5

247 8 2
                                    

BAB 5 See You Again

     Sebuah sepeda motor memasuki lahan parki, terlihat dua gadis remaja itu tengah duduk di atas motor scupi berwarna merah muda mencari-cari tempat parker yang kosong. Setelah menemukannya mereka pun berdiri melepas helm yang sempat melindungi mereka dari debu dan sinar UV itu.

“Rame banget ya? Hampir nggak ada lahan kosong buat parker.”Piker gadis itu meneliti setiap kendaraan yang sedang bertengger memenuhi lahan itu.

“ya iyalah yang main hari ini kan cowok-cowok popular semua, anak-anak SNT dan SB yang memiliki tingkat ketampanan di atas rata-rata.

” Tutur Vica, gadis pemalu ini walau banyak diam tapi sangat abded.
   
     Di dalam gedung gor sudah duduk Mutia dan Wini di deretan bangku penonton.Mata mereka tak hentinya lepas dari lapangan bersimin itu.

“Kenapa kalian nggak jadian aja sih, kayaknya Abi juga suka sama kamu”Tutur Wini mengemukakan pendapatnya.

“Aku belum yakn, melihat status geng mereka yang merupakan musuh aku jadi bimbang.Apa lagi tu cowok nggak nembak-nembak. Masa ia cewek nembak duluan.”

“ngomong-ngomong Vica mana yak ok belum kelihatan.” Wini berdiri menatap pintu keluar, ia memperhatikan orang-orang  yang keluar masuk. Hingga sebuah tangan melambai ke arahnya.

“mana Ayuni dan Yugi kok nggak bareng?” tanya Mutia saat kedua gadis itu duduk di sampingnya.

“kamu taulah si RPP, tadi pagi aku telepon katanya iya. Pas aku jemput dia bilang tidak katanya ada urusan mendadak.”

“kalau Yugi?” tanya Wini.

“Tu anak aku telepon-telepon nggak diangkat d isms berkali-kali nggak dibales. Kalau di jemput gue nggak tau alamatnya. Tu anak udah bertahun-tahun bersama masih aja nggak pernah bisa percaya sama orang. kalau ditanya apa lagi masalah keluarga langsung melotot bikin jantung aku berthenti.” Omel Mita.

“Biarin aja sebagai sahabat kita hanya bisa memberi nasehat dan semangat.”Ucap Wini bijaksana.

     Disebuah rumah megah nan besar berlantai tiga, yang lebih pantas di sebut mession itu terdengar suara teriakan dengan berlatarkan benda-benada jatuh membentuk serpihan-serpihan tajam.

“Kamu itu Ibunya, seharusnya kamu tau apa yang terjadi pada putramu, bukan ikut keluyuran sepertinya.”Pria paruh baya itu nampak sangat marah.
       Jas kantor yang masih melekat ditubuhnya menandakan orang itu baru pulang kerja. Ia melotot tajam kea rah Wanita berpakaian minimalis nan elegan itu, ia masih terlihat sangat cantik di usianya yang sudah sampai setengah abad.

“Dia juga anak kamu, jadi kamu juga bertanggung jawab atas dirinya.” Bentak wanita itu.

“Aku bekerja dari pagi hingga malam cari uang buat kamu dan juga mereka, jadi semua urusan di rumah itu tanggung jawab kamu.Tapi kamu malah ikutan keluyuran nggak jelas seperti dia. pergi shoping dengan teman-teman arisan kamu itu.”Bentak Pria itu semakin keras, terlihat semua urat-uratnya yang sudah menegang.

“Iya cari uang sambil bersenang-senang dengan selingkuhan kamu itu, kan. Kalau kamu tak menyukaiku kenapa kamu menikahiku, kenapa tak ceraikan saja aku. Apa lagi orang tua mu sudah meninggal jadi tak aka nada lagi yang mengekangmu.”

     Tampa mereka sadari seorang gadis menatap nanar ke arah mereka berdiri, matanya merah akibat menahan amarah dan rasa sakit yang ke dua orang itu berikan.

“Jika tak ada cinta mengapa kalian melahirkan kami.” Rintih gadis itu lalu kembali masuk ke kamarnya.Kamar yang begitu indah dan luas tapi menyimpan kegelapan, sunyi dan sepi.

     Yugi meraih smartpon di atas nakas, matanya seketika melotot melihat deretan notifikasi dan belasan panggilan tak terjawab dari teman-temannya. Beberapa saat berpikir gadis itu pun keluar sambil menyelempangkan tas kecilnya. Ia menyisir rambutnya dengan tangan lalu mengikatnya asal dan berjalan cepat keluar, tanpa menghiraukan panggilan yang tertuju padanya.

“Lihat bagaimana kau mengajari putrimu, sangat tidak sopan pada orang tua.”Ucap pria itu sarkatis.

*****
     Yugi memasuki gedung gor, tampaknya ia datang terlambat karena gedung itu sudah sepi. Hanya menyisakan beberapa orang.di tempat pemain sudah berkumpul angota team basket SNT dan SB dan lima orang gadis yang tak lain sahabatnya ditambah Rossi.

“Yugi…! Yugi… Yugi!” teriak Mita saat menyadari gadis dingin itu sudah berdiri di ambang pintu ia segera menghampiri Yugi.

“Gue kira lo pada lagi di tabok sama tu bencong-bencong alay.” Ucap Yugi dingin dengan wajah datarnya.

“nggaklah, kali ini kita mau berdamai. Lo tau kan kita udah kelas tiga masa masih musuh-musuhan.”

“bilang aja lo suka salah satu dari mereka.”

“Tu lo tau, tapi jangan keras-keras nanti ketahuan.” Bisik Mita lagi lalu membawa Yugi ke lapangan.

“Yahh… si dead devil datang, hilangin mood aja serem tau gak.” Tutur Rossi bergedik ngeri mengangkat ke dua bahunya.

“kalau ngomong itu dijaga, ya?” ingat Wini kepada gadis centil itu.

“aku kan cuma menyampaikan pendapat ku.” Tutur gadis itu.

“ni anak pengen gue lem aja tu mulut.” Kesal Wini.

“udah lo nggak perlu marah gitu kalii, emang dia menyeramkan, kan.” Bela Rahmat.

    Ke dua gadis itu sudah bergabung dengan teman-temannya. Sebuah mata terus menatap kearah gadis berperawakan tinggi, yang rambutnya diikat sembarangan. Vica yang sedari tadi menatap Pria itu ikut melirik ke arah pandangan matanya. Wini yang menyadarinya pun ikut mengubah arah pandangannya. Cowok ini sudah salah memilih gadis, piker Wini.

“Yugi kenalkan ini Kharel ketua tim basket SB, dan Kharel ini Yugi sahabat kami.” Terang Wini. Kharel pun mengulurkan tangannya untuk berjabat tangan, sedangkan Yugi hanya diam mematung.

“kali ini aja bersikaplah ramah, plss.” Pinta Vica berbisik. Dengan terpaksa Yugi pun menerima jabatan tangan pria itu.

“hai gue Kharel, senang berkenalan dengan lo.” Ucap pria itu dengan senyum yang tak bisa diartikan. Akhirnya aku bertemu kamu lagi, ucap pria itu.

“Yugi.” Jawabnya singkat, tampa berniat memberikan sebuah senyuman.

     Setelah ke luar dari gor, segerombolan muda-mudi memutuskan untuk makan malam dulu di warung nasi dekat sana. Hari ini adalah kejadian langka karena dua geng yang selalu berseteru itu, kini tengah asyik ketawa-ketiwi.

      Mita gadis itu sangat pandai mengendalikan emosinya, walau sebenarnya hari ini hatinya sangat kacau ia masih bisa tertawa lepas seakan tanpa beban. Sedangkan Yugi gadis dingin itu hanya mematung memandang lurus ke depan, tatapannya sangat kosong.

Cinta Akhir Sekolah (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang