Nafas Lisa seketika sesak setelah ia memutuskan panggilan telpon yang ia lakukan beberapa saat yang lalu. Dengan dada yang naik turun lantaran menarik nafas, Lisa berlari menuju laci mejanya untuk mengambil pil penenang miliknya dan meminumnya dengan cepat. Tubuhnya seketika meluruh ke lantai sesaat setelah ia menelan pil penenangnya.
Lisa terduduk di lantai sambil menatap pantulan dirinya dari kaca lemari. Astaga! Keadaannya benar-benar kacau setelah menelpon pria itu, baju yang ia pakai bahkan sudah basah oleh keringat. Tapi itu tak membuat niatnya untuk menemui Sean. Ia lantas mengepalkan kedua tangannya sebelum memilih berdiri untuk mengumpulkan keberaniannya.
Dengan keyakinan penuh, Lisa terus mengingatkan dirinya untuk tidak lagi melarikan diri. Kali ini saja, Lisa ingin semuanya selesai agar ia bisa segera lepas dari bayang-bayang masa lalunya, agar ia bisa menjalani kehidupan yang normal tanpa ketakutan juga kekecewaan yang terus menghantuinya.
"Hari ini, ayo kita selesaikan semuanya, Lisa." Ucap Lisa pada dirinya sendiri. Ia pun menghela nafas panjang lalu bergegas menyiapkan baju yang akan ia pakai menemui Sean.
💕💕💕
Kursi yang di duduki Jason seketika terjatuh setelah ia selesai membaca pesan yang dikirimkan Lisa padanya. "Shit!" umpatnya keras, menarik beberapa perhatian temen-temannya. Termasuk Davian yang langsung mendekat dan hendak bertanya apa yang terjadi, tapi Jason sudah lebih dulu mencengkeram kerah kemejanya.
"Kau! Apa yang sudah kau katakan pada Lisa tadi?!"
"Jas tenanglah!" Davian menatap sekitarnya sambil berusaha melepaskan cengkeraman Jason dilehernya. Brengsek! Ia benar-benar tidak suka menjadi pusat perhatian seperti ini. "Tidakkah kau bisa membicarakan semuanya baik-baik?"
Jason pun segera melepaskan cengkeramannya lalu mendorong pelan tubuh Davian. "Kita bicarakan di luar!" ucap Jason sebelum berjalan keluar lebih dulu.
"Dave apa yang terjadi? Kenapa Jason terlihat marah?" tanya Steffani, sang pemilik pesta yang diadakan hari ini. Wanita bergaun seksi denga belahan dada rendah itu menatap Jason dengan pandangan penasarannya. "Kalian berdua punya masalah?"
Davian menggeleng pelan, menjauhkan tangan Steffani yang berada di lengannya. "Bukan masalah besar. Hanya kesalahpahaman saja."
"Oh baiklah kalau begitu." Steffani pun kembali menghampiri teman-temannya. Sementara Davian berlari keluar untuk menghampiri Jason yang sudah berdiri membelakanginya dan sebatang rokok berada disela jarinya.
"Bukankah kau sudah berhenti merokok?" tanya Davian setelah menutup pintu di belakangnya.
"Tidak usah banyak bicara, sekarang katakan padaku hal apa yang sudah kau bicarakan pada Lisa tadi."
"Sudah aku bilang, ini rahasia. Hanya–"
"Brengsek!" Jason membanting sisa rokoknya ke lantai. "Aku Kakaknya, sialan! Aku berhak tahu!"
"Kau ini sebenarnya kenapa?"
Jason menghela nafas kasar sambil menarik rambutnya frustasi. "Lisa berniat menemui Sean sendiri! Kau tahu sendirikan bagaimana brengseknya pria itu?!"
"Tenanglah, Jas."
"Bagaimana aku bisa tenang, sialan! Adikku akan bertemu Sean, dan aku tidak tahu di mana mereka akan bertemu!" Saking kesalnya Jason sampai menendang kursi di sampingnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
You're The One
RomanceSetiap hubungan pasti ada cerita pedih mau pun senang dibaliknya, tergantung dengan bagaimana cara kalian menyikapinya. Dan ketika cinta mulai diuji, sanggupkah kalian melewati ujian itu? Bahkan disaat paling sakit sekalipun?