S E V E N

4.8K 481 20
                                    

Pulang dari makam Ayahnya, Diana langsung diantar pulang oleh Ibunya. Selama di makam tadi, Diana dan Ibunya hanya bercerita tentang kehidupan mereka setelah Ayahnya meninggal, lalu setelah itu pulang.

"Mama tidak mau mampir dulu?"

Jennie menggeleng. "Mama harus ke mengecek toko." Jennie membuka sebuah toko kue di dekat rumahnya, tiap hari toko itu selalu ramai. Oleh karena itu ia harus ke toko, mengecek bahan-bahan apa saja yang sudah habis di toko.

"Hati-hati di jalan, Ma." Diana keluar dari mobil, membungkukkan sedikit tubuhnya agar bisa berbicara pada Ibunya.

"Ya sayang. Mama harap masalahmu cepat selesai. Mama menyayangimu."

Diana tersenyum. "Dee juga sayang Mama."

Jennie balas tersenyum. Ia kemudian berpamitan pada Diana dan langsung pergi dari sana.

Setelah Ibunya pergi, Diana berbalik, berjalan masuk ke dalam rumah. Ia mengeluarkan kunci cadangan dari dalam tasnya dan membuka pintu rumah.

Rumah itu tampak sangat sepi, hening, seakan tidak ada penghuninya. Diana menghela nafas panjang, andai saja ia memiliki anak pasti suasananya tidak akan sesepi dan sehening ini.

Diana melangkah masuk, hal pertama yang ia tuju adalah kamar. Karena kemarin ia tidak sempat membereskan kamar. Tapi niat itu terhenti saat melihat kamar sudah dalam keadaan rapi. Diana tersenyum tipis. Brian pasti sudah membereskannya sebelum ia datang.

Hah!

Helaan nafas kembali terdengar dari mulut Diana. "Maafkan aku yang tidak bisa memberikanmu anak, Brian." Diana mengusap foto pernikahannya dan Brian. Seakan berbicara langsung pada Brian.

Ting tong...

Diana mengernyit mendengar bunyi bel. Siapa yang datang? Apa mungkin Brian? Karena tadi Diana sempat memberitahu Brian jika akan pulang. Tapi kenapa Brian harus menekan bel?

Ting tong...

Diana kemudian bergegas ke depan. Ia membuka pintu rumahnya. Kernyitan di dahinya makin dalam saat melihat seorang wanita di depannya. Wanita muda yang cantik menurutnya. "Maaf...Anda siapa?"

Wanita itu bergerak gelisah digempatnya sambil menggenggam erat tas yang dibawanya. "Ehm...aku Lisa. Ada yang ingin aku bicarakan padamu." Lisa menatap sekitarnya, dan kembali menatap Diana. "Boleh...aku masuk?" Ucapnya.

Meski sempat ragu, Diana tetap mengizinkan Lisa masuk. Ia menyuruh wanita itu untuk duduk di ruang tamu. "Kau ingin minum apa? Aku bisa—"

"Tidak perlu!"

Diana bertambah bingung dengan tingkah laku wanita di depannya ini. Lisa seperti takut. Tapi takut apa?
"Baiklah. Apa yang ingin kau bicarakan padaku?"

Lisa menghela nafas panjang. Ia mengeluarkan dua buah amplop dari dalam tasnya dan meletakkannya di atas meja, dihadapan Diana.

"Apa ini?"

"Itu...kau akan mengetahuinya nanti." Lisa buru-buru berdiri. "Aku permisi,"

"Lisa! Apa ini?" Lisa tetap berjalan keluar, tak mendengarkan panggilan dari Diana.

Diana yang penasaran akhirnya memilih untuk mengabaikan tingkah aneh Lisa, dan memilih membuka amplop yang diberikan Lisa tadi.

💟💟💟

Brian turun dengan cepat dari dalam mobil setelah memarkirkan kendaraannya di garasi rumah. Selama di kantor tadi, ia langsung menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat begitu mendapatkan pesan dari Diana, jika istrinya itu sudah pulang.

You're The OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang