"Maaf. Apakah aku terlalu terburu-buru?" Junhoe yang mulai mengerti raut wajah gadis disampingnya ini memaksakan diri untuk tertawa.
"Tapi yang kukatakan itu benar adanya." Ucap Junhoe, memperjelas kalimatnya.
So Hyun hanya mengangguk dan tersenyum.
Ia larut dalam suasana yang sunyi, namun pikirannya entah kemana.
"Seharusnya aku senang," ujarnya tiba-tiba.
"Mendapat pengakuan dari seorang sunbae yang digilai seantero sekolah, pintar bernyanyi dan bermain gitar, humoris, bahkan fashionista. Maksudku, astaga. Gadis mana yang mau menyianyiakanmu?"
"Benar sekali, Kim So Hyun."
So Hyun berdeham. "Yang pasti, aku tidak bisa memberikan jawabannya saat ini. Aku butuh waktu untuk berpikir."
"Maaf."
"Aku sudah tahu kau tipe gadis seperti itu. Tapi tenang saja, ini salahku terlalu cepat mengatakannya." Kata Junhoe. Ia sepertinya sudah menduga situasi ini akan terjadi.
"Tapi, bukan berarti kau menolakku, kan?"
So Hyun memperbaiki posisi duduknya ke arah samping. Kini ia tengah menatap Junhoe.
"Tergantung kata hatiku, bukan?"
✳
"Kau bisa mengambil minumku jika kau mau."
"So Hyun-ah, mau laukku?"
"Tidak perlu teman-teman. Aku sungguh baik-baik saja." Kata So Hyun,mencegah tangan kedua sahabatnya ketika mereka mencoba meletakkan makanan di piringnya.
"Lalu kenapa raut wajahmu aneh, seperti tidak punya pikiran?" Soojong perlahan-lahap menyuapkan sepotong cumi ke mulutnya.
"Hanya saja..yah, kau tahu?Bagaimana rasanya dihadapkan pada dua pilihan yang bahkan kau tak mampu melepas keduanya?"
"Seperti..ketika aku diminta memilih antara komputer dengan sinyal wifi kencang atau stik ps keluaran terbaru lengkap dengan cd game nya, begitu?"
So Hyun mengangguk. "Seperti..ketika kau diminta untuk memilih antara dress peach selutut keluaran LV atau atasan keluaran Gucci berwarna tosca lengkap dengan bolongan di bahunya." Ujar So Hyun, sesekali melirik ke arah Soojong.
"Wah, kupikir itu pilihan yang sulit."
"Kusarankan untuk tidak memilih keduanya."
"Jika kau memilih salah satu dari keduanya, maka kau akan sedih kehilangan yang satunya," Jungkook menegaskan.
"Ngomong-ngomong, ini tentang apa? Apa kau sedang mengikuti kompetisi atau semacamnya, lebih dari satu?"
"Tidak sama sekali. Aku hanya iseng bertanya." Jawab So Hyun enteng.
✳
Bukan Kim So Hyun namanya jika semuanya tidak dipikirkan dengan matang. Namun dalam hal ini, entah mengapa, sehari dua hari yang berlalu sama sekali tidak menghasilkan apa-apa.
Ia masih bingung. Kata-kata sahabatnya tempo hari, membuatnya berpikir dua kali untuk mengambil keputusan.
Ah ini hanya kisah cinta monyet, untuk apa aku terlalu memikirkannya.
Pikirannya sibuk berkutat mengenai baik-buruk jika ia mengambil keputusan itu.
Bahkan rutinitas keluar malamnya pun ia abaikan.
"Aku ingin es krim."
Terlalu banyak berpikir hal yang bukan realistis membuat So Hyun kelaparan.
"Sebaiknya aku berjalan-jalan sedikit."
So Hyun mengambil hoodie kesayangannya itu dari balik pintu dan segera melancarkan aksinya seperti biasa. Mengendap-endap di ruang tamu bukanlah hal yang sulit untuk dilakukannya.
Bermodalkan sandal jepit ayahnya, So Hyun berjalan kaki sambil menahan suhu di jalanan yang mulai mencapai titik rendah.
"Ah, orang-orang bisa mengiraku gila makan es krim di cuaca begini," gumam So Hyun.
Tapi, Kim So Hyun tetaplah Kim So Hyun. Ia tidak peduli dengan tatapan kasir supermarket yang bingung atau pun tatapan orang-orang di jalanan yang seolah-olah berkata, bukankah-gadis-ini-sudah-gila.
So Hyun hanya asyik menyusuri trotoar sambil bersendandung riang.
Ia akhirnya sampai di rumah putih bertingkat itu. So Hyun perlahan-lahan mengendap dan bersembunyi di balik pagar, sambil memastikan tidak ada yang melihatnya.
Ia mengintip rumah mewah yang terlihat kosong itu. Seperti biasa, lampu kamar atas tempat pria itu masih menyala. So Hyun tersenyum.
Perlahan-lahan ia mendekati gerbang di dekat pos satpam. Alih-alih bersembunyi di sana, ia justru menemukan sesuatu yang menarik.
Kotak putih polos yang tidak diketahui pemiliknya itu diletakkan di bawah pos satpam.
So Hyun memberanikan diri untuk mengambilnya. Ia perlahan-lahan membuka kotak itu.
Scarf. Isinya adalah scarf rajut berwarna merah putih seperti tema natal, lengkap dengan gambar rusa-rusa berwarna hitam di bagian bawahnya.
So Hyun mengambil scarf itu dari kotak putih dan mulai memandanginya.
Puas memandangi scarf yang lucu itu, mata So Hyun kembali melihat secarik kertas bertuliskan hangul yang berada di dalam kotak.
Ini sudah malam dan dingin. Kupikir kau memerlukannya ,maaf jika tidak sesuai dengan seleramu :)
So Hyun tersenyum. Rasa malu dan takut sudah kalah dengan rasa bahagianya. Kini ia menatap rumah putih yang lampunya masih menyala itu.
"Kupikir aku tahu keputusanku."
✳
Maafkan aku yang membuat ceritanya terlalu ribet :")
Sebenarnya ini tinggal beberapa part lagi huhu.
Pencet bintang itu apa susahnya sih, nambah kebaikan iya kan gaes :)Cukup kecewa dengan dua chapter sebelumnya yang votenya nurun drastis.
I mean, maafkan aku yang lama updatenya tapi kembali lagi dengan topik tadi. Meninggalkan kesan baik itu penting untuk penulis supaya dia semangat.
Ini responnya begini aku jadi bingung mau nulis apa lagi.
Cukup sudah curhatannya.
Terimakasih kepada penggemar setia Midnight Admirer!,mia