17

145 5 0
                                    

BAB 17 MAAF

     Ujian Nasional dimulai pukul delapan pagi, semua siswa begitu hikmat hingga hanya terdengar goresan pensil. Mereka seakan tak ingin waktu 2jam itu terbuang sia-sia. Di ruangan dua saat hanya tersisa 5menit semua siswa-siswa itu sudah menyetorkan kertas ujiannya, berbeda dengan si jenius Rehan, pria tampan itu masih membolak balikan kertas pertanyaan itu memastikan jawabannya benar.

    Berbeda dengan sahabatnya Dani, pria itu adalah siswa pertama yang mengumpulkan jawabannya. Baginya jawaban yang sudah dibulatkan adalah jawaban yang sudah real dan sah yang tidak boleh diganggu gugat lagi.

“hah…!” suara helaan napas Wini begitu ketara.

    “kenapa lo? Sakit?” tanya Ayuni.

“bukan, soal bahasanya panjang semua bikin ngantuk bacanya." Terang Wini.

“benar tu guru ngasih soal pendekin dikit napa. Mata aku aja hampir berair menatapnya.” Terang Mutia.

“oh, ya si Yugi ikut ujian kan?” tanya Mutia menyadari sahabatnya itu pasti sudah kembali karena masa hukumannya sudah habis.

“ntahlah oh, ya Vica mana?” tanya Mita yang menyadari sahabatnya itu tidak bersama mereka.

      Saat semuanya sibuk membicarakan Yugi dan Vica, Mutia malah senyum-senyum sendiri. “lo kenapa Mut? Saki?” ucap Ayuni memerengkan jarinya kedahi. “enak aja kamu aku masih waras tahu. Ini si Abi ngajakin aku nonton movie Vi (personil BTS). Dia tau aja aku pengen nonton movie itu.”

     Di sebuah taman seorang gadis tengah duduk dengan mata tertutup, dan seragam putih abu yang masih melekat di badannya. Menikmati setiap hembusan angin yang menyentuh lembut wajahnya. Aroma begitu menyengat idra penciumannya. Saat merasakan ada sebuah pergerakan di sekitarnya gadis itu pun menegakkan kepalanya lalu menatap ke samping. Seorang pria berseragam sama namun berlambang sekolah berbeda tengah duduk disampinnya. Pria itu memakai handset di telinganya. Apa pria itu sedang tertidur, piker gadis itu.

     Gadis itu meneliti setiap bagian tubuh pria itu, mancung, beralis tebal, tinggi. Kulitnya yang kuning kecoklatan akibat terbakar cahaya matahari sangat esotis, tampan itulah yang dibikir gadis itu. Seketika pria itu membuka matanya. Pandangan mereka saling bertemu, salah tingkah gadis itu pun berdiri hendak meninggalkan pria itu, namun sebuah tangan menghentikan langkah gadis itu membuatnya kembali duduk.

“apa begini cara mu, setelah menatapku begitu intens. Kau pergi begitu saja?” ucap pria itu memandangi gadis itu penuh intimidasi dengan tangannya masih memegang pergelangan tangan gadis itu.

“lo piker lo itu siapa? Hingga gue harus mandangi tu wajah.” Tunjuk gadis itu tepat dimuka pria itu.
“semua orang jug tau kali, KHAREL cowok tampan yang bikin semua cewek terpesona. Jadi karena lo udah berani mandangin cowok keren kayak gue maka…”

“maka apa, hah?”

“lo harus jadi pacar gue.”

“lo gila ya, datang-datang nyuruh gue buat jadi pacar lo.”

“Bukannya lo butuh belaian.” Pria itu mengelus lembut pipi Yugi. “dan lo juga butuh kasih sayang, kan?” ucap pria itu lagi lalu mendekatkan mulutnya di telinga Yugi sambil berbisik .

“tenang aja gue nggak bakaln nyakitin lo hingga lo harus BUNUH DIRI, mengemis kasih sayang sama gue bahkan bayar mahal untuk itu.”

PLAKK!!!

    Yugi mendorong pria itu lalu menamparnya, kata-kata itu sungguh menusuk jantungnya. Apa dia semurahan itu, hingga pria ini berani berucap kasar padanya. Apa meminta kasih sayang dari saudara sendiri seburuk itu hingga ia harus direndahkan seperti ini. Belum cukupkah masalah keluarganya hingga pria ini pun juga tak menghargainya.

“haha… apa bayaran? Tenang aja gue yang bakal bayar lo.” Ucap Yugi lembut namun membuat orang bergedik ngeri mendengarnya, apa lagi tatapannya seperti ingin menerkam siapapun.

     Namun satuhal yang tidak ia sadari, bulir bening itu telah lolos dari mata tajam bulat itu. Bahakan Kharel yang menyadarinya sempat diam lalu tangannya hendak meraih wajah gadis itu, tapi segera ditepis oleh Yugi.

Cinta Akhir Sekolah (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang