Flashback (4)

8.2K 416 2
                                    

Keesokan harinya, aku dan Kak Roy menuju ke rumah Kak Aldy sekitar pukul dua siang. Aku akan menginap di sana malam ini. Sebelumnya aku sudah mendapatkan ijin dari bunda.

Tapi, sayang tidak ada Kak Hadi di sana. Sedih nih nggak bisa liat wajahnya yang rupawan. Semoga aja aku bisa bertemu dengannya lagi lain waktu. Aamiin …

Ku jalani hari ini dengan aktivitas yang cukup membosankan. Bener-bener di luar harapan. Beteee …. Kak Hadi, I MISS YOU.

Setelah makan malam dan bercengkrama dengan keluarga Kak Aldy serta berpamitan untuk istirahat, kami pun menuju kamar Kak Aldy. Terlihat kamarnya yang lumayan rapi dan cukup luas dengan ranjang yang besar, ada TV, dvd player, komputer dan lainnya.

Kami terlibat obrolan ringan dan bercanda ria bersama, walaupun aku lebih sering jadi pendengar yang baik. Terkadang, aku kurang nyambung juga. Maklumlah karena perbedaan umur. Hehehe ...

Akhirnya kami pun tidur dengan posisi aku berada di tengah. Sedangkan Kak Roy dan Kak Aldy berada di sebelah kanan dan kiriku.

Ternyata, hari ini tak sepenuhnya membosankan bagiku. Karena malam ini aku tidur bersama dua cowok keren.

Ugh. Senangnya.

Tapi situasi ini membuatku susah memejamkan mata dan sukses membuat tidurku kurang nyenyak. Namun, perlahan-lahan, akhirnya aku pun terlelap dan memasuki alam mimpi.

Aku terbangun tatkala merasakan dekapan hangat di sekujur tubuhku. Perlahan ku buka kedua mataku. Alangkah terkejutnya aku ketika menyadari posisi tidurku yang sedang saling berpelukan dengan seseorang.

Posisi wajahku tepat menghadap lehernya, tangannya memeluk erat tubuhku dan kakinya melintang di antara pahaku, sedangkan tangan kananku memeluk pinggangnya.

Perasaanku sungguh nggak karuan, campur aduk antara senang, gugup, resah dan takut juga. Terasa embusan napasnya yang meniup lembut rambutku.
Aroma maskulin tubuhnya membuatku melayang.

Ku pertajam pendengaranku untuk mendengarkan jantungnya yang ternyata berdetak normal, sedangkan jantungku berdebar kencang dan semakin kencang.

Selain itu, aku juga merasakan nyaman dalam pelukannya. Ingin rasanya berlama-lama di posisi seperti ini dan berharap waktu bisa berhenti.

Aku tak dapat melihat wajah sosok yang ada di depanku karena aku terlalu rapat dengannya. Walau demikian, aku masih bisa memperhatikan tubuhnya dengan seksama tanpa bergerak sedikitpun karena takut akan membangunkannya.

Akhirnya, aku menyadari bahwa sosok di depanku ini adalah Kak Aldy, hanya dengan melihat kaos tanpa lengan yang dipakainya. Hal itu cukup membuatku yakin, karena Kak Roy selalu tidur bertelanjang dada.

Sepertinya, aku tidak mungkin begini terus. Bagaimana kalo Kak Aldy terbangun dan melihat posisi kami seperti ini. Apalagi kalo dia menyadari kegugupan dan debaran jantungku yang kencang. Kan aku bisa malu semalu-malunya dan bisa mati kutu di depannya.

Hati berkata ingin berlama-lama dipelukan Kak Aldy, tapi akal memerintahkan segera melepaskan pelukannya.

Ikuti kata hati atau akal ya? Ah ... bingung ….

Dengan penuh keraguan, aku pun menuruti yang diperintahkan akal sehatku. Perlahan, aku menggerakkan tubuhku dan berusaha melepaskan pelukan Kak Aldy.

Ku angkat lengannya dari tubuhku dan ku letakkan ditubuhnya sendiri. Kemudian, aku membangkitkan tubuhku secara perlahan dan meminimalisir gerakan yang dapat membangunkan kak Aldy.

Saat posisi dudukku belum sempurna, aku pun dikejutkan oleh suara Kak Roy.

“Udah bangun, Niel?”

KISAHKU [Daniel Sastrawidjaya]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang