Bel istirahat berbunyi. Semua murid berhamburan keluar kelas. Namun, Kiara masih menunggu Lisa untuk mengajaknya ke kantin. Kalau tidak maka dia tidak akan pergi, dan tidak akan bertemu Jaewon."Ki, kantin gak lo—"
"Ayok!!"
Namun, sekali diajak, tak perlu waktu 2 detik untuk mendapat respon.
Gadis itu menggait tangan Lisa dan berjalan keluar kelas sambil menarik erat. Ia tak sabar menemui Jaewon di kantin setelah ini. Tentu saja Lisa juga sudah mengetahui benar kebiasaan sahabatnya ini.
"Pelan-pelan dong, Ki."
"Ayo, ah, cepetan. Gue gak mau lama-lama, kan mau ketemu kak—"
"One?" potong seseorang di belakangnya.
Gadis itu menoleh cepat. Alisnya bertaut mendapatkan tiga orang sudah berdiri di depannya dengan tangan dilipat di depan dada. Dan, jangan lupakan Jennie dengan wajah sinisnya.
"Lo mau ketemu kak One lo itu kan?" Jennie membuang muka dengan tawa arogannya. "Please, gak usah alay. Kapan sih lo mau berhenti ngarep? Lagian Jaewon itu sukanya sama gue."
Kiara menatap Lisa. "Ayo, Lis," bisiknya.
Keduanya meninggalkan Jennie, Jisoo, dan Rose, alias The Queen of Bullying di sekolah mereka. Ogah-ogahan dirinya berurusan sama mereka. Mendingan dia melihat Jaewon langsung.
Tentu saja, hal itu membuat Jennie makin menyimpan dendam padanya.
Sesampainya di kantin, keduanya, Lisa dan Kiara, duduk di bangku yang selalu kosong karena mereka selalu duduk disana. Tak ada yang berani duduk disana, karena pasti Kiara duduk disana sambil memandang Jaewon tanpa henti.
Lebih tepatnya, yang lain takut dibicarakan sebagai teman penguntit. Atau bahkan mereka akan dibicarakan sebagai penguntit juga.
Namun, setelah duduk, tak ada Jaewon.
Mengetahui hal itu tak urung membuat bahu Kiara menurun otomatis.
"Belum ke kantin kali," sahut Lisa mengerti isi pikiran sahabatnya.
Kiara hanya bisa mendengus.
"Beli makan gak?"
"Gak ah, lo dulu aja, gue gak nafsu makan."
"Ya, udah."
———
One #2
———
Jaewon memejamkan kedua matanya dan kembali ke posisinya bersembunyi di balik tembok.
"Masih ada bocahnya?" tanya Jaebum dengan tawa mengejek.
Laki-laki berambut hitam agak kelebih panjang itu mendecak kesal. Kalau ia tak punya rasa malu mungkin ia akan menendang tong sampah yang ada di hadapannya saat itu.
"Sabar aja, Bro. Salah sendiri punya urusan sama orang stress," sulut Daniel sambil tersenyum mengejek juga.
Kemudian Jaewon membalas dengan keluhan, "Gue gak pernah ada masalah sama dia, kenapa dia terobsesi banget sama gue sih?"
"Ya, lo bilang 'kek ke bocahnya. Kalo gak bilang mana dia berhenti?" tambah Dongho masih menyendok nasi uduknya yang sisa beberapa suapan.
"Setuju!" sahut dua orang yang lainnya, Daniel dan Jaebum.
"Gimana mau bilang, njir. Dipanggil aja gue merinding."
Alhasil tawa keempat sekawan itu berhamburan, terkecuali Jaewon sendiri.
"Gak lucu," sulutnya kemudian dengan tatapan seriusnya.
"Lo mah kebaikan, Won. Kalo gue jadi lo udah gue mainin tuh cewe. Lagian dia 'kan cantik tuh. Sayangnya sinting."
Anggap saja Jaewon tak mengindahkan perkataan Dongho barusan. Mungkin memang ia sudah terbiasa dikelilingi oleh sahabat berandalan yang suka mempermainkan wanita, balapan, dan merokok ini. Bahkan ia sudah tidak kaget lagi seperti pertama kali.
"Gimana kalo lo mainin aja, Won?"
Yang ditawari malah beranjak dari tempatnya untuk membeli air putih setelah berkata, "Ntar kalo gue udah gak punya otak."
Dongho mengunyah makanannya sampai habis dan memperhatikan kedua sahabatnya sudah melotot dengan mulut ternganga lebar.
"Barusan si terong ngatain kita-kita gak punya otak gak 'sih?"
—
Dear, Diary
Hari ini aku gak ngelihat kak one di kantin. Kayanya dia gak masuk deh, soalnya seharian juga gak lihat sama sekali.
Semoga kak One gak kenapa-kenapa:(
Sincerely,
Kiara
KAMU SEDANG MEMBACA
The One | [Jung Jaewon]
FanfictionJaewon, dia adalah cowok pertama yang Kiara idam-idamkan. Namun, apakah Kiara harus merubah perasaannya kalau One bilang tidak menyukai sikapnya itu?