Satu-Malu Seumur Hidup

7.5K 478 9
                                    

Ketiga gadis itu menatap jengah ke seorang lelaki yang sedang menyematkan cincin ke jari manis tunangannya. Mereka melihat itu semua dengan gaya bosan.

"Mora! Liat deh si Ariel mantan lo itu, sok mesra! Dih jijik gue," kata salah satu gadis itu.

"Iya. Gue heran tunangannya Ariel itu nggak lebih baik dari lo," kata gadis yang satunya.

"Hua! Gue masih cinta sama dia!" Gadis yang tadi dipanggil Mora itu justru mengeluarkan reaksi yang berbeda dari dua temannya. Amora Naura Resika. Gadis yang merupakan mantan dari Ariel yang sekarang berdiri di panggung bersama tunangannya.

Mora sejujurnya masih mencintai Ariel, hubungan mereka lebih dari lima tahun terjalin. Tapi Ariel justru meninggalkannya dan mengejar teman kecil sekaligus cinta masa kecilnya.

"Ariel jahat! Harusnya gue yang ada di sana. Bukan tuh cewek!!" geram Mora.

Tina dan Fafa menatap Mora dengan jengkel. Mereka berdua ingin Mora move on dari Ariel. Untuk apa Mora meratapi nasib seperti barusan? Mereka yakin Mora pasti bisa mendapatkan lelaki yang jauh lebih segalanya daripada Ariel.

"Mor! Ariel nyamperin kita," bisik Tina saat melihat Ariel berjalan ke arahnya.

Mora seketika mendongak. Ia melihat Ariel dan tunangannya itu berjalan ke arahnya. Terlihat Ariel seperti memamerkan tunangannya kepadanya. Hati Mora rasanya tercabik-cabik, tapi ia tidak boleh menunjukkan itu semua di depan Ariel. Ia lalu mengubah ekspresinya menjadi datar.

"Hai, Mora," sapa Ariel setelah berdiri di depan Mora.

"Hai!" jawab Mora ketus. Ia menunduk dan melihat tangan Ariel yang memeluk pinggang tunangannya. Mora laly membuang muka, ia tidak mau membuat hatinya semakin sakit.

"Selamat ya. Lo udah tunangan," kata Mora seraya mengulurkan tangan ke Ariel.

Tina dan Fafa menyenggol lengan Mora. Mereka tidak setuju Mora mengucapkan itu ke Ariel.

"Mora," bisik Fafa memperingatkan.

"Terima kasih, Mora," jawab Ariel dengan senyum tipisnya.

Jantung Mora berdegup lebih kencang. Dari keseluruhan wajah Ariel, ia paling suka bibir tipis itu. Dulu, bibir itu tersenyum untuknya tapi sekarang tidak lagi.

"Sayang. Aku ke teman aku dulu, ya," kata tunangan Ariel. Kemudian tunangan Ariel berjalan menuju ke temannya.

Rasanya Mora ingin menendang bokong tunangan Ariel itu, biar jatuh tersungkur dan menjadi bahan tertawaan. Tapi ia cukup waras untuk tidak melakukan aksi konyol itu.

Pandangan Mora lalu teralih ke Ariel yang tersenyum sinis ke arahnya itu. Ia menarik napas panjang, sebisa mungkin tidak menunjukkan kesedihannya di hadapan mantan pacarnya itu. "Kok lo nggak kenalin tunangan lo ke gue?"

"Buat apa? Nggak penting juga. Lo cuma masa lalu gue," jawab Ariel enteng.

Tangan Mora terkepal di sisi tubuh. Jika sekarang ia tidak ada di pesta pasti ia akan menonjok lelaki yang sayangnya masih dicintainya itu. "Oke! Gue tahu pasti kalau lo kenalin dia ke gue dia jadi gak percaya diri. Secara gue lebih segalanya," jawab Mora blak-balakan.

"Menurut gue lebih baik Puput," jawab Ariel dengan nada merendah.

"Oh! Jadi nama tunangan lo Puput," kata Mora sambil manggut-manggut.

"Gue mau lo lupain gue!!"

Mata Mora terbelalak. Bukan hanya Mora saja, tapi Tina dan Fafa juga.

Kemudian Mora bisa menguasai dirinya sendiri dan ia tersenyum tipis. "Gue udah lupain lo kali."

How Can I Move On?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang