a Wall

104 14 0
                                    

"Bajingan!"

Pertengkaran antara Namjoon dan Taehyung terjadi di koridor sekolah menjadi pemandangan menarik bagi murid yang berlalu lalang disekitarnya.
Namjoon berulang kali mengumpat dan meninju wajah Taehyung.

"Lelaki macam apa kau berani mengabaikan Jungkook?!"

"Namjoon hentikan! Aku mohon berhenti!" teriak Jungkook berusaha menjauhkan Namjoon dari kekasihnya.

"Tidak Jeon! Dia sudah keterlaluan!"

"Tapi ini urusan Jungkook dengannya! Bukan kau!" teriak Seokjin tiba-tiba dan menarik tangan Namjoon.

"Tetap saja, Jungkook adalah sahabatku dan keparat ini mencoba menyakitinya. Apa-apaan kau ini?! Bicara pada Jungkook kalau kau sibuk, tapi nyatanya kau diam-diam mengunjungi rumah Yoongi."

Mata Jungkook terbelalak.

"Katakan jika kau suka pada Yoongi! Bukannya berbohong dan membuat Jungkook menangis terus!" Namjoon melepaskan cengkramannya pada kerah Taehyung, dan menendang Taehyung yang sedari tadi hanya diam tanpa melawan.

"Sudahlah, ini bukan urusanmu. Biarkan Taehyung yang bicara dengan Jungkook." Seokjin menarik paksa Namjoon yang masih tersulut emosi. "Urusan mu adalah denganku, Namjoon-ssi." tegas Seokjin mendorong badan Namjoon agar berjalan menjauh.

"Jeon Jungkook, kau berhutang padaku." ucap Seokjin sebelum menghilang dibelokan koridor.

Jungkook dan Taehyung saling bertukar pandang dalam diam, hingga Jungkook memutuskan pandangannya.

"Mingyu, Yugyeom bisakah kalian membawa Taehyung ke UKS?" tanya Jungkook yang dibalas anggukan oleh keduanya.

____________

Didalam UKS hanya keheningan yang menyelimuti, Jungkook sedari tadi mengobati Taehyung dalam diam. Ia mengabaikan desisan nyeri dari bibir Taehyung setiap kali alkohol menyentuh permukaan kulitnya.
Jungkook melilitkan perban pada sikut Taehyung yang robek terkena kawat pintu. Setelah dirasa selesai, ia langsung merapikan kotak p3knya.

Saat Jungkook hendak berdiri, tiba-tiba Taehyung mencekal lengannya. "Mian, mianhe."

Jungkook melepaskan genggaman Taehyung. "Istirahatlah, biar aku menyuruh Jimin yang mengantarmu."

"Aku ingin kau."

Jungkook tersenyum pedih, ia menunduk. "Bukankah Yoongi yang kau inginkan?" lirihnya.

"Jika kau berbaik hati dan mau mendengarkan penjelasanku, maka aku akan sangat berterimakasih."

Jungkook berbalik, ia menatap wajah tampan Taehyung dengan luka memar yang kini melihatnya dengan raut wajah memohon.

"Baiklah, jelaskan."

Taehyung menggapai tangan Jungkook dan menggenggamnya penuh perhatian. "Aku minta maaf atas kelalaianku dan mengabaikanmu, perihal apa yang kau dengar dari mulut Namjoon tadi. Itu tak sepenuhnya benar dan juga salah." Taehyung memberi jeda sejenak membuat Jungkook memasang raut wajah penasaran.

"Aku memang menemui Yoongi, tapi dia seakan menjauhiku. Aku tak pernah bertemu dengannya sama sekali, terakhir dua hari kemarin aku bertemu dengan pembantunya dan mengatakan bahwa Yoongi tidak ingin ditemui siapapun—"

"Tunggu, padahal Yoongi mengirimku pesan dan memintaku agar datang ke acara gladi bersihnya nanti sore."

Nafas Taehyung tercekat, ia menelan salivanya dengan susah payah. "Mengirim pesan? Memintamu agar datang?"

Jungkook mengangguk. "Kukira kau juga diajak olehnya, tapi sepertinya tidak."

Taehyung memalingkan wajahnya, ada rasa sakit ketika mendengar fakta bahwa—hanya dirinya yang diabaikan oleh Yoongi.

Spring DayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang