Galau

5.3K 281 8
                                    

Pagi ini sangat cerah dan langit terlihat indah dihiasi awan-awan yang tipis. Ternyata, alam juga tau isi hatiku saat ini yang sangat bahagia menanti kedatangan Kak Hadi.

Aku sangat tak sabar menunggu hingga pukul 10. Seandainya aku bisa mempercepat waktu, pasti aku akan ....

Ah ... nggak mungkin. Itu hal yang mustahil.

Pagi ini ku putuskan memakai pakaian casual saja biar terlihat santai. Ku pakai kaos berwarna cream dan celana pendek sedikit di bawah lutut berwarna abu-abu. Sepertinya aku sudah siap untuk berangkat, hanya tinggal menunggu Kak Hadi.

Pakaian oke, rambut oke, tampang oke, hmm.. apalagi ya? Oh ... Aku belum memakai jam.

Segera ku ambil jam tanganku yang ada di atas meja kecil di samping ranjangku. Ku lihat saat ini jam menunjukkan pukul 09.25 berarti aku masih harus menunggu sekitar setengah jam lagi. Lama banget.

Dret ... dret ...

Hape ku bergetar, kemudian mulai terdengar suara musik lagu Haru-harunya Big Bang.
Segera ku hampiri hape ku yang ada di atas meja belajar. Ku lihat di layar hape, ternyata Denis yang menelponku. Lalu ku tekan tombol hijau menerima panggilannya.

“Halo, Nis.”

“Pagi, Niel,” jawab Denis diujung telpon.

“Pagi juga. Tumben, pagi-pagi nelpon aku?” Aku bertanya karena agak heran.

“Eh itu ... Anu ...,” jawabnya tak jelas.

“Anu ... Anu ...? Kenapa sih, Nis?”

“Aku mau ngajak kamu jalan-jalan hari ini. Kamu nggak ada acara, 'kan? Nanti jam 11 aku jemput, ya ...?” Denis terdengar sangat bersemangat.

“Ehm ... nggak bisa, Nis,” jawabku pelan

“Kok nggak bisa? Emang kenapa?”

“Aku ... Mau pergi sama Kak Hadi,” jawabku berhati-hati.

Tak terdengar suara Denis sedikit pun.

“Nis ... Kok diem?”

“Ng ... nggak kok. Ya udah ya, aku mau ngajak teman yang lain aja.”

“Nis? Nis?”

Ya ampun, ternyata udah putus. Kelakuan ini anak nggak sopan banget.

Kenapa ya, Denis? Apa dia cemburu? Agh ... Denis ... Denis, buat aku pusing aja.

Eh ... ternyata ada sms masuk.

From My Hadi:
“Dek.. Dah siap kan? Kk otw ni.”

To My Hadi:
“Udah kak. Cpetan ya.. c u.”

Senangnya, bentar lagi mau jalan bareng Kak Hadi. Inilah saat yang ku tunggu-tunggu, jalan berduaan saja. Ku anggap aja aku mau jalan bareng calon pacar, semoga Kak Hadi berpikir yang sama.

Niel, inget loh. Kak Hadi belum tentu suka sama kamu. Bisa aja dia cuma anggap kamu sebagai adik, gumamku dalam hati.

"Huh ...,” kataku pelan kemudian, menarik napas. Sabodo lah, yang penting kami mau jalan bareng.

Sambil berlari-lari kecil aku keluar kamar dan mengambil sandal yang ada di rak. Setelah memakainya aku pun segera menuruni tangga.

Belum sampai di lantai bawah, aku baru menyadari bahwa dompetku tidak ada di saku celanaku.

“Ya ampun ...” Aku menepuk keningku.

Dengan berat hati aku pun berbalik arah, naik lagi deh. Mungkin karena rasa senang yang berlebihan membuatku kurang konsentrasi. Untung aja aku menyadarinya, kalau tidak, bisa malu nanti gara-gara nggak bisa bayar.

KISAHKU [Daniel Sastrawidjaya]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang