Flashback (6)

7.2K 379 22
                                    

Ku baringkan tubuhku di atas kasur yang sangat empuk. Pikiranku melayang jauh terbang tinggi tak tentu arah. Bayangan peristiwa tadi sore sungguh sangat menyiksa batinku.

Tuduhan Denis yang tak berdasar bagai sembilu mengiris-iris hatiku. Sakit. Sungguh sangat menyakitkan.

Terlintas di benakku saat-saat indah yang telah kami lewati bersama. Canda tawa, senyuman, keisengan maupun kekonyolannya telah mampu mengembalikan senyumanku yang sempat hilang.

Haruskah aku kembali menjadi diriku yang dulu? Menutup diri, kesepian walaupun di keramaian dan tanpa senyuman yang tersungging di bibirku.

Dia bukan sekadar seorang teman. Dia sahabat terbaik yang pernah ada. Lebih berarti dari pada seorang Tommy sekalipun.

Entah berapa banyak sms yang telah ku kirimkan ke Denis, namun tak ada satu pun balasan yang ku terima. Ku telpon dia berkali-kali tetapi selalu dialihkan atau tidak aktif.

Semarah itukah dia kepadaku? Tak adakah celah pintu maaf darinya?

Mungkin Denis masih membutuhkan waktu untuk menenangkan pikirannya. Aku memang seharusnya memberikannya waktu untuk berpikir.

Semoga saja besok semua masalah ini dapat diselesaikan. Semoga persahabatan kami bisa kembali seperti dulu. Semoga Denis kembali dapat memberikan senyuman indahnya untuk ku. Semoga semua itu dapat terjadi.

Ku coba kembali memejamkan mata namun tetap saja tak mampu membawaku ke alam mimpi. Ku liat jam di hape ku, ternyata sekarang sudah jam satu lewat.

Resah, gelisah, risau dan kata-kata lainnya yang bermakna sama yang dapat menggambarkan diriku saat ini.
Ingin rasanya pagi segera muncul, agar aku bisa segera bertemu dengan Denis.

Aku bertekad, besok pagi dapat bangun tepat waktu, tidak boleh telat. Walaupun mungkin tidurku hanya sebentar.

Karena sudah sangat letih akhirnya mampu membuatku tertidur. Namun, tetap saja aku tak dapat tidur dengan nyenyak. Entah berapa kali aku terbangun dari tidurku. Benar-benar sangat menyiksa jiwa dan ragaku.

◾◾◾

Keesokan harinya aku pergi ke sekolah lebih cepat dari pada hari-hari biasanya. Jam tanganku menunjukkan pukul 7.05 ketika aku memakirkan motorku di sekolah. Ku lihat hanya ada beberapa murid yang telah menjejakkan kakinya di sekolah ini.

Ku langkahkan kakiku menuju kelasku. Aku ingin menunggu Denis di sana. Tak sabar rasanya ingin segera bertemu dengannya.
Waktu terus berjalan, ku lihat satu persatu temanku melangkahkan kakinya memasuki kelas kami.

Pandanganku terus saja melihat ke arah pintu, namun hingga saat ini belum ku lihat Denis muncul dari balik pintu itu.
Kembali ku lihat jam tanganku, waktu telah menunjukkan pukul 7.25, namun Denis maupun Dina belum juga datang.

Kira-kira lima menit kemudian, akhirnya ku lihat Dina memasuki kelas bertepatan dengan bel pertanda di mulainya pelajaran hari ini. Ku lihat wajahnya yang cantik namun terlihat agak kusut. Sepertinya tidurnya juga tidak nyenyak, sama seperti diriku.

“Hai, Niel,” tegur Dina sambil berjalan ke kursinya.

“Hai, Na. Kok lama datangnya?” tanyaku kepadanya.

“Iya. Tadi malam aku susah tidur,” jawabnya kurang semangat.

“Oh ... Sama kayak aku juga.” kataku sambil tersenyum kecut.

“Denis belum datang ya?”

“Iya. Dari tadi aku tungguin tapi nggak nongol juga,” jawabku dengan ekspresi penuh kekecewaan.

KISAHKU [Daniel Sastrawidjaya]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang