Penantian Cinta 37

11 0 0
                                    

Malam yang cerah dengan kilauan bintang dan rembulan, membuat Gadis manis itu berpaling dari buku yang sedaritadi ia baca.

Berlatar taman kecil nan asri, gadis manis yang duduk disalah satu bangku putih panjang itu menikmati semilir angin malam dan lukisan indah tuhan di langit yang gelap.

Suara ketukan pintu terdengar dari pintu luar, rumah yang ia tempati tidak terlalu besar, jadi jika ada aktivitas di depan rumah akan sangat mudah terdengar.

Tubuhnya terpaksa berdiri dari tempat nyamannya beberapa menit tadi, kakinya melangkah menuju tempat asal suara.

"Biar Alika aja bun," tawarnya saat melihat bundannya yang ingin menghampiri asal suara tersebut. Sementara intan yang sedang menonton televisi bersama suami tercinta kembali duduk seraya tersenyum kepada anak sematawayangnya.

Pintu kayu yang besar itupun terbuka, menampilkan satu sosok laki - laki paruh baya dan yang satu sosok perempuan muda yang cantik jelita, mereka tersenyum ramah pada Alika.

Alika terkejut mengenali sosok perempuan tersebut, 'Clara?ngapain ya dia kesini?'bantinnya bertanya.

"Selamat malam, apa benar ini kediaman nona Alika?" Sapa lelaki paruh baya tersebut.

"Iya benar pak. Saya sendiri." Jawab Alika dengan bingung.

Intan dan Fajar yang mendengar hal tersebut seraya melangkah menghampiri ruangan depan.

"Ada apa ya pak cari anak saya?" Tanya Fajar saat sudah sampai di muka pintu.

"Ehh, mari silahkan masuk kedalam," Intan mempersilahkan tamunya masuk, merasa tidak enak jika harus berbincang di luar.

"Silahkan duduk," titahnya sambil tersenyum.

"Terima kasih" jawab tamunya dengan tersenyum.

Intan mengisaratkan pada Alika untuk membuat minum, membiarkan tamu ini menjadi urusannya dengan suaminya. Alika yang mengerti intruksi bundanya pun bergegas ke dapur.

"Maaf sebelumnya, perkenalkan saya Julio pak, saya orang yang menabrak anak bapak tempo hari." Jelas lelaki yang berana Julio tersebut.

"Ohh jadi kamu orangnya, yang menabrak anak saya dan langsung kabur begitu saja?" Suara Fajar sedikit meninggi, memang ia orang yang bijak, tapi dia cukup marah atas kejadian yang menimpa anaknya. Intan selaku istri hanya bisa mengusap lengan suaminya lembut agar tidak tersulut emosi.

"Maaf pak, waktu itu saya sedang mabuk, jadi saya tidak punya akal sehat dan pergi begitu saja. Setelah saya sadar baru saya menyadari kalau sudah menabrak anak bapak," jelas lelaki tersebut dengan muka yang menyesal

Rahang Fajar mengeras, wajahnya merah menahan amarah. "Terus salah siapa kalau anda mabuk?! Seharusnya jika anda mabuk jangan memaksakan untuk membawa kendaraan! Saya rasa anda sudah cukup dewasa untuk tau kalau itu bisa mencelakan diri anda serta orang lain!" Kali ini ia sudah sangat geram, yang membuat suaranya meninggi, untung saja tangannya dipegang oleh Intan, jika tidak orang yang di depannya ini sudah pasti dapat bogem keras di wajahnya.

Alika yang baru datang membawa minuman pun bergidik ngeri melihat ayahnya yang amat marah. Baru kali ini ia melihat ayahnya marah separah ini.

Alika kemudian duduk didekat bundanya.

"Yaudah lah pak, kan suami saya juga sudah ganti rugi bayar pengobatan anak bapak," jawab gadis muda itu acuh tak acuh.

"Suami?!" Terkejutnya Intan, Fajar, dan Alika secara berasamaan. Jika bisa di bilang gadis itu lebih cocok jadi ponakan atau bahkan anak dari lelaki yang bernama julio ini, Intan dan Fajar pun saling bertatapan merasa heran dengan pasangan yang mereka lihat di depan mata ini.

"Ini istri muda saya pak," jawab laki - laki itu dengan senyum bangganya sambil merangkul tangan wanita muda disebelahnya, dan di sambut hangat oleh wanita di sebelahnya.

Fajar menghela nafas, mengatur emosinya. Merasa hal ini tak benar. Percuma jika berbicara dengan tamunya yang aneh ini. "Oke saya mengerti, jika kalian menganggap masalah selesai jika dengan membayar pengobatan anak saya, saya sudah maafkan." Jawab Fajar tegas.

"Makasih pak sekali lagi, ini anak bapak itu kan?" Tanya lelaki ya g bernama julio itu sambil menunjuk ke arah Alika. Pertanyaannya hanya di balas anggukan.

"Alika, bapak mohon maaf yang sebesar besarnya yaaa" ujarnya bersunggung - sungguh, yang hanya dibalas mengangguk dan terseyum.

"Untung saja anak saya bisa sadar dan lukanya tidak terlalu parah, kalau tidak masalah ini akan saya perpanjang." Sahut Fajar tegas 

Lelaki yang bernama Julio itu tersenyum kikuk, "tapi sekarang, bapak tidak akan membawa ini ke jalur hukum kan?" Tanyanya khawatir. Fajar menghela nafas menimbang keputusan yang akan ia buat.

"Asslamualaikum," suara salam menghentikan konsentrasi Fajar.

"Waalaikumussalam," jawab pemilik rumah terkecuali tamu mereka. Semua wajah yang ada di rumah itu seraya menoleh ke asal suara.

"Ehh ada tamu ya bun, maaf aku ganggu" sapa Akbar tak enak. Ekspresinya sedikit terkejut melihat wajah itu. Tapi sebisa mungkin ia menetralkan kembali raut wajahnya.

"Gakpapa Akbar ayo masuk, Al temenin Akbar gihh" perintah bundanya, Alika yang sedang duduk seraya berdiri.

"Ayo bar, kehalaman belakang aja." Ajak Alika. Kedua insan tersebut berlalu ke belakang.

"Oke kita lanjut pembahasan tadi, begini untuk saat ini saya tidak akan membawa masalah ini ke jalur hukum. Tapi jika hal ini terjadi lagi saya tidak akan diam pak," Fajar menjawab dengan bijak. "Saya butuh kesepakatan dengan bapak, untuk tidak berkendara dalam keadaan mabuk, karna jika hal ini terjadi lagi tidak semua masalah bisa di selesaikan dengan uang, " lanjutnya lagi.

"Iyaa pak, saya mengerti dan berjanji tidak akan mengulanginya lagi," sahut Julio mantap.

"Apa saya bisa percaya dengan perkataamu?" Tanya Fajar memastikan.

"Saya sendiri yang akan menyerahkan diri ke pihak berwajib jika hal ini terjadi lagi pak." Hidup Julio memang terbilang bebas, tapi dia tidak mau lari dari masalah dan tidak bertanggung jawab. Itu namanya pengecut.

"Baik, saya pegang kata - kata kamu," sahut Fajar dengan menjabat tangan tamunya.

"Terima kasih pak, atas toleransinya" sahut Julio senang

Akhirnya masalah selesai, dan mereka beralih membicarakan bisnis, memang ya lelaki begitu yang tadinya berselisih bisa jadi kawan bicara berbeda dengan perempuan. Jika perempuan berselisih sulit sekali untuk diajak berkawan.

Sementara Clara yang merasa bosan dengan pembicaraan itu pun, pamit untuk ke toilet.

-------------------------------------------------------
------------------------------------------
-----------------------------

Hay guys,😘hehe, Apa kabar semuanya?

Makasih buat kalian yang suka sama cerita aku dan dukung akuuuuu 🙏🏻🙏🏻
Terimakasih yang udah sabar nunggu aku up part baru🙏🙏🙏 aku minta maaf ke kalian🙏🙏❤❤

Aku sayang kalian🤗🤗🤗

gimana partnya suka ga? Apa kurang baper? Jawab di kolom komentar yaa 👍

buat yang lama nunggu 'penantian cinta' update, kalian bisa baca cerita ke dua aku dulu. 'Pengagum hatimu'

Sekian dan Terima kasihh🙏

Aku tunggu kritik dan sarannya yaa hehe 😂

Jangan lupa votee and comment😉

Alifta Rizkiyanti Hariono

Selamat membaca

Instagram : @alfriz.alk

Penantian Cinta [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang