Flashback (End)

6.4K 346 5
                                    

Senin pagi telah muncul dan saatnya aku kembali bersekolah. Hari ini aku akan bertemu dengan Denis lagi.
Ku putuskan hari ini pergi sendiri saja ke sekolah.

Aku tak mau Denis menjemputku karena aku tak sanggup terus berada di sampingnya dalam keadaan canggung. Aku mengiriminya sms setelah aku selesai mandi.

Nis g’ usah jmput aq ya ... Aku prg sndr aja.

Agak lama tak ada jawaban. Setelah aku selesai berpakaian dan merapikan diri, barulah terdengar suara hapeku berbunyi tanda sms masuk. Segera ku ambil hape yang ada di kasur dan membaca sms masuk.

Ya.

Aku menghela napas melihat isi smsnya yang sangat singkat itu. Pikiranku seketika kembali berkecamuk memikirkan apa yang dirasakan Denis saat ini.

◾◾◾

Sepanjang hari ini, aku berusaha terus menghindar dari Denis. Aku tak sanggup menatap wajahnya dan lebih sering tertunduk di depannya. Aku merasakan resah dan gelisah karena harus terus duduk di sebelahnya selama jam pelajaran.

Denis pun terlihat agak canggung, tapi tidak separah diriku. Wajahnya datar dan sesekali tersenyum kecil seperti agak dipaksakan ketika melihatku. Aku takut untuk mulai membahas kejadian itu, lagi pula situasinya tidak tepat.

Dari pagi sampai sore, kami tak terlibat perbincangan sedikit pun. Kami hanya berbicara seperlunya saja tanpa basa basi walau hanya sedikit.

Hingga akhirnya kami pun pulang ke rumah masing-masing.
Sesampainya di rumah, aku masih terus memikirkan Denis. Pokoknya, ingatan peristiwa itu masih jelas di dalam pikiranku.

Bagaimana nih? Nggak mungkin aku dan Denis seperti ini terus. Aku nggak mau persahabatan kami kembali merenggang seperti beberapa waktu lalu.

Setelah berpikir panjang lebar, akhirnya aku memutuskan untuk berbicara empat mata dengan Denis besok di Sekolah.

Tekadku sudah bulat dan tak bisa ditawar-tawar lagi. Besok aku akan menjelaskan banyak hal ke Denis, mengenai masalah tiga hari lalu maupun tentang siapa diriku sebenarnya.

Ya, benar. Aku memutuskan akan mengatakan fakta mengenai orientasi seksualku. Aku sudah sangat mantap untuk melakukannya. Tak perduli dengan reaksi Denis nantinya, yang penting aku sudah berkata jujur padanya.

◾◾◾

Pagi ini aku kembali berangkat sendiri ke sekolah. Aku tak sabar bertemu Denis dan berbicara serius dengannya, walaupun ada sedikit rasa ragu yang menghinggapi hatiku.

Aku sampai di sekolah sekitar pukul 7.20. Segera ku parkirkan motor lalu berjalan menuju kelas.

Sesampainya di kelas, aku melihat Denis sudah duduk di kursinya dengan posisi menghadap belakang ke arah Dina.

“Hai, Na,” tegurku ketika sampai di kursiku dan menjatuhkan pantatku di atasnya. Seketika Dina dan Denis melihat ke arahku.

“Baru sampe ya, Niel? Kok gak bareng Denis?” tanya Dina agak heran.

“Eh ... Itu loh, tadi aku ada perlu sebentar jadi bawa motor sendiri,” jawabku tak meyakinkan dan terlihat grogi.

Dina melihat ke arahku kemudian beralih melihat Denis.

“Bener, Nis?” tanyanya ke Denis.

“I ... Iya lah," jawab Denis terbata tapi sedikit keras.

“Hmm ...“ Dina terlihat berpikir.

“Tapi kalian dari kemaren aneh banget loh. Biasanya kalian pergi dan pulang boncengan, tapi udah dua hari ini nggak. Udah gitu, kalian pun gak ada ngobrol, cuma ngomong sekadarnya aja. Terus, kalo aku perhatiin, kalian itu kayak menghindar satu sama lain, khususnya kamu, Niel.”

KISAHKU [Daniel Sastrawidjaya]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang