Jaewon berjalan ke arah motornya yang menyisakan 2 buah helm. Yang tadi pagi Yuna kenakan tidak dibawa bersamanya, terpaksa sang kakaklah yang harus membawanya ke rumah.Mendengus, kemudian menaiki motor sportnya dan mengenakan helm warna hitamnya. Rasanya aneh saat ini, ia tidak pernah merasa sesendiri ini sebelumnya. Apa ia harus main ke rumah Daniel?
"Kosong?"
Lelaki itu menoleh ke belakang, disana sudah ada Jennie yang tersenyum ke arahnya.
"Gak," jawabnya dingin.
"Emangnya boncengin siapa? Gue liat Yuna pulang bareng mobil adik kelas tadi," ucapnya. Namun matanya memicing, kemudian tangannya terlipat di depan dada. "Bukan Kiara 'kan?"
"Gak ada urusannya sama lo." Jaewon memutar kontak motornya.
"Kalian udah renggang? Gue udah denger itu kemarin." Jennie tersenyum lebar masih dengan tangan terlipat disana. "Jadi sekarang gue bisa ngedeketin lo lagi 'kan?"
Tangan Jennie meraih helm Yuna di belakang, kemudian memakainya di kepalanya. Jaewon tak sempat bicara. Bahkan sekarang gadis itu sudah duduk di atas motornya.
"Turun," ucapnya pada gadis itu.
"Jahat tau, gak? Gue gak ada yang jemput," balas Jennie dengan bibir mengerucut.
"Naik gojek sana."
"Parah! Seumur-umur gue gak pernah naik kendaraan aplikasi itu. Maunya sama lo. Titik!"
Namanya titik, maka akan selalu begitu. Jennie tidak akan mudah dibantah, kecuali dengan perilaku kasar. Benar-benar bodoh kalau memang itu yang akan Jaewon lakukan. Bisa-bisa namanya dicoret dari kartu keluarga.
Motornya memilih menyala dan melaju keluar dari sekolah. Berdoa saja semoga hatinya bisa diajak berkompromi saat ini.
———
One #11
———
"Turun." Jaewon berucap dingin tanpa henti ketika motornya sudah berhenti di depan pagar sebuah rumah mewah di salah satu perumahan elit.
Gadis itu segera turun dari motornya, kemudian menyerahkan helm yang tadi dikenakannya pada Jaewon. "Makasih udah dianterin."
"Lo yang maksa, gak usah kege-eran."
Jennie kini hanya bisa mengangguk-anggukkan kepalanya. Rupanya Jaewon memang benar-benar masih mengungkit masa lalu itu jika bersamanya walau dia tidak bilang. Ia bisa merasakannya dalam nada bicara lelaki itu. Tapi rasa pedulinya selalu saja hilang.
"Maafin gue, di masa lalu itu cuma—"
"Cuma masa lalu," potong Jaewon sambil menyalakan mesin motor. "Jangan bahas itu lagi. Gue balik."
Kemudian motor hitamnya sudah membawanya menjauh dari masa lalunya. Ya, gadis itu adalah bagian dari masa lalu yang tak ia senangi.
—
"Lis."
Kiara menggenggam erat lengan Lisa ketika masuk ke dalam kantin. Wajahnya nampak cemas ketika memandangi Jaewon yang sedang duduk bersama teman-temannya untuk makan siang. Syukurlah, mereka tidak menyadari keberadaan Kiara.
KAMU SEDANG MEMBACA
The One | [Jung Jaewon]
FanfictionJaewon, dia adalah cowok pertama yang Kiara idam-idamkan. Namun, apakah Kiara harus merubah perasaannya kalau One bilang tidak menyukai sikapnya itu?