Penantian Cinta 30

472 12 0
                                    

Setelah berjam - jam menunggu redanya hujan mereka berdua akhirnya sampai di tempat tujuan. Kaca bening nan buram akibat basah terguyur hujan, menjadi tempat singgah mata Alika saat ini. Seakan - akan itu adalah sesuatu yang mengagumkan untuk dinikmati.

Keduanya masih diam, bahkan salah satu dari merekapun tidak berniat untuk memulai percakapan, seakan masih sibuk terhanyut dalam pikiran masing - masing. 

"Hah, panas." keluh seorang gadis yang baru saja menyesap kopi panas. 

Akbar yang dari tadi sibuk dengan lamunannya seraya memutar bola matanya malas. Kecerobohan gadis di depannya seakaan sudah mendarah daging dalam dirinya. "Lo tuh dungu atau bodoh si?! gak liat masih ngebul gini?" Suaranya sedikit meninggi, dari nada bicaranya saja sudah pasti lelaki itu kesal. 

Alika yang sedang mengibas - ngibaskan tanganya di depan lidah, langsung menghentikan kegiatannya. Ia diam dan kembali menatap kaca jendela di sampingnya. Menurutnya pertanyaan Akbar barusan tak butuh jawaban, karena selama ini di mata Akbar ia hanyalah gadis bodoh yang masih saja mencintai orang  yang bahkan terang - terangan menunjukan rasa benci padanya. Alika tersenyum miris, ingin sekali ia menyudahkan drama bodoh ini. 

"Eh, lo denger gw gak sih?!" Akbar terlihat kesal saat tau ia diabaikan begitu saja. 

"Kenapa?" tanya Alika malas, sambil menoleh ke arahnya. 

"Udah lah langsung aja," 

Alika berfikir sejenak, "gimana kalo kamu  pura - pura selingkuh." mata Akbar setengah melotot menatap gadis di depannya. Membanyangkan hal semenjijikan itu saja ia tak pernah, tapi sekarang Alika bisa - bisanya menyuruh ia melakukan hal yang paling ia benci. Mengingat apa yang telah dilakukan oleh masalalunya jelas membuat Akbar akan menolak rencana Alika itu. 

"gimana?" tanya Alika dengan ekspresi cerianya, sambil menaik turunkan Alisnya.  

"Gw gak setuju." tegas Akbar. Alika menghelah nafas gusar, padahal itu adalah cara terbaik menurutnya. Tapi melihat ekspresi Akbar sekarang, ia baru ingat satu hal. Hal yang membuat lelaki itu berubah 380 derajat. 'duh mati deh, kok aku bisa lupa yaa?' batin Alika. 

Alika menatap Akbar iba. "aku tau kenapa kamu gak setuju, maaf yaa."

Akbar hanya melihat Alika datar setelah menyesap minumannya. Ia bingung. Perasaannya kacau balau sekarang. Mengingat kejadian masalalu membuat lelaki itu susah untuk membuka perasaannya kembali. 

"Yang buat kamu marah semalam, Clara kan?" 

Akbar yang sedang melamun, kini terkejut mendengar perkataan Alika. "Lo kenal Clara?" 

Alika tersenyum tipis. " Siapa yang gak kenal sama primadona sekolah kita dulu?"

"iya juga si," 

"Semalem aku gak sengaja lihat pas kita udah masuk mobil. Emm Kamu, masih ada perasaan ya sama Clara?" Sebenarnya Alika takut menanyakan ini, takut kalau Akbar akan hilang kendali lagi seperti semalam. Tapi rasa penasarannya sekarang mengalahkan rasa takutnya.

"Kenapa? bukan urusan lo kan? udah deh, jangan bahas dia." dilihat dari raut wajah Akbar saat ini siapa pun yang melihat sudah pasti tau apa yang lelaki itu rasakan. Wajah memerah dengan rahang yang mengeras, sudah dipastikan Akbar sedang menahan kekecewaannya. 

"iya, kamu bener itu bukan urusan aku, tapi aku sadar banget sama perubahan kamu yang dulu sama sekarang. Akbar, aku emang gak tau gimana perasaan kamu saat ini, tapi coba deh kamu tanya sama hati kecil kamu, kamu benci sama clara atau cuma benci sama perbuatan dia ke kamu aja. Di dunia ini, setiap orang akan susah lupain cinta pertamanya. Kenapa kamu gak coba belajar ikhalas? atau berdamai sama masalalu gitu?" jelas Alika panjang lebar, sungguh gadis itu rindu dengan sikap Akbar yang dulu. 

Penantian Cinta [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang