7

741 121 31
                                    

Ring Ring Ring!

Alarm dari ponselku berbunyi. Aku langsung mematikannya dan bangun dari tidurku. Aku lalu mandi dan bersiap-siap.

Oh ya, sekarang baru jam 6.30.

Mengapa aku bangun sangat pagi?

Karena aku akan menuju rumah Kang Seulgi untuk bertemu dengan Son Wendy.

Semalam, Kang Seulgi menghubungiku dan ia menyuruhku untuk ke rumahnya untuk bertemu dengan Son Wendy.

Aku lalu keluar dari kamar dan mengendap-endap turun ke lantai bawah.

Untung tidak ketahuan.

Aku lalu keluar dari rumah dan menuju rumah Kang Seulgi dengan berjalan. Ternyata rumah Kang Seulgi satu arah dengan sekolah dan dekat juga. Rumahnya cukup besar.

Sepertinya ia adalah orang yang berkecukupan.

Aku lalu menekan bel rumahnya dan terdengar suara dari interphone. "Siapa, ya?"

Dari suaranya, aku sudah bisa menebak bahwa itu adalah Kang Seulgi.

"Mark Tuan."

Tak lama kemudian Kang Seulgi muncul dengan Son Wendy yang berada di belakangnya. Son Wendy awalnya cukup terkejut dengan kehadiranku, dan dia mengalikan pandangannya.

"Wen, kamu tunggu sebentar di sini ya,"

Son Wendy mengangguk dan Kang Seulgi masuk ke dalam rumahnya sebentar.

Kami berdua sangat canggung. Aku bisa melihat dari raut wajah Son Wendy yang ingin mengajakku berbicara tetapi ia sepertinya malu.

Ponselku yang berada di saku celana lalu bergetar.

Ada pesan masuk dari seseorang.

Asalnya dari Kang Seulgi.

Kang Seulgi: ajak wendy sekarang juga

Aku lalu menaruh kembali ponselku di saku celana. Aku lalu meraih tangan Son Wendy dan menggenggamnya.

"Ma-Mau apa, kamu?" Tanyanya.

Aku lalu membawanya pergi dari rumah Kang Seulgi.

Sebenarnya, semalam aku dan Kang Seulgi menyusun rencana. Ia menyuruhku untuk bolos (sekali ini saja) dan aku akan mengajak pergi ke taman hiburan atau Amusement Park.

Kami berdua menuju stasiun kereta untuk pergi ke sana.

"Mark, ini stasiun bukan sekolah,"

"Aku juga tahu itu."

Aku lalu mengetap kartu kereta dua kali.

"Kamu duluan," kataku ke Son Wendy.

Ia lalu masuk dan aku berikutnya. Aku langsung menarik tangannya lagi karena takut ia akan kabur.

Bukan karena aku suka padanya, oke.

"Mark, kita mau kemana?"

"Sudah ikuti aku saja,"

Kereta pun datang dan kami memasukinya.

Dalam kereta sangat ramai sehingga kami harus sedikit berdesak-desakan saat di dalam.

Saat kereta mulai berjalan, kami sedikit terdorong ke belakang dan kami berdua untungnya tidak terjatuh.

Tetapi, wajah kami berdua menjadi sangat dekat.

Mata kami bertemu.

Aku bisa merasakan napasnya.

Dan bila dari dekat, ia cantik sekali.

regretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang