Penantian Cinta 12

396 12 3
                                    

Di sini lahh meraka sedang berkutat dengan pikiran masing-masing.

Kenapa bisa begitu? Ya. Tiba-tiba guru Matematika yang tadinya di kabarkan tidak dapat mengajar, sekarang tengah duduk di bangku kebesarannya. Sambil memantau murid-murid. 

"Rese banget sii tu guru. Masuk-masuk nyusahin orang."oceh sita. Jelas saja. Sekarang dia telah pusing memikirkan jawaban soal matematika itu. Dia memang benci sekali dengan pelajaran ini.

"Siapa tadi yg bersuara." teriak pak Handoko.

'Hening'

Tak ada yang berani bersuara. Tak terkecuali sita, dia langsung bungkam seribu bahasa. 'Gila yaa tu pak tua tajem banget kupingnya' batinnya

Walaupun sudah berumur pendengaran dan penglihatan pak Handoko sangat tajam. Makanya dia sering sekali jadi pengawas saat ujian. Jadi semua murid tidak ada yang berani mencontek. Karna sekali ketauan tanpa basa-basi dia langsung merobek pekerjaan anak didiknya itu. Bisa di bilang kejam memang. Tetapi menurut dia ini adalah yang terbaik untuk murid-muridnya. Supanya menjadi anak yang disiplin. 

"Jangan ada yang berisik, kalau sampai ada nilai kalian semua nol!  Mengerti?" tegasnya. 

"Mengerti pak." jawab seluruhnya. 

'Duh susah banget lagi gimana ya?' batin sita

Dia melirik alika, dan yang di lirik tidak menyadari itu. Karna alika sekarang dengan santainya menjawab soal-soal itu dengan lancar. Tak usah di ragukan lagi.  Alika memang murid yang pandai. Tapi dia lemah di bidang pelajaran bahasa inggris. 

Sita melihat suasana. Terutama melihat pak Handoko. Kini lelaki paruh baya itu sedang membaca koran dengan asiknya. Dan mulai lahh aksi sita. 

"Al, bagi dong jawabanya.pliis" mohonnya pada alika sambil bisik-bisik. Alika yang mendengar itu, memalingkan pandangannya ke pak Handoko untuk berjaga-jaga. Saat keadaan yang menurutnya sudah aman. Langsung ia menunjukan jawabannya ke sita. 

"Cepet salin" bisik alika. 

Sita dengan secepat kilat menyayat jawaban itu. Dia sangat beruntung mempunyai teman yang pandai, apalagi baik seperti alika. 

Tak sadar ada sepasang mata yang melihat kejadian itu, ada senyum devil di bibirnya. Dan terlintas niat jahat di otaknya

"Pak,ada yang nyontek." teriak anjar memenuhi ruangan.

Semua mata yang ada di kelas itu menatap anjar, begitupun pak Handoko. Dia yang sedang asik membaca berita terbaru telah terganggu ketenangannya karna murid laki-laki itu. Kini lelaki paruh baya itu telah berdiri dari duduknya. 

"Duh mampus nih gua." desah sita. Panik. Dia juga kesal pada anjar yang hobby sekali memancing emosinya. 

Alika melihat kejadian itu segera menggambil jawabannya dari hadapan sita. Sedangkan sita tidak menyadari itu. sekarang ia sedang mati kutu, sambil menengguk air liurnya kasar. Karna pak Handoko mulai berjalan dekat.

"Siapa yang mencontek?" tanyanya. Lebih tepat berteriak. Dia menatap tajam anjar

"Dia pak, saya tadi lihat dia mencontek." ucap murid laki-laki itu sambil menunjuk ke arah sita. 

Nafas sita tercekat. Mulai keluar keringat di pelipisnya. Dia keringat dingin. Mata sita menatap anjar seakan-akan ingin sekali melenyapkan cowo itu sekarang juga.

Kini anjar menyeringai penuh kemenangan,  seakan tak takut pada tatapan mematikan itu.

Pak handoko berjalan ke menuju meja sita. 

Penantian Cinta [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang