntut jawaban.

"..........Tentang itu-"

"Tentang seorang cewek yang lagi menyibukkan diri dengan pura-pura membaca supaya gak kepikiran seseorang tapi failed?"

Gue langsung nengok ke Koh Lu Han yang bersender di pundak kiri gue.

"Kokoh tau Mei gak bener-bener baca," Kokoh nunjuk buku yang gue 'baca', "halamannya belum diganti dari tadi."

Gue baru sadar, gue terlalu larut dengan pikiran gue. Gue gak tau apa yang gue baca, bahkan gue lupa kapan gue berhenti baca dan hanya memandangi satu halaman dengan pikiran yang sedang memikirkan seseorang.

Apa dia marah gue batalin janjinya?

Apa dia tetep pergi meski gak sama gue?

Kalau iya, dia pergi sama siapa? 

Kenapa gue kepikiran banget? Padahal belum tentu dia juga peduli janji kita batal?

Koh Lu Han menunjuk mata gue menyadarkan gue kembali ke dunia nyata, "Kokoh tau kok, Mei, lo lagi mikirin dia."

Gue hanya menatap Koh Lu Han, gak tau harus membalas apa karena Koh Lu Han bener.

Kokoh pasti udah sadar dari awal. Selama perjalanan gue gak ikut heboh bareng Koh Lu Han dan Chen Le, bahkan sampai sekarang saat Mami udah tidur dan Koh Lu Han gak ikutan lagi dalam pembicaraan seru Chen Le dengan Papi di kursi depan. 

Koh Lu Han tiba-tiba mengacak-acak rambut gue sambil tersenyum penuh haru, "Mei Meinya Kokoh udah gede."

  💕  

"Koh, Di Di juga mau minjem pulpen!"

"Ngantri dong, Kokoh duluan."

"Di Di juga mau!"

Gue ngeliatin Kokoh sama Chen Le perebutan pulpen. Kalau lagi nginep di rumah Ye Ye & Nai Nai, Kokoh emang suka nulis surat buat kesayangannya. Maklum di sini gak dapet sinyal.

Tahun ini pertama kalinya Chen Le ikutan nulis.

"Ssssst." Koh Lu Han menghentikan Chen Le yang berusaha merebut pulpen di tangan Koh Lu Han. "Yang lahir belakangan ngalah sama yang lahir duluan."

Chen Le teriak-teriak gak jelas mendengar kata-kata Koh Lu Han.

"Gak adil! Kalau Cici juga mau berarti Di Di nunggu giliran abis Cici dong?" Chen Le langsung nutup mulutnya, sadar sama apa yang dia ucapkan.

Gue dan Kokoh tatap-tatapan.

"Betul sekali. Mending kamu tidur sana, Kokoh selesai, giliran Cici deh." Kata gue tersenyum meledek. "Lagian anak kecil gak boleh tidur malem."

"Siapa bilang? Biasanya Chen Le tidur malem kalau liburan!"

"Ssssssst. Di sinikan bukan kota, Le. Jam segini di desa anak kecil udah pada tidur, besok bangun pagi deh."

SO SO | LG✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang