Sekarang, kau sudah mengetahui siapa kami sebenarnya. Jadi, siapa kami?
.
Part 1
.Langit gelap menyelimuti kota Seoul hari itu, langit sepertinya sudah tak tahan lagi untuk menurunkan hujannya. Hujan deras disertai petir yang bergemuruh akhirnya mengguyur kota itu dan membuat jalanan yang tadinya kering menjadi basah sempurna.
Seorang gadis memandangi derasnya hujan dari balik kaca mobil yang akan membawanya ke suatu tempat, tempat yang sama sekali tidak ia ketahui. Gadis itu mengamati foto yang sedari tadi ia pegang. Dalam foto itu terlihat seorang gadis kecil yang sedang tertawa di pangkuan lelaki berambut dan berkumis putih, dalam sekali lihat pun kita dapat menebak bahwa itu adalah foto dirinya semasa kecil bersama ayahnya. Ya, benar. Memang seperti itu.
“Appa, aku pasti akan merindukanmu.” Gumamnya dalam hati.
Setelah menempuh perjalanan yang cukup lama, akhirnya sang sopir yang mengemudikan mobil itu pun memberhentikan mobilnya di halaman sebuah rumah mewah yang tampak luas. Rumah mewah itu berjarak sekitar 3 kilometer dari gerbang utamanya. Gadis itu bingung, kenapa rumah semewah dan sebagus itu harus disembunyikan sejauh itu dari jalan raya?
“Silakan, Agassi.” Ucap si sopir setelah membukakan pintu untuk dirinya.
“Terimakasih, Ahjussi.”
“Kalau begitu saya mohon pamit.”
“Ya, Ahjussi. Hati-hati di jalan.” Balas gadis itu.
Setelah mobil yang tadi membawanya ke tempat ini hilang dari pandangannya, kedatangannya disambut dengan angin kencang dan kilatan petir di langit yang gelap itu. Tanpa pikir panjang lagi, ia bergegas membawa kopernya dan melangkahkan kakinya di teras depan rumah mewah tersebut. Bangunan itu dilapisi dinding tebal dengan pilar-pilar di sisi-sisinya yang menjulang tinggi, dengan warna pastel, rumah itu semakin terlihat mengagumkan di mata orang-orang yang melihatnya.
Teng, teng, teng, teng.... teng, teng, teng, teng... suara yang terdengar seperti bunyi lonceng gereja itu bergema di seluruh penjuru rumah saat gadis itu menekan tombol bel yang tersedia. Lama menunggu, tak ada satupun orang yang membukakan pintu untuknya. Apa pemilik rumah itu sedang tidak ada?, pikirnya.
Dengan ragu, ia menyentuh pintu yang sangat tinggi itu, dan ajaibnya, pintu itu terbuka begitu saja.
“Permisi? Apa ada orang di rumah ini? Permisi?”
Gadis itu memberanikan dirinya untuk melangkah masuk ke dalam rumah itu sambil menyeret kopernya. Rumah itu terlihat begitu sepi, dingin, dan hanya ada seberkas cahaya yang masuk melalui setiap jendela kaca yang ada, seperti tak ada tanda-tanda kehidupan di sana.
Gadis berambut hitam pekat terurai itu akhirnya tersenyum, setelah matanya mendapati seorang lelaki yang sedang tertidur di atas sofa dengan headphone yang menempel di kepalanya.
“Permi-” ia terpaku. apa ia tidak salah lihat? Lelaki itu, ia tahu lelaki itu, pikirnya.
“Permisi...”
Lelaki itu bergeming, ia masih saja tertidur pulas dengan wajah tampannya. Gadis itu merasa serba salah, ia juga tak tega kalau harus membangunkan tidur lelaki itu yang sepertinya sangat kelelahan.
Ia menyentuh tangan lelaki itu, bermaksud untuk membuatnya terbangun sebentar saja. Tapi betapa terkejutnya gadis itu setelah merasakan suhu tubuh lelaki itu sangatlah dingin. Lelaki itu tak bergerak, tubuhnya dingin, apa ia mati?
“Bagaimana ini?! aish, apa yang harus kulakukan?!”
Ia meniup-niup tangannya, lalu mengusap-usap tangan lelaki itu agar lelaki itu merasakan kehangatan tangannya. Ia terus melakukan itu, mentransfer suhu tubuhnya ke tubuh lelaki yang baru ia lihat secara langsung untuk pertama kalinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SADISTIC NIGHT
FanfictionKim Yoora diminta untuk tinggal bersama dengan sebuah keluarga yang sama sekali tidak dikenalnya tepat saat ia berumur 17 tahun atas permintaan ayahnya sendiri. Keluarga yang memperlihatkan banyak kemisteriusan itu terdiri dari 10 anggota boygroup t...