3

355 7 0
                                    

BAB 3 Siapa Dia?1

“waw… tampannya.”

“sempurna.?”

   Semua siswi Nusa Tama dihebohkan oleh kedatangan seorang siswa, sepertinya anak dari SMA Bakti terlihat dari lambang seragam cowok itu yang berbeda. Pria itu sedang berjalan melewati pos satpan dengan sebuah amplop putih besar ditangan kanannya.

     Hidung mancung, rambut hitam alis tebal dengan tingginya yang diatas rata-rata bahkan kulit kuning lansat yang terbakar matahari menambah kesan eksotis bisa dibilang ia blasteran arab-indo. Benara-benar tampan itulah yang para siswi perempuan itu pikirkan.

“itu lagi ada pembagian sembako ya?” tunjuk Wini kearah sekumpulan siswi.

“tampan…” gumam Vica dengan mata berbinar saat melihat sosok pria yang keluar dari sekumpulan siswi itu.

“ahh… dasar lebay, masih gantengan Abi tau.” piker Mutia.

“yey… gini-ni orang lagi kasmaran matanya udah tertutup batu.” Ucap Mita tak jelas.

“kata-kata dari mana tu, nggak pernah denger gue.” Ejek Ayuni.

“kata nenek moyang ku, goblok. Ya kata aku lah, kan aku yang barusan ngomong.”

“kenapa kalian malah berantem sih? Kalau diperhatikan emang ganteng sih, tapi anak-anak cowok di sekolah kita nggak kalah ganteng kok. Mereka itu memiliki tingkat ketampanan berbeda-beda.” Terang Wini.

“maksud kamu lima serangkai alayers itu. Ganteng sih ganteng tapi bloon.” Ucap Mita.

“bloon-bloon tetapi kamu ko masih suka sama Rrr….” belum sempat menyeleseikan kalimatnya mulut Vica sudah dibekap oleh Mita.

       Seorang gadis berjalan dengan anggunnya melewati sekumpulan siswi perempuan itu, dengan bermodalkan jari-jarinya ia menyisir rambutnya agar terlihat rapi lalu menghampiri pria yang sempat jadi pusat perhatian itu.

“hai..! kamu Kharel, bukan?” ucap gadis itu yang dianggukkan oleh pria didepannya.

“perkenalkan aku Rossi, aku adalah ketua team ciliders di sekolah ini. Hmmnn… kalau butuh sesuatu katakan saja padaku!” ucap gadis itu genit. Mereka saling berjabat tangan membuat segerombolan siswi tadi kecewa dan memilih pergi.

“dasar cewek genit ngak bisa lihat yang kinclong dikit aja.” Ucap Vica yang terus mengawasi dari bangku depan kelasnya.

“wahh putri malu kita kesal ni, penasehat tolong tanganin pasien lo.” Ucap Ayuni menyuruh Wini untuk menesahi sahabatnya yang pemalu

“Vica… Vica… kalau suka ya tinggal temuin aja, kenalan gitu terus baru PDKT.” Ucap Wini enteng.

“kamu piker ngelakuin itu gampang, belum sempat aku ngomong aku udah pingsan duluan.” Ucap Vica.

“udah terima aja Dani! Mending pilih yang pasti, kalau kamu pilih dia nggak bakalan dapat deh lihat aja tu si nenek lampir Rossi udah duluin kamu.” Saran Mita.

“Biar satu jurusan samo lo, maksudnya kan.” Sambar Ayuni.

“tapi tu cowok siapa ya, kayak pernah lihat. Seragamnya juga.” Wini mencoba mengingat.

      Sementara Wini masih mengingat-ngingat, para sahabatnya sudah berdiri duluan karena melihat Ibu Ester guru yang mengajar mata pelajaran sosiologi ia sangat terkenal karena  kekillerannya di sekolahnya. Tak ubahnya dengan Ayuni, Vica, dan Mutia semua siswa yang menyadari kedatangan Bu Ester pun berlari terbirit-birit bahkan ada yang berteriak histeris dan ada juga yang hampir terjatuh karena berdesakan saat masuk kelas.

“Wini… Wini… waduh ni anak…” dengan gerakan cepat Mita menarik Wini masuk kedalam kelas, untung saja saat itu mereka sedang duduk didepan kelas 12B yang merupakan kelas Wini dan Mita jadi ia tak perlu berlari seperti ke tiga sahabatnya tadi.
   
     Suasana sekolah di pojok kanan lantai 2 itu sangat sunyi, tak ada satu pun siswa yang berani bersuara bahkan bahkan suara goresan pena pun tak terdengar.

    Perlahan namun pasti guru terkiller itu berjalan melewati lorong kelas, dapat terdengar suara hentakkan sepatunya sungguh menggema di lorong itu membuat semua degub jantung siswa yang mendengarnya terhenti, diam mematung itulah yang mereka lakukan saat ini. Namun sesaat suara sepatu itu menghilang bagaikan segerombolan semut mereka kembali berhamburan bahkan ada yang berteriak senang.

     “Akhirnya lega…” ucap Vica mengusap dada saat mengetahui guru yang sangat ia takuti itu sudah menjauh. Vica benar-benar takut dengan guru itu, untung saja jurusannya IPA kalau tidak mungkin ia tak akan datang lagi ke sekolah karena trauma dengan Ibu Ester. Karena waktu beru-baru sekolah ia sepat dimaki oleh guru itu gegara datang terlambat, Vica yang tak biasa diteriaki sangat syok hingga dia pingsan.

“Yugi lo udah bik…in PR?” ucap Vica terhenti saat menyadari teman sebangkunya tidak ada.

“kemana tu anak, perasaan pas ngumpul tadi dia juga nggak ada deh.” Piker Vica mengingat-ingat.

Vica JY: Pink!

Vica JY: ada yang lihat Yugi, nggak?

Wini JP: nggak, bukannya dia di kelas?

JuMita Ps: apa dia cabut kali, ya?

Ayuni :  woi ribut banget,  nggak tau orang lagi fokus-fokus nya baca apa?

JuMita PS:lo teman atau lawan sih,  cari gara-gara mulu.

Mutia Kim: udah stop!!! Kali ini biarkan aku lihat wajah BTS dengan tenang, Ok!

Ayuni: lihat tu nyonya Kim aja nggak suka,  ganggu tau! Lagian si Yugi udah besar bisa jaga diri sendiri.Tambah lagi lihat wajahnya aja orang bakalan lari.

Wini JP:  bukan itu masalahnya nanti kalau dia gebukin anak orang gimana?

Ayuni: waduh gawat juga kalau beneran terjadi. Tapi buk Desi udah otw ni . Jadi gue serahin ke kalian ja ya.

Vica JV: ya udah nggak papa. kalau kamu gimana Win?

Wini JP: pak Su malahan udah di depan papan tulis. Sekarang kamu belajar sama siapa?

Vica JY: sama buk Ami. Tapi ibuk nggak datang jadi aku free sampai istirahat ke dua.

Wini JP: ya udah kamu tenang aja mungkin Yugi lagi di perpus atau kantin.

Cinta Akhir Sekolah (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang