Kami berdua sampai di sungai Han.
Son Wendy turun dari duduknya dan aku memarkir sepedaku di dekat sebuah pohon.
"aaaaaaaaAAAAAAA,"
Aku menoleh ke sumber suara, dan ternyata ia sedang berteriak ke arah sungai.
"Son Wendy, what the hell are you doing?" Aku berjalan mendekatinya.
"Aku? Aku mencoba untuk melepaskan semua stresku," jawabnya.
"Stres? Kamu pernah stres memangnya?"
Karena sejujurnya aku selalu melihatnya tersenyum dan tertawa dimanapun itu.
"Tentu saja! Sekarang coba Mark melakukan hal tadi!"
Tidak akan. Tentu itu sangat memalukan.
"Tidak. Itu memalukan. Dan lagi, untuk apa aku melakukannya?"
"Sudahlah, lakukan saja!"
Memaksa sekali dia ini.
"Tidak. Sekalinya tidak, ya tetap tidak."
"Ayolah, Mark! Apakah kamu tidak memiliki beban dalam hidupmu? Makanya kamu tidak mau?"
Beban hidup? Tentu aku punya. Bukankah semua orang punya?
"Kamu malah diam, kan?! Berarti itu tandanya kamu punya! Sekali saja!"
Son Wendy terus-terusan merengek seperti anak kecil.
Ekspresinya lucu. Pfft.
Aku lalu mulai mengambil napas dan melakukannya seperti yang ia mau.
"aaaaaaAAAAAA,"
Dan beberapa orang di sekitar memperhatikanku. Jujur, ini sangat memalukan.
Tetapi Son Wendy malah bertepuk tangan kagum.
"Nah, seperti itu! Ayo lakukan bersama!"
Dia menggenggam tanganku. Dan dia memberikan aba-aba.
"1.. 2..3.."
"aaaaaaaAAAAAAA"
Dan aku bisa merasakan perhatian seluruh orang tertuju ke arah kami.
Kamu harus bertanggung jawab, Son Wendy.
Tetapi, aku malah mengeluarkan tawa.
"Kok kamu ketawa sih?"
"Tidak, habisnya lucu saja melihatmu seperti anak kecil,"
"Aku memang kecil, tetapi aku sudah dewasa, Mark!"
Aku juga tahu kalau dirimu kecil. Bahkan mungkin kamu hanya sepundakku. Atau lebih rendah lagi?
"Ya, ya. Terserah dirimu,"
Gadis ini lalu duduk ditanah yang terdapat banyak rumput. Aku lalu melakukan hal yang sama.
"Mark, kamu tahu?"
Tentu tidak. Dia kan belum bilang apa-apa.
"Tidak,"
"Ih, aku kan belum ngomong apa-apa!"
"Itu udah,"
"Yasudah! Aku nggak mau ngomong sama Mark lagi!"
Ujung-ujungnya, pasti dia yang akan memulai mengajakku berbicara lagi.
Awalnya memang benar bahwa ia tidak mengajakku berbicara. Tetapi lama-kelamaan dia duluan yang mengajakku berbicara.
"Mark nggak seru nih!"

KAMU SEDANG MEMBACA
regret
Fanfictentang Mark yang ingin mengulang waktu kembali. ;; TRIGGER WARNING / self-harm, suicide ;; READ AT YOUR OWN RISK