Penantian Cinta 7

521 20 5
                                    

Dua tahun kemudian..

Author pov

Fajarpun telah tiba, Alika terbangun dari tidurnya, dan sibuk berkutat dengan kegiatan sendiri.

Setelah selesai Alika langsung menuju ke ruang makan untuk sarapan disana sudah ada bunda dan ayahnya.

"Kamu udah bangun sayang, ayo sini kita sarapan sama-sama." ajak bunda.

" iya bun"

Hening, hanya dentingan sedok yang memenuhi ruangan itu, sampai akhirnya sarapanpun selesai.

"Alika" panggil ayah.

"Iya yah,"

"Kamu berangkat bareng ayah ya, kebetulan ayah bawa mobil kantor."

"Baik yah,"

" yaudah ayah berangkat dalu ya bun," pamit suami pada sang istri.

"Aku juga ma,"

"Iya hati-hati"

"Iya, assalamu'alaikum." salam mereka.

"Wa'alaikumusalam."

Setelah berpamitan Alika dan ayahnya pun pergi meninggakan lingkungan rumah, tak ada percakapan yang mehiasi mobil ini, semuanya sama-sama bungkam.

Sampai ayahnya yang memulai duluan.

"Alika."

"Iya yah."

" bagaimana sekolah mu nak?"

" ya gitu-gitu aja lah."

" kok gitu-gitu aja?" 

"Iya lah yah, sekolah aku masih kayak dulu belum berubah. Lagian juga dari pihak sekolah ga ada yang niat buat masalah renovasi." jawabnya polos

Fajar tertawa mendengar jawaban anak sematawayangnya ini. " Kamu ini, maksud ayah gimana kamu di sekolah nyaman atau tidak? Terus bagaimana dengan guru dan teman-temanya? Bukan sekolah kamu yang ayah tanya Alika," balas ayahnya gemas dengan tingkah Alika yang belum juga dewasa. 

"Ohh.. Gitu, abis ayah nanyanya ga lengkap sih."

"Hem, seharusnya kamu udah ngerti apa maksud ayah sayang."

Alika menyengir kuda. Memperlihatkan deretan gigi putihnya. "Iyaiyaa, Alika tadi cuma bercanda kok yah."

"Yaudah,yaudah terus gimana kamu di sekolah?"

"Yaa ga gimana-gimana lah yah."

"Hadeh, cape ayah ngomong sama kamu."

"Hehe.. Susahan mana yah sama cara ngambil hati bunda?" Tanyanya sambil nenunjukan seringai jailnya.

"Pinter jawab ya sekarang anak ayah,"

"Haha.. Iyaa dong.."

" Oh iyaa al, Ayah mau tanya serius sama kamu."

"Tentang apa yah?"

"Perjodohan, kamu ga berubah pikiran kan?"

"Hemm, ga kok yah. Memangnya kenapa?"

"Iya, ayah takut aja kamu berubah pikiran  masalahnya ayah udah terlanjur janji sama sahabat ayah, ga enak kan kalau misalnya janji ini tidak ayah tepati, dan kamu juga tau ayah bukan tipe orang yang suka ingkar janji."

"Engga kok yah, aku ga bakalan berubah pikiran jadi ayah tenang saja."

"Makasih ya nak, kamu sangat mengerti ayah. Ayah beruntung sekali punya anak seperti kamu yang nurut sama orang tua."

Penantian Cinta [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang