5

744 132 32
                                    

time skip; 3 days later

Beberapa hari belakangan ini ada yang beda.

Beda karena Son Wendy belakangan ini tidak datang ke rumahku untuk sarapan bersama.

Awalnya, aku biasa saja toh dia biasanya pagi-pagi akan datang ke rumahku.

Tetapi sejak beberapa hari yang lalu ia tiba-tiba tidak datang.

Aku sedikit khawatir.

Ibu atau ayah bahkan sering menanyaiku mengapa Son Wendy tidak pernah datang ke rumah lagi.

"Mark, kok Wendy belum kesini lagi?" Tanya ibu.

"Aku tidak tahu," jawabku karena aku memang benar-benar tidak tahu.

Setelah sarapan, aku lalu berangkat ke sekolah dengan jalan kaki.

Biasanya, kehadiran Son Wendy membuat perjalanan ke sekolah menjadi tidak hening.

Karena ia selalu saja ada bahan pembicaraan baik yang penting maupun yang tidak penting.

Tetapi sekarang perjalananku ke sekolah sangatlah hening.

Tidak ada suara khasnya yang selalu menghiasi perjalanan berangkat.

Somehow I'm kinda miss her voice.

Sesampainya di sekolah, aku masih tidak melihat sosoknya.

Dan dikelas juga.

Biasanya setelah aku datang, ia akan muncul.

Tetapi sekarang tidak.

Aku lalu menghampiri Kang Seulgi yang sedang duduk sambil bermain dengan ponselnya.

"Oi, Kang Seulgi," panggilku.

Kang Seulgi sedikit terperanjat lalu menoleh ke diriku.

"Apa?"

"Kau tahu dimana Son Wendy?"

"W-Wendy? E-Entahlah, biasanya dia datang saat jam-jam sekarang," jawabnya dengan sedikit terbata-bata.

Aku merasakan hal yang aneh.

Biasanya Kang Seulgi akan menjawabku dengan nada yang ketus.

Tetapi sekarang tidak.

"Itu orangnya," ujarnya, ia lalu menunjuk ke sosok Son Wendy yang baru saja datang.

Wajah Son Wendy hari ini terlihat... lesu?

Dan tidak biasanya dia memakai jaket.

"M-Mark.." ia awalnya kaget melihatku. Tetapi ia segera menunjukkan senyum dan menjadi Son Wendy yang seperti biasa.

"Kamu pasti menungguiku, ya~?"

"Tidak,"

"Tidak usah berbohong," ia tertawa terbahak-bahak sambil memukul-mukul pundakku.

regretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang