06:11 p.m, KST.
Matahari mulai berganti tempat dengan bulan, langit sudah gelap dan suasana sekolah pun sudah sangat sepi, hanya tertinggal dua anak adam di ruang musik 2.
Taehyung menggeliat tak nyaman dari tidurnya, ia merasakan leher juga pinggangnya seakan patah karena tidur selama beberapa jam dalam posisi terduduk di bangku sekolah.
"Akh! Sial, sudah malam rupanya." ujar Taehyung saat melihat ke jendela yang masih terbuka agak lebar.
"Selamat malam."
Taehyung segera menundukkan wajahnya begitu mendengar suara imut nan menggemaskan menyapa telinganya.
"Kookie?." kejut Taehyung saat mendapati Jungkook tengah berjongkok sambil menopang dagunya.
Kookie tersenyum sampai matanya membentuk bulan sabit.
"Heol, kau di sini sejak kapan? Bagaimana dengan kegiatan kelasnya?." Tanya Taehyung sembari mengucek matanya.
"Umm, sejak satu jam yang lalu. Kegiatan kelasnya telah berakhir dari tadi." Jawab Jungkook sembari berdiri.
"Kenapa tak membangunkan ku ?."
"Mana bisa, kalau aku melakukan itu. Aku tidak akan bisa melihat wajah lucumu saat tertidur." Balas Jungkook sembari mencubit pipi Taehyung.
Taehyung menggaruk tengkuknya, malu. Lalu ia meraba mantel berwarna merah yang melekat pada tubuhnya. "Ini milikmu?."
Jungkook mengangguk kecil.
Taehyung segera membuka mantelnya dan memasangkan pada Jungkook. "Harusnya tugas laki-laki yang melakukan seperti itu, bukan kau."
Jungkook mengerucutkan bibirnya. "Aku juga laki-laki!."
"Tapi kau itu uke, tunggu di sini aku akan menyalakan lampunya--"
"Andwe!." teriak Jungkook sambil menahan tangan Taehyung.
"Ken--" perkataan Taehyung lagi-lagi terpotong oleh Jungkook.
"Kumohon jangan bangunkan aku dari mimpiku." ujar Jungkook sambil menahan tangan Taehyung.
Dahi Taehyung berkerut bingung, ia menatap Jungkook dengan tatapan tanda tanya.
"Aku ingin tetap bermimpi hari ini. Aku bisa menikmati saat menyanyikan lagu yang sangat kusukai, dan dipuji oleh orang yang kucintai." Lanjut Jungkook sambil menggenggam erat tangan Taehyung.
Jungkook menatap lembut mata Taehyung. "Jadi sekarang aku akan melangkah lebih maju dan meminta hadiahnya."
Pipi Jungkook bersemu merah, ia merapatkan badannya dengan Taehyung. "Saat aku melakukannya, dia tersenyum kecil dan dengan lembut memelukku."
"J--jungkook"
"Kurasa ini sedikit berbeda dari yang kubayangkan. Aku tidak percaya aku yang harus memulainya duluan." Jungkook menunduk malu dan bersandar di dada Taehyung. "Seharusnya aku menjadi pihak yang menerimanya... tapi jika menunggu hal itu terjadi mungkin akan lama."
Jungkook berjinjit agar sama tinggi dengan Taehyung.
"Hei, Taehyungie~. Kau tidak harus melakukannya, cukup aku saja." Ucap Jungkook sambil mendekatkan wajahnya dan memejamkan matanya perlahan.
Kedua belah bibir itu menyatu dengan lembutnya
Taehyung terdiam seribu bahasa dan menerima ciuman dari namja cantik di hadapannya.
❣❣❣
Keesokan harinya kegiatan sekolah berjalan seperti biasa, sebab tiga minggu lagi akan diadakan ujian nasional untuk kelas 12.
Dan hari ini, ah lebih tepatnya sore hari di rooftop sekolah Jungkook mengajak Yoongi untuk bertemu dan membicarakan sesuatu. Namun sejak setengah jam yang lalu Jungkook tak kunjung berbicara.
Yoongi berdiri di dekat pagar pembatas rooftop, ia berdiri membelakangi Jungkook.
"Hei, disini sangat dingin." ucap Yoongi tanpa membalikkan badannya.
Jungkook memainkan ujung sepatunya. "Hum, sudah hampir bulan Desember."
"Jadi kenapa kau memanggilku kemari?." tanya Yoongi.
"Di sini tempat pertama kali aku bernyanyi bersama kalian berdua---" ada jeda sebentar sebelum Jungkook melanjutkan kalimat selanjutnya. "--tempat pertama aku berada diantara kalian berdua."
Yoongi hanya bergumam tak jelas.
"Yoongi~ya, aku... A-aku sudah mengatakannya pada Taehyung----"
"Aku sudah tau, Taehyung sudah mengatakannya padaku." Potong Yoongi dengan nada dingin membuat Jungkook semakin menunduk bersalah.
"Sudah terlambat untuk mengatakan kalau seleramu itu jelek sekali." Ujar Yoongi.
"Aku mau meminta maaf padamu."
"Aku tidak mengerti untuk apa kau meminta maaf."
Jungkook mengepalkan tangannya. "Karena aku tau apa yang kau rasakan! Kau juga menyukai Tae--"
"Kau salah sangka Jungkook." Sela Yoongi sambil membalikkan badannya menghadap Jungkook.
"Tapi apa kau tidak keberatan jika aku memiliknya?."
"Sudahlah pemikiranmu terlalu jauh, dan untuk apa kalian malah peduli dengan pendapat orang asing? Kalian berdua bebas melakukan apapun yang kalian mau." Ujar Yoongi sambil menengadahkan wajahnya ke langit.
"Kau bukan orang asing!!" Elak Jungkook.
Yoongi kembali menunduk. "Lalu biar kukatakan hal ini sebagai seorang teman dan bukan orang asing."
"Tak menjadi masalah kalian berdua berpacaran, aku tak ingin di repotkan oleh kalian berdua." Lanjutnya.
"J-jinjja?! Tapi aku tau kalau kau menyukai Taehyung."
Yoongi mendengus geli. "Seleraku bukan dia."
"Ta--ta..."
"Sudahlah, aku tak keberatan jika kalian berpacaran. Lagi pula aku tetap ingin menjadi teman mu..... Kookie."
Detik itu juga tangis Jungkook pecah, ia segera menghambur pelukan pada Yoongi membuatnya sang empu hampir terjungkal.
"Hiks hiks.. kau hiks sah---abatku Yoongi hiks"
Yoongi membalas pelukan Jungkook, ia tersenyum. "Jangan menangis, aku memang sahabatmu."
Matahari tenggelam dari ufuk barat, kini senja telah berganti malam. Angin berhembus semakin kencang, sebab musim dingin di Seoul telah di mulai.
Yoongi tersenyum pedih di dalam pelukan Jungkook.
"Musim dinginku di mulai dengan sebuah kenyataan pahit."
❇❇❇
tbc :v
Silahkan beri komentar/kritik sertakan saran jika ada yg tidak d mengerti atau nganu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Spring Day
Fanfiction"Setiap salju turun, aku akan mengingat semua tentang kita dan hari dimana aku pergi meninggalkan mu" ... ---- 'Serpihan salju berjatuhan dan menghilang secara perlahan'