Flashback

16.6K 606 4
                                    

1.5 Tahun Lalu

“Bangun, Niel. Cepet bangun!!” kata Kak Putri sambil menggoyang-goyangkan bahuku.

“Arghh!! Bentar lagi, Kak. Masih ngantuk nih ...,” jawabku sambil menarik selimut sampai menutup kepala.

“Susah banget sih lu dibangunin. Woy ... ini udah jam enam lewat!” nada bicara Kak Putri agak tinggi sambil menarik selimutku.

“Hah ... kok gak bangunin dari tadi sih? Bisa telat nih ...” Aku cepat-cepat bangun dari tempat tidur menuju kamar mandi yang ada di kamarku.

“Lu susah banget dibangunin. Dasar kebo.” Kak Putri berjalan keluar kamar.

Aku cepat-cepat menyelesaikan ritual mandiku. Kalo nggak cepat bisa telat. Kan hari ini adalah hari terakhir ujian akhir semester.

Aku sekarang duduk di kelas delapan. Nggak terasa, sudah 1,5 tahun aku bersekolah di bangku SMP. Walaupun beberapa bulan terakhir merupakan hari-hari yang cukup berat bagiku, karena ditinggal Kak Tommy.

Aku buru-buru memakai seragamku, tak lupa memakai gel agar rambutku tampak rapi. Setelah itu, aku mengambil tas di meja belajar, mengambil sepatu yang ada di luar kamar dan segera memakainya.

Ketika hendak menuruni tangga, aku baru sadar kalo aku belum memakai dasi.

“Arghh! Sial!” gumamku sambil berlari kecil menuju kamar dan mengambil dasi.

Setelah memakai dasi, aku segera menuruni tangga dan menuju meja makan. Di sana ku lihat Bunda dan Kak Putri yang sedang menyantap nasi goreng.

Aku cepat-cepat mengambil dan memakan roti serta susu coklat yang telah dibuatkan Mbok Minah.

“Bun, Daniel nebeng Bunda aja ya ke sekolah,” kataku sambil mengunyah roti yang ada di mulutku.

“Hmm ... Kan sekolahmu sama kantor Bunda beda arah.”

“Aku takut telat, Bun. Hari ini 'kan masih ujian,” kataku sambil sedikit memelas.

“Kalo Bunda anter kamu, Bunda bisa telat ke kantor. Pagi ini Bunda ada meeting penting. Kamu naik ojek aja biar cepet,” balas Bunda sambil berdiri dari kursinya karena sudah selesai sarapan.

“Ah! Bunda tega banget sama anak sendiri,” kataku sambil cemberut.

“Tuh! Makanya, kalo tidur jangan kayak kebo. Kan kesiangan lu,” celetuk kak Putri sambil menepuk bahuku.

“Ah! Rese’ lu. Kalo aku kebo, berarti Kakak kebo juga dong? Hahaha ...”

“Lu aja kali gue nggak,” elak Kak Putri sambil memeletkan lidahnya.

“Udah-udah, jangan berantem mulu. Tuh, tukang ojeknya udah datang,” kata Bunda sambil menunjuk ke arah ruang keluarga.

Aku pun melihat ke arah ruang keluarga. Ternyata Denis yang datang untuk menjemputku.

“Assalamu’alaikum,” kata Denis. Kemudian mencium tangan Bunda.

“Wa’alaikumsalam,” jawab kami secara bersamaan.

“Udah sarapan, Nis?” tanya Bunda ke Denis.

Belum sempat Denis menjawab, langsung aku potong, “pasti Denis udah sarapan, Bun. Yuk, Nis. Buruan, ntar kita bisa telat.” Ku tarik lengan Denis dan menggiringnya ke depan rumah.

“Eh ... ini anak gak pake cium tangan Bunda!”

“Buru-buru, Bun!” jawabku sambil sedikit berteriak karena sudah di ruang tamu.

KISAHKU [Daniel Sastrawidjaya]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang