Perkenalan

29K 910 79
                                    

Namaku Daniel Sastrawidjaya. Bulan Desember nanti umurku 15 tahun. Tinggiku 170 cm dan beratku 60 kg.

Dari nama belakangku, pasti udah pada tau kalo aku keturunan Jawa. Tapi, sebenarnya darahku seperti gado-gado, karena campuran beberapa suku.

Ayahku keturunan Jawa tapi sedikit bercampur darah Minang. Sedangkan bundaku keturunan Sunda, Tionghoa dan Mandailing.

Banyak yang bilang kalo aku cakep dan lumayan imut. Wajahku oriental karena mataku sipit dan berkulit putih.

Aku adalah anak bungsu dari tiga bersaudara. Kakak pertamaku Johan Sastrawidjaya berumur 22 tahun. Saat ini telah menyelesaikan pendidikan S1-nya dan bekerja di Perusahaan milik Ayahku (KKN gitu deh.)

Sedangkan kakak keduaku, Putri Sastrawidjaya berumur 19 tahun, seorang mahasiswi semester tiga di sebuah Perguruan Tinggi ternama di kotaku.

Kedua orangtuaku telah bercerai ketika aku berumur delapan tahun, sehingga kami tidak tinggal serumah. Aku dan Kak Putri tinggal bersama Bunda yang hingga saat ini masih betah hidup menjanda.

Kak Jo, semenjak perceraian orangtuaku, lebih memilih untuk ngekos. Dan sekarang tinggal di apartemen milik Ayah.

Sedangkan Ayah tinggal bersama keluarga barunya, setelah menikah lagi sejak lima tahun yang lalu. Kak Jo dan Ayah berada di kota yang sama, sedangkan kami tinggal di kota yang berbeda.

Saat ini aku merupakan siswa kelas X di SMA yang katanya paling elit di kota ini. Sebenarnya, aku ogah melanjutkan pendidikan di sekolah ini karena menurut kabar burung dan kabar angin, siswa- siswa di sini banyak yang sombong.

Ya wajarlah, mayoritas anak orang kaya. Tapi, berhubung Bunda memaksa aku sekolah di sini, ya terpaksa aku turuti. Dari pada diomelin melulu. Untungnya kedua sahabatku, Dina dan Denis juga bersekolah di tempat yang sama denganku.

Oh ... iya. Karena kami sangat akrab dan kompak, sehingga kami sering disebut tiga serangkai. Banyak pula yang menyebut "Three D", sesuai dengan huruf pertama nama kami.

Aku sering merenung, kenapa aku bisa berbeda dari kebanyakan cowok. Bukan beda secara fisik, tapi beda secara orientasi seksual.

Yup. Benar banget kalo nebak aku itu gay. Ya, berhubung aku tidak tertarik dengan lawan jenis alias cewek, melainkan tertarik dengan cowok yang sama-sama batangan. Nggak tau sejak kapan aku jadi seperti ini. Tapi yang pasti, aku baru menyadarinya sejak kelas tujuh alias satu SMP.

Waktu itu teman-temanku banyak yang cari gebetan dan pedekate dengan lawan jenis, sedangkan aku gak minat melakukannya, bahkan menghindar kalo ada cewek yang mau pedekate sama aku.

Dan yang membuat aku yakin kalo aku itu beda dari yang lain, ketika aku suka memperhatikan dan sering curi-curi pandang kakak kelas sembilan yang menurut aku guaaaannteng banget.

Sebenarnya, bukan cuma suka lihat kakak kelas yang namanya Tommy. Tapi, aku suka banget liat cowok-cowok lain yang ganteng dan keren, apalagi yang badannya muscle kayak model L-Men. Maklumlah, naluri alamiah gay gitu loh. Hehehe …

Kak Tommy itu selain ganteng dan keren, orangnya juga baik. Pinter, murah senyum, jago main futsal, nggak sombong, rajin menabung dll ..., (lebay banget ya.)

Pokoknya, Kak Tommy itu idola di SMP aku dulu deh. Tapi sayang sungguh sayang, seribu kali sayang (loh ... jadi lirik lagu) selama satu tahun kami di sekolah yang sama, hubungan aku dengan kak Tommy biasa-biasa aja, gak ada yang spesial.

Paling cuma ngobrol doang atau sekali-kali aku nanya tentang pelajaran seperti Fisika dan Matematika. Sebenarnya aku cuma pura-pura aja sebagai alasan doang biar bisa dekat-dekat Kak Tommy. Padahal kan, aku pinter dan selalu juara kelas (narsis lagi).

Kalo dipikir-pikir, heran juga. Kenapa aku bisa ngelakuin itu? Karena aku itu orang yang susah dekat dengan orang lain dan cuma punya sedikit teman.

Hingga saat ini aku belum pernah bertemu lagi dengan Kak Tommy sejak kelulusannya dari SMP dan melanjutkan SMA di luar kota, yakni kota yang sama dengan tempat tinggal Kak Jo dan Ayahku.

Pada awalnya aku sedih banget gak bisa liat Kak Tommy lagi, (gak selamanya loh, 'kan masih hidup) super rindu pokoknya. Aku gak selera makan dan kurang semangat.

Namun, seiring berjalannya waktu, aku mulai terbiasa dan kembali menjalani kehidupanku yang agak membosankan. Tapi, sampai saat ini aku masih belum bisa secara total menghilangkannya dari pikiranku. Maklumlah, cause he’s my first love.

Semenjak kepergian Kak Tommy, aku semakin akrab dengan kedua temanku, yakni Dina dan Denis hingga kami menjadi sahabat sampai saat ini.

Dina yang memiliki darah Belanda dari Kakeknya adalah cewek ma-can (manis dan cantik). Anaknya baik, supel, ramah, perhatian dan pengertian.

Pada awalnya, Dina suka sama aku. Terlihat dari caranya memandang dan perhatian ke aku. Tapi, berhubung aku cuma suka batangan, akhirnya Dina menyerah juga dan menghilangkan perasaan sukanya ke aku, berganti rasa sayang ke sahabat.

Coba kalo aku cowok normal, pasti aku akan menerima cinta Dina dan gak akan melepaskannya. Pokoknya banyak deh cowok-cowok yang rela antri dan ngejar-ngejar Dina untuk mendapatkan cintanya. Termasuk Denis yang dulu suka banget sama Dina, tapi sekarang nggak lagi.

Sekarang beralih ke sahabat terbaik aku yang namanya Denis. Dia merupakan cerminan cowok asli Indonesia yang memiliki kulit sawo matang tapi bersih. Selain itu juga baik, supel, ramah dan kadang-kadang suka tebar pesona.

Orangnya manis banget deh. Apalagi kalo tersenyum yang memperlihatkan lesung pipinya, bisa buat cewek-cewek maupun cowok gay kelepek-klepek.

Tapi, hal itu tak mampu meluluhkan hatiku yang sudah jadi milik Kak Tommy. Kadang-kadang aku hampir meleleh juga sih, tapi masih bisa dikendalikan.

◾◾◾

Bersambung

KISAHKU [Daniel Sastrawidjaya]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang