2

1.2K 157 73
                                    

Pagi ini, aku bangun lebih pagi dari biasanya.

Setelah berpakaian rapi, aku turun ke bawah untuk sarapan.

Dan saat sarapan, ayah tidak menampakkan batang hidungnya.

"Kemana ayah?" Tanyaku kepada ibu.

"Biarkan saja dia,"

Terdengar dari cara bicaranya, ibu sepertinya tahu dimana ayah berada dan ia tidak ingin membahasnya.

Setelah makan, aku pamit dengan ibu.

Dan saat aku membuka pintu, aku menemukan sosoknya sedang dalam posisi akan mengetuk pintu rumah.

"Selamat pagi, Mark!"

Bagaimana dia tahu rumahku? Apakah dia adalah stalker?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bagaimana dia tahu rumahku? Apakah dia adalah stalker?

"Darimana kamu tahu rumahku?"

"Aku tahu semua rumah anak kelas kita! Termasuk rumahmu!"

"Apakah kamu stalker?"

Ia lalu memukulku.

"Bukanlah. Mana mungkin!"

Ia sangat suka memukul sepertinya.

"Apa yang kamu lakukan?"

Untuk apa dia pagi-pagi kesini?

"Aku? Tentu saja, berangkat bersamamu!"

"Tidak usah." aku mengambil sepedaku lalu menaikinya.

"Harus, Mark!"

Aku mulai mengayuh sepedaku. Tetapi ia malah menggangguku sehingga aku jatuh dari sepedaku.

"Kamu tidak apa-apa, Mark?! Maafkan akuuuuu!!"

Aku bangun lalu mengangkat sepedaku. Untungnya, kesabaranku belum habis.

"Ya sudah, ayo naik!"

Dia menjadi kegirangan. Lalu dia duduk di belakang dan seperti kemarin, aku memboncenginya.

"Mark, kamu wangi ya!"

Aku mengabaikannya.

"Mark, kamu sudah sarapan?"

"Mark, kamu tahu tidak..."

Ia terus mengoceh sepanjang perjalanan. Cerewet sekali gadis ini.

"Son Wendy,"

"Hm~?"

"Bisakah kamu berhenti berbicara? Itu sangat menyebalkan."

regretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang