16

128 5 0
                                    

BAB 16 TEROR

PEMBUNUH seperti mu tidak akan tahu apa itu sahabat…
     Teman…  kau hanya menyakiti mereka… dengan menggunakan titk terlemahnya….
     Kau membuatnya membunuh dirinya sendiri…
Riana gadis malang itu mati karena mu… karena mu… MITA…

     Mita gadis itu kembali mendapat sms dari seseorang yang tak di kenalnya, walau begitu  gadis itu tidak pernah mengganti nomor hpnya atau melaporkan orang itu. Semua itu karena rasa bersalahnya, ia menganggap itu adalah hukuman atas apa yang pernah ia lakukan.

“maafkan aku Riana… maaf…” ucap gadis itu memluk pigura kecil dimana ada dua gambar anak SD yang sedang tersenyum menghadap kamera.

Flashbaeck ON

Seorang gadis berseragam putih-merah, dengan rambut ekor kuda tengah berlari memanggil temannya.
"Mita! Mita!" Teriakan gadis itu begitu menggema di koridor sekolah. Gadis yang namanya dipanggil itu berbalik menghadap gadis dengan rambut ekor kuda.

"Apa?" Tanya gadis bernama Mita itu sinis. Terlihat wajah kebencian yang dilanyangkan gadis itu pada sosok yangmemanggilnya.

"Mita aku menyayangi kamu. Kita masuh temenan, kan?" Tanya gadis kecil itu tersenyum hangat.

"Tapi aku tak menyangi mu Riana akumembenci mu. Kau menjijikkan, penyakit mu itu bisa menulariku. Lebih baik kau menjauh dari ku kapan perlu jangan pernah nampakkan lagi wajah monstermu itu." Caci Mita pada gadis bernama Riana itu.

"Baiklah aku tak akan mengganggu kamu lagi. Terma kasih karena kamu sempat menjadi sahabat aku."

     Semenjak kejadian itu Riana tak pernah lagi datang ke sekolah, bahkan ia juga tidak pulang. Orang tuanya begitu khwatir sampai kalang kabut  mencarinya. Hingga sbuah berita mengejutkan mereka dan juga sekolah dasar tempat gadis kecil itu sekolah.

"Brekingnews, telah ditemukan seorang gadis berusia 8 tahun dengan keadaan tubuh telah membusuk di tepi sungai. Setelah diidentifikasi gadis itu bernama RianaKomala Sari. Dikabarkan dia adalah kornban pembulian di sekolahnya."

Flashbaeck Of

      “kamu kenapa? wajah kamu pucat banget.” Tanya Wini saat Mita tengah duduk dibangku nya.

“kamu sakit? Aku anter ke UKS, ya.” Tawar gadis itu khwatir.

“nggak usah, Wini sebenarnya… hmn.. sebenaaar… gue mau ketoilet dulu, ya.” Ucap gadis itu menyunggingkan senyum tipisnya.

“aku kira apa, cepat ya bentar lagi udah bel tu.” Ingat Wini. Haruskah aku jujur pada sahabat ku kalalau aku sedang diteror seseorang, tapi apa mereka akan berpihak padaku atau sebaliknya.

     Bel pulang sudah berbunyi, semua siswa kelas 12B sudah bersiap dengan tasnya. Namun tidak dengan Mita. Tiba-tiba saja gadis itu menjerit ketakutan saat mendapatkan surat bersimpah darah kering. Disana tertuli “pembunuh” semua siswa yang berada di kelas itu pun tak kalah terkejutnya

. “Siapa yang tarok ini di laciku?” teriak Mita mengangkat surat itu.

“ini bukan hanya sekedar iseng tapi sudah menjamak menjadi terror. Lebih baik kalian jujur.” Ungkap Wini.

***
“APA!!!! jadi selama ini lo di terror?” tanya Ayuni tak percaya lalu dianggukan oleh Mita.

“kenapa kamu nggak pernah cerita?” tanya Mutia.

“apa benar kamu ngebunuh orang?” tanya Mutia.

“dulu saat usiaku baru 8tahun, aku memiliki seorang teman namanya Raina. Dia adalah teman terbaikku dari kelas satu SD. Hingga saat kami kelas tiga Raina menderita penyakit kulit, dan saat itu sebuah rumor beredar bhwa penyakit Raina itu menular. Akibatnya semua siswa menjauhi dan menghinanya dengan sebutan moster.” Ucap Mita yang mulai menitikan air mata.

“lalu apa yang terjadi padanya? Apa penyakit itu benar menular?” tanya Wini.

“aku yang merupakan teman Riana juga dibuli, mereka menghinaku, keluargaku. Bahkan mereka juga melakukan tindakan fisik kepadaku. Aku yang tak mau terus-terusan dibuli menjauhi Riana sedangkan… hikss hikss.” Mita gadis itu tersedu-sedu hatinya sakit saat mengenang masa-masa itu.

“seharusnya ak..aku hiks.. aku tidak pernah mengatakan itu padanya. Pasti dia masih disini. Aku yang membuatnya mati.”

    Penyesalan selalu datang saat semuanya sudah terjadi, penyesalanmu tak akan membuatnya kembali. Adai saja kau itu memegang tangannya, andai saja kau tak menjauhinya, andai saja kau tak mengucapkan kata itu, andai saja kau tak menyuruhnya menghilang dari hadapanmu. Raina gadis ceria nan tegar itu pasti masih berada disisiku. Andai kau tahu dia sangat menyayangimu, bahkan dibuku-bukunya hanya tertulis namamu, Jumita Permata Sari. Batin seseorang yang tengah memperhatikan lima sahabat itu.

     Satu minggu, masa hukuman Yugi sudah berakhir. Namun hari pertama sekolahnya, gadis itu harus dihadapkan oleh ujian nasional penentu masa depannya. Seperti dunia terbalik Yugi mendapati ke dua orang tuanya yang tak pernah bertengkar lagi, karena mamanya memilih pergi meninggalkan rumah. Hidupnya semakin hacur, namun papanya sama sekali tak berkomentar apapun. Bahkan ia bersikap seperti biasa dan menyuruh Yugi house schooling selama 2 hari berturut-turut agar tidak ketinggalan pelajaran. Apa lelaki itu sama sekali tak mencintai mamanya.

“Yugi kamu berangkat sekolah sama papa, ya!” pinta pria paruh baya itu menghentikan keheningan.

“nggak usah. Yugi berangkat sendiri aja.”

“kalau gitu bawa mobil aja, tapi ingat jangan ngebut!” nasehat papa Yugi.

“tenang aja Yugi nggak bakalan ngebut, kalau pun ngebut palingan Yugi bakalan mati terus masuk kubur biar nggak lihat kalian lagi.” ucap gadis itu sinis lalu pergi meninggalkan papanya yang termenung akibat ucapannya.

Cinta Akhir Sekolah (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang