Apa pun Akan Ku Lakukan

4.3K 234 3
                                    

Aku masih syok dengan peristiwa yang baru saja terjadi. Ku tutup wajahku dengan kedua telapak tangan, berusaha menenangkan pikiran yang sedang kacau balau.

Kepalaku semakin berat terbebani oleh prasangka yang tidak-tidak. Meski telah ku coba menepis semua prasangka buruk, tapi tetap saja tak bisa lenyap dari pikiranku.

Apa motif William memotoku saat mencium Leo? Aku sangat takut jika dia yang selama ini tak menyukaiku akan menggunakan foto itu untuk menghancurkan hidupku.

Apa yang harus ku lakukan sekarang? Aku tak ingin semua orang mengetahui aku seorang gay. Aku tak mau keluargaku, khususnya Bunda yang telah melahirkanku jadi kecewa dan menanggung malu.

Mungkin sebaiknya aku menemui William dan memintanya untuk menghapus foto itu. Mudah-mudahan dia tidak menyimpan dendam dan mau berbaik hati padaku.

Ku tatap wajah Leo yang masih tertidur. Wajahnya yang terlihat damai mampu meneduhkan hatiku, seakan memberiku semangat.

Aku melangkah dengan cepat, ingin segera menemui William. Tempat yang pertama kali ku tuju adalah kelas XI IPA 1.

Ku lihat sudah banyak siswa sekolah ini yang membawa tas mereka masing-masing. Sepertinya kami sudah diperbolehkan pulang.

Sesampainya di sana, ku lihat ke dalam kelas itu namun tak dapat ku temui seorang pun. Hanya ada beberapa tas yang diletakkan di atas meja, termasuk tas milik Leo. Kemungkinan William sudah pulang karena tasnya tidak kelihatan.

Aku berlari menuju tempat parkir, berharap William masih berada di sekolah ini. Masalah ini harus segera ku selesaikan dan tidak boleh berlarut-larut.

Dari kejauhan dapat ku lihat William sedang bercengkrama bersama dengan Ricky, Raja dan Ridwan di sebelah mobil Ricky.

Aku terus berlari mendekati mereka. Kemudian aku menghentikan langkahku saat jarak kami sekitar sepuluh meter. Aku istirahat sebentar karena lelah berlari dan mengatur napasku.

Ku coba menyiapkan mentalku untuk menghadapi orang yang sangat tak bersahabat denganku. Tapi ada keraguan dalam hati. Ku pikir tidak mungkin aku menemui William saat bersama teman-temannya. Lebih baik aku menemuinya saat dia sedang sendirian.

Aku mengawasi mereka dari balik mobil Kijang Innova yang terparkir tak jauh dari tempat mereka. Aku tak mau William sampai menyadari keberadaanku.

Akhirnya saat yang ku tunggu datang juga, William terlihat meninggalkan teman-temannya dan menuju mobilnya.

Dengan cepat aku berlari langsung menghampirinya. Aku harus bicara dengannya sekarang juga.

“Kak William ...!” Aku memanggilnya saat dia sedang membuka pintu mobil. Aku langsung menghampirinya.

William melihat ke arahku, lalu dia menutup pintu mobil yang baru saja dibukanya. Dia menatapku dengan raut wajah yang menunjukkan senyum penuh kemenangan.

“Gue tau lu pasti nemuin gue.” William tersenyum licik.

Aku masih diam, belum berani mengatakan maksudku. Aku hampir tak sanggup mengeluarkan kata-kata, aku tak tau harus memulainya dari mana.

“Kenapa lu diem?” katanya dengan gaya angkuh.

“Aku ... Aku ...”

Tell me!!” katanya tegas dan cukup keras.

“Aku mohon jangan sebarin foto itu.” Aku memelas.

William memicingkan matanya kemudian tertawa.

Why? Lu takut semua orang tau lu itu GAY.” Dia menatap mataku dengan sangat tajam.

“Maksud, Kakak?” Aku pura-pura bingung.

KISAHKU [Daniel Sastrawidjaya]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang