Semuanya Jelas

5.1K 290 13
                                    

“Niel, aku pulang sekarang ya. Udah jam setengah enam nih.” Denis berbicara padaku sambil merapikan diri, lalu mengambil tasnya yang ada di atas meja belajar.

“Oh ... ya udah. Kirain kamu mau nginap di sini.” Aku sedikit bercanda sambil senyum-senyum. Posisiku saat ini sedang duduk bersila di pinggir ranjang.

Denis melihatku sambil menaikkan alis kanannya. Dia meletakkan kembali tasnya ke atas meja belajar lalu mulai melangkah mendekatiku.

“Kalo gitu, aku nggak jadi pulang. Kayaknya seru loh, kalo aku nginap di sini,” katanya dengan senyuman mesum.

“Eh ... Nggak. Nggak boleh. Kamu pulang aja ya,” kataku gelagapan. Aku turun dari ranjang.

“Udah deh, jangan pura-pura nggak mau gitu. Tadi siapa yang mancing-mancing?” Denis tersenyum dan semakin mendekatiku.

“Itu 'kan ... Cuma bercanda doang. Kamu aja yang anggap serius.” Aku mengelak.

“Nggak ah. Aku mau tidur di sini aja,” kata Denis lalu berbaring telentang di ranjang dengan kaki terjuntai ke bawah.

Nggak tau kenapa aku sangat serius menanggapinya. Bisa saja Denis hanya bercanda. Tapi, aku nggak mau mengambil resiko yang bisa membuat sesuatu yang diinginkan terjadi di antara kami.

“Ih ... nih anak rese’ banget sih. Pokoknya lu harus pulang. Nggak ada tapi-tapian.” Aku terlihat semakin gugup.

“Kamu kenapa sih, Niel? Udah deh, nyantai aja,” kata Denis terlihat cuek.

“Udah cepetan bangun. Cepetan pulang!” Aku memaksa Denis sambil menarik tangan kanannya biar cepat bangun.

“Nggak mau!” Denis keukeh tidak mau bangkit.

“Pulang!” Aku tetap menariknya.

Terjadi tarik menarik antara aku dan Denis. Aku tak dapat menarik tubuhnya karena tenaga Denis lebih kuat.

Krek.

Suara pintu dibuka. Seketika konsentrasiku buyar dan aku langsung mengalihkan perhatianku melihat ke arah pintu.

Ku lihat Kak Putri yang muncul dari pintu itu dan melihat ke arahku yang masih memegang tangan Denis.

Ternyata Denis memanfaatkan diriku yang sedang lengah dan dia menarik tanganku cukup keras.

“Eh ...” Aku menyeletuk ketika badanku mulai miring ke arahnya.

Tindakkan Denis itu sukses membuat tubuhku mendarat di atas tubuhnya dengan posisi kepalaku berada di atas dadanya. Sesaat aku dapat merasakan debaran jantungnya yang cukup kencang. Aku pun merasa semakin gugup.

“Denis!!” Aku berteriak dan segera bangkit.

“Hehehe ...” Denis cengengesan kemudian bangkit dan duduk di pinggir ranjang.

Ku lihat Kak Putri tersenyum melihat kelakuan aku dan Denis.

“Kalian ini ada-ada aja. Ngapain tarik-tarikan kayak gitu?” Kak Putri mendekati kami.

“Daniel nih, Kak. Dia yang narik-narik aku, maksa aku pulang.” Denis mengadu seperti anak kecil.

“Daniel ... Nggak sopan kayak gitu!” Kak Putri menghardikku.

Aku hanya garuk-garuk kepala bagian belakang yang sebenarnya tidak gatal.

“Rasain lu ...!” Denis mengejek.

“Huh!” Aku melotot ke arah Denis.

“Niel, Kakak mau ngomong masalah kemarin,” pinta Kak Putri padaku.

KISAHKU [Daniel Sastrawidjaya]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang