Penantian Cinta 18

335 10 2
                                    

"Uh akhirnya tuh ujian – ujian selesai juga. Kalo ibarat balon yaa, nih pala udah mau pecah asli," Gerutu Sitta saat keluar dari ruangan ujian. memang Ini adalah hari terakhir di mana semua murid kelas XII SMA harapan selesai menjalankan segala macam ujian yang membuat kepala pening. Sudah dua bulan berlalu. Dan mereka hanya menunggu surat kelulusan.

"Heleh. alay lo," Raka menoyol kepala Sitta dengan sangat kerasnya. Membuat sang empu melotot dan berusaha membalas perbuatan temannya. Kini mereka sudah kejar – kejaran seperti kucing dan tikus. Alika dan Anjar yang melihat itu hanya bisa menggeleng – geleng kepala.

"Raka!!!! Awas lo ya kalo ketangkep, gua pastiin pala lo ilang!" teriak Sitta dengan segala kemarahannya. Mereka terus berlari.

"Udah sit ampun sit, gua cape asli" mohon Raka sambil berusaha menghindar.

"Bodo gak ada kata maaf buat lo!" Sitta makin mengencangkan larinya. Raka menghindar dengan cara bersembunyi di balik pohon besar di dekatnya.

"Sitt cape ego, sumpah dah gua teraktir ayoo." Raka geram dengan sifat tidak menyerahnya Sitta yang ingin sekali menghabisinya. Ia tak mau mengambil resiko atas kemarahan cewek barbar yang selama tiga tahun ini menjadi teman dekatnya. Lebih baik dia mengorbankan uang jajannya dari pada menjadi bulanbulanan gadis itu.

"Lo mau nyogok gua hah?!" tidak merasa tertarik dengan rayuan Raka. Sitta masih terus mengejar Raka dengan segala kekuatan yang ia punya.

'hap' 

Sitta berhasil menangkap baju Raka. Menariknya, membuat Raka kaget dan berusaha melepaskan diri. "mampus lo ka sekarang," ujarnya disertai seringai.

Raka bergidik ngeri dengan mimik wajah Sitta sekarang. bayangan dimasalalu terlintas di otak kecilnya. Ia ingat dua tahun lalu Sitta pernah menghabisi teman sekelas mereka, karena  meletakan bekas permen karet di atas tempat duduk Sitta, alhasil cowok itu takut dan , minta pindah kelas.

Raka tidak mau wajah mulusnya lecet karena perempuan laknat ini. ia berusaha melepas cengkraman tanggan Sitta di seragam sekolahnya, menarik tubuhnya kebelakang. Tak perduli bila bajunya akan sobek. yang terpenting dia selamat.
"Mau kemana lo sekarang?! udah lah pasrah aja!" dengan nafas yang tersegal – segal, Sitta semakin mempererat cengkraman itu menariknya mebuat sergam Raka lusuh.

Raka tidak putus asa ia tetap berusaha menarik tubuhnya menjauh.
"Eh, eh, eh..... "

'gedebuk'

Raka terpeleset. karena terdapat kulit pisang di belakangnya. Alhasil ia jatuh terlentang. Sitta yang menarik seragam Raka sangat kuat juga ikut jatuh di atas tubuh Raka. Dan Keduanya diam mencerna apa yang sedang terjadi sekarang.

semua mata yang ada di sekitar area itu tertuju pada mereka. Tak terkecuali Anjar dan Alika. Anjar yang senyum – senyum sendiri. Dan Alika yang menutup mulutnya supaya tidak berteriak.

"Cieeee" seru seluruh murid yang berada di tempat itu termasuk Alika dan Anjar.

Raka dan Sitta seketika tersadar. berusaha bangkit dan pergi dari sana. Mereka malu. Sangat malu. Apalagi Sitta yang terkenal galak dan cuek dengan cowok.

"Kan bener kan gua bilang, pasti di antara kalian berdua tuh ada benih – benih cinta eaa." Goda Anjar yang baru saja datang menghampiri mereka.

Alika tertawa kecil. Mendengar godaan Anjar. "Akhirnya temen aku bisa juga suka sama cowok." Sekarang ia ikut menimpali.

"Ihh apa sii lu berdua." Sitta melangkah pergi dari tempat itu. diikuti dengan Raka yang sekarang tengah berusaha menormalkan ritme jantungnya.

Anjar dan Alika hanya mengikuti dari belakang. Sesekali, mereka tertawa saat mengingat kejadian tadi yang memperlihatkan wajah Sitta dan Raka berubah merah padam seperti kepiting rebus.

Penantian Cinta [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang