One #14

2.6K 310 33
                                    


Kiara menggaruk kepalanya yang tak gatal. Hari ini Roy bersikap sangat aneh.

Contohnya saja lelaki itu merangkul bahunya beberapa kali dan bicara halus padanya. Itu masih bukan masalah besar. Yang paling parah adalah ketika ia mengusap kepala Kiara sambil memanggilnya lucu.

"Emangnya gue kembar sama Sule apa?"

Hanya itu respon yang bisa ia utarakan.

Lelaki tinggi itu malah tersenyum lebar pada gadis tersebut sambil merangkul bahunya. "Tuh, 'kan. Lo lucu banget. Pengen gue cuuuubit." Roy menambahkan cubitan keras pada kedua pipi Kia.

"Sakit!" Kiara menampar tangan besar Roy yang menarik pipinya kencang. "Gak punya perasaan!"

"Gue baru inget kalo gue gak punya temen seimut lo, Ki."

Gadis itu mengerutkan kedua alis. Bukannya merasa terpuji tapi dirinya sudah menduduki emosi tingkat paling atas. Rasanya selain pembuluh darahnya mendidih, bulu kuduk merinding, ia juga ingin membunuh lelaki tinggi itu ketika tangan besarnya menarik kedua sisi pipinya seperti mainan jaman sekarang, orang-orang menyebutnya squishy.

Tapi ia tak peduli, kini tersenyum lebar karena sang pangeran sedang berjalan menuju ke arahnya. Pastinya, untuk kebetulan lewat.

"Kak," sapanya dengan senyuman lebar. Mengerti bahwa ia dicueki, tangannya hanya menyatu dalam genggaman. Matanya terpejam dan berucap keras, "Tuhan, semoga Kak One bales sapaan aku besok."

"Amin!" sorak Dongho dan Jaebum yang berjalan di dekat Jaewon sambil mengucap amin dan mengusap wajah menggunakan kedua telapak tangan sebagai gerakan tambahan.

Mereka berjalan kembali, mungkin keduanya sedang melupakan Lisa yang berjalan di belakang sambil melamunkan banyak hal.

———

One #14

———

"Kak One."

Lelaki berambut agak panjang itu memutar kepalanya saat sedang makan cimol di dekat pos sekolah. Demi dewa neptunus dan dewa lainnya, bagaimana bisa gadis itu selalu muncul di hadapannya?

"Kak, makasih kemarin udah di anter."

"Gak perlu makasih berkali-kali," jawabnya sambil menatap cimol-cimolnya yang cantik. Kemudian menusuk-nusuknya asal dengan tusuk kayu bambunya.

Tak ada yang lebih membuatnya canggung ketika adik kelas penguntit itu mengambil duduk di sampingnya. Rasanya sedikit aneh, bagaimana bisa ia tidak menolak? Mungkin otaknya benar-benar sudah di cuci bersih saat itu dan digantikan dengan memori baru.

"Cimolnya kenapa, Kak? Dilihatin mulu."

Lelaki itu mendengus geli dengan tawa yang tertahan. Dan tak ada yang lebih aneh dari sederet pertanyaan gadis itu untuknya. Selalu seperti itu.

"Omong-omong ibu Kia jago bikin cimol. Dulu pas masih SD, dia jualan di deket sekolah. Tapi sekarang udah beda, ibu nitip jualan donat ke toko-toko."

Jaewon mendengarkan, tentu saja. Ia selalu tak bisa menemukan alasan kenapa gadis itu tidak peduli akan privasinya. Demi apapun, Kiara bukanlah gadis biasa untuknya. Bukankah waktu itu ia bilang ia sudah menyadarinya?

The One | [Jung Jaewon]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang