Satu minggu berlalu semenjak ucapan Brian waktu itu. Dan selama itu pula ia tetap bersikap biasa seperti tak terjadi apa-apa. Tapi di dalam hatinya, Diana merasa terluka. Ia merasa kecewa pada dirinya sendiri yang tak bisa memenuhi keinginan suaminya.
Diana saat ini tengah berada di dalam kamar sendirian. Sementara Brian sudah pergi ke kantor karena ada pertemuan yang harus di urus.
Di tangan Diana terdapat hasil lab yang beberapa menit lalu ia ambil dari rumah sakit. Ia tidak berani membukanya, takut jika hasilnya tak sesuai seperti yang di harapkannya.
Pelan-pelan, Diana merobek ujung amplop itu. Tapi terhenti saat ponselnya tiba-tiba berbunyi.
Diana menghela nafas panjang. Ia meletakan hasil lab itu di atas meja dan melihat siapa yang menelpon.
Gracia Callings.....
Diana mengernyit saat melihat nama sahabatnya itu. Ia kemudian menjawab panggilan itu.
"Hal-"
"Dee, bisa kita bertemu?"
Diana tertegun saat mendengar nada serak dari Gracia. "Grace, ada apa?" Tanya Diana lembut.
"Aku menunggumu di cafe biasa. Bye."
Tut...tut...tut...
Diana menurunkan ponselnya. Ingatannya kembali ke masa beberapa tahun yang lalu. Di mana hal gila di lakukan sahabatnya itu. Diana dulu sempat iri saat melihat ke romantisan rumah tangga Gracia dan Alexander. Dua sahabatnya itu memilih menikah muda, dan selama pernikahan itu berjalan dengan baik-baik saja.
Apa lagi Grace di nyatakan hamil lima bulan setelah menikah, hal itu tentu saja membuat dua pasangan itu bahagia. Tapi ternyata kebahagian itu bertahan lama saat tiba-tiba saja Alexander berselingkuh, meninggalkan Grace yang saat itu tengah hamil.
Grace yang saat itu marah malah berniat menggugurkan kandungannya. Tapi itu semua tak terjadi karena Diana menghalanginya.
Dari situ Grace mulai berubah. Grace yang dulunya ceria berubah pendiam. Dia bahkan selalu mencari cara untuk menyakiti kandungannya, tapi lagi-lagi tak berhasil. Hingga bayi itu lahir pun, Grace masih berusaha menyakiti bayi itu, karena wajah bayi itu mengingatkannya pada Alexander.
Kejadian itu masih terus berlangsung sampai bayi itu tumbuh menjadi anak yang tampan. Hanya saja Grace masih tak pernah berbaik hati untuk melihat betapa baik anak itu.
Diana dulu sempat ingin merawat anak Grace, tapi sahabatnya itu tak menyetujuinya.
Sampai kemudian, Alexander meninggal karena kecelakaan, Grace masih tak mau merawat anak itu. Pernah suatu hari, saat anak itu pulang larut malam-karena menghadiri pemakaman sang Ayah-Grace marah besar saat mengetahui itu, ia bahkan menyiksa anak itu. Diana tentu saja ingin menangis melihat itu.
Anak sekecil itu tidak seharusnya di perperlakukan seperti itu. Tapi lagi-lagi Diana tak bisa berbuat apa-apa.
Itu juga yang membuatnya takut sekarang. Grace yang hamil saja bisa di selingkuhi. Bagaimana dengan dirinya yang bahkan sampai sekarang belum hamil? Apakah ia juga akan di selingkuhi?
💟💟💟
Diana memasuki cafe tempat ia dan Grace biasa bertemu. Di pojok cafe, Diana melihat Grace. Sahabatnya itu tengah duduk dengan rokok terselip di tangannya. Diana meringis melihatnya, ia berjalan menghampiri Grace.
"Hai Grace." Sapa Diana. Ia memilih duduk di depan Grace.
Grace tersenyum, ia mematikan rokoknya. "Hai,"
KAMU SEDANG MEMBACA
You're The One
Roman d'amourSetiap hubungan pasti ada cerita pedih mau pun senang dibaliknya, tergantung dengan bagaimana cara kalian menyikapinya. Dan ketika cinta mulai diuji, sanggupkah kalian melewati ujian itu? Bahkan disaat paling sakit sekalipun?