akhirnya sampai juga mereka di rumah akbar. Tetapi Alika hanya diam dan tidak bergeming sama sekali di dalam mobil.
"Eh.. Kenapa lo diam aja? Kita udah sampe." Ujar akbar.
Alika seraya keluar dari mobil tetapi ia tetap saja diam. Tak mengeluarkan sepatah katapun. Akbar langsung menarik tangannya dengan kasar menuju dalam rumah. Kebetulan momy dan papa sedang tak ada di rumah, jadi ia tak perlu di beri pertanyaan tentang siapa gadis ini.
"lu tunggu sini gua mau ganti baju dulu."
Masih tak mengeluarkan suara. Alika hanya mengangguk dan menoleh sedikit ke arah akbar.
Akbar merasa tak enak pada Alika, tapi tidak mungkin juga seorang akbar mau meminta maaf dengan gampangnya. Apalangi dengan perempuan. Makhluk yang harus ia hindari akhir - akhir ini kecuali momynya.
~~~
Alika povsepi, ya itu yang berada di otakku saat pertama menginjak rumah ini. Mana orang tuanya akbar, aku penasaran. Ah mungkin saja mereka sedang keluar. Aku sebenarnya ingin bertanya padanya tapi, aku terlalu takut untuk bertanya.
Aku sedang duduk di sofa yang empuk, aku baru tau ternyata akbar anak orang kaya, pantas saja di menolak cintaku. Toh.. aku jauh dengannya, dia lelaki yang begitu sempurna, sementara aku jauh dari kata itu.
Ya dari tadi aku hanya diam di saat akbar bicara, aku masih kesal padanya. Beraninya dia menjelekkan sahabatku. Aku tak terima, boleh saja dia mencaci makiku tapi asal jangan dengan sahabatku.
Lama aku melamun ternyata akbar sudah selesai mengganti baju, ya allah.. Dia sangat tampan, dengan balutan kaus oblong hitam dan celana pendek selutut. Makin cinta jadinya,hehe.
"Sadar alika, sadar kamu tak boleh makin cinta padanya". Batin ku berteriak
"Kenapa lu liat gw kaya gitu? Ya gw tau. Gw emang tampan." ucapnya pede
"Em..ti-tidak, si-siapa juga yang melihatmu." balasku gugup.
" halah udah lah.. Kita mulai aja."
3 jam kita menyelesaikan tugasnya. Lama memang karna kita sedikit berdebat, dan akhirnya pendapatku yang di pakai. Kita membagi jadwal piket dengan sistem kocok, dan selesai lah sekarang.
Dan kalian tau, kelompok piketku bersama akbar. Huh, kenapa waktu selalu mempersatukan kita? Apa yang engkau rencanakan ya allah..?
Lama aku sibuk dengan pikiranku akhirnya aku pamit pada akbar untuk pulang. Hari sudah sore aku takut bunda khawatir mencariku berhubung hpku lowbet jadi tidak bisa mengabari bunda.
"Bar, jadwalnya mau siapa yang bawa besok?" tanyaku.
"Gw aja." jawabnya cuek.
"Oh yaudah kalo gitu, aku pamit pulang ya. Bye." pamitku sambil melangkah keluar rumah.
"Tunggu.."cekal akbar. Sambil menarik tanganku.
Deg, ya allah.. Tidak tepat sekali posisi ini, aku tak bisa mengontrol detak jantungku saat ini. merasa panas di pipiku, aku tak bisa membanyangka. semerah apa pipiku saat ini.
"Gw anterin lo pulang." ucapnya seraya melepas tanganku.
"Ehmm.. Ng-ngga usah aku pulang sendiri aja, lagian belom sore banget kok." elakku.
"Gw ga terima penolakan, ga usah sok nolak deh lo. Lo seneng kan pulang di anter sama gw. Gw si sebenernya males, cuma ya terpaksa aja." ucapnya dingin
KAMU SEDANG MEMBACA
Penantian Cinta [ END ]
Teen Fiction"MENANTI" mungkin kata ini yang cocok untuk mengisi hari - hari seorang gadis polos yang baru mengenal cinta. Pergi untuk menjaga hati supaya tak terluka. Atau, Bertahan demi mengejar cinta. "Kamu seperti an...