"Kita.. kita putus aja" ujar pria didepanku.
Rasanya potongan steak enak ini langsung berhenti ditenggorokanku sekarang, aku tersedak ingin menangis. Aku menoleh kearahnya, laki-laki dengan pakaian biru muda yang sedang duduk menatapku.
Entah sejak kapak steak ini berubah menjadi batu, aku tidak bisa menelan makanan ini.
Segera kutenggak segelas orange juice dihadapanku dengan cepat.
Aku mengelap mulutku, mencoba mencerna apa yang kudengar dari mulutnya barusan. Aku menatap wajahnya yang sama sekali tidak melihat kearahku, mataku membesar karena terkejut, rasanya menelan ludah pun aku tidak bisa.
Kenapa dia mengatakan kata-kata seperti itu, apakah aku membuat salah? Kemarin hubunganku dengannya masih baik, bahkan aku dengannya jarang sekali yang namanya bertengkar. Aku tidak bisa percaya sama apa yang ia bilang barusan.
Rasanya.. hatiku hancur sudah.
"Wa.. wae?" tanyaku terbata, aku tidak bisa menahan tangisku. Aku mendongakan kepalaku, berusaha bagaimanapun caranya agar air mata ini tidak jatuh.
"Aboji.. sudah menjodohkanku dengan wanita lain, aku minta maaf" katanya masih dengan posisi yang sama, tidak melihat wajahku sama sekali.
Aku menghela nafas berat dan panjang "A.. arasseo" aku mengangguk, aku tidak tau harus berkata apa lagi sekarang.
"Aku pergi.." kata dia lalu beranjak berdiri dari kursinya "Kamu, hati-hati dijalan" lalu menundukan kepalanya sejenak lalu pergi meninggalkanku.
Aku meraih ponselku dan segera keluar dari restoran ini, aku berlari untuk pulang. Air mataku tak terelakan lagi, aku menangis sejadi-jadinya sembari berlari. Rasanya sudah tidak peduli lagi dengan pandangan aneh orang-orang terhadapku.
Brengsek kau Jung Wonwoo, kenapa kau bisa memutuskan hubungan denganku yang sudah kita tempuh tiga tahun lamanya secara sepihak? Baru dua hari yang lalu kau bilang kau benar-benar mencintaiku, dan tidak akan meninggalkanku. Rasanya kau selalu bilang seperti itu padaku setiap hari. Dan sekarang? Kau memutuskan dengan cara yang jelek tanpa melihat wajahku sama sekali.
Aku berhenti sebentar, mengelap air mataku. Apakah aku harus menangis karenanya? Karena pria sialan itu? sebenarnya aku benar-benar ingin menangis kencang sekarang, namun mendadak air mataku berhenti. Entah kenapa, air mata ini tidak keluar lagi.
Aku.. aku masih mencintainya sejak tiga tahun lalu. Jung Wonwoo, kau harus sadar bagaimana aku mencintaimu sampai sekarang. Sampai dimana kau memutuskanku secara sepihak, meski aku membencimu sekarang, namun aku tidak bisa bohong kalau aku benar mencintaimu.
Aku melemparkan tasku ke lantai, lalu segera menggabrukan badanku keatas kasur secara paksa. Aku mengguling-gulingkan badanku kenanan dan kekiri, mataku langsung tertuju pada fotoku dan Jung Wonwoo yang kupasang disamping tempat tidurku.
Aku kaget, aku mengambil figura itu lalu memasukannya kedalam laci. Aku terduduk sebentar, kulihat sekeliling kamarku. Hampir disetiap sudutnya ada barang pemberian Jung Won Woo, aku tidak tau harus kuapakan semua barang ini.
Boneka, foto, bunga layu, bahkan coklat yang tak pernah kumakan, semuanya kutaruh dikamarku disetiap sudutnya. Bahkan cincin putih mengkilap ini masih stay di jariku, Wonwoo bilang dia akan melamarku secepatnya, tapi.. sekarang dia malah meninggalkanku. Bagaimana bisa mulutnya semanis itu dulu, dan berubah menjadi sangat kasar.
Aku melepas secara kasar cincin dijariku ini, kutaruh secara asal diatas nakas. Aku meraih ponselku, lalu memencet nama Park Dami disana.
"Dami-Ah. Kamu dimana?" tanyaku duluan. Aku menggeleng "Geunyang.." aku lalu menggeleng kembali "Ani, ani. Lanjutkan saja pekerjaanmu. Ah.. iya"
Aku lalu melempar ponselku secara asal. Aku.. aku butuh sahabatku sekarang, namun dia sekarang sedang berada di Daegu karena pekerjaannya. Ah! Pada siapa aku bercerita sekarang, aku menghempaskan lagi badanku kekasur.
"Eomma.. bogoshipo"
*****
Aku menenteng keranjang berisi beberapa botol soju, rasanya.. hanya minuman ini yang bisa mengerti perasaanku sekarang. Tidak ada lagi yang bisa memahami perasaanku lebih dari minuman ini. Lucu memang, kenapa rasanya otakku tidak bisa berpikir dengan jernih.
Aku lalu menuju kasir, mengantri dibelakang pria didepanku. Aku melirik melihat belanjaannya, ah.. dia juga membeli soju sepertiku. Tapi.. kenapa lama sekali, dia hanya membeli dua namun tak kunjung minggir dari antriannya. Tidak tau apa, kakiku keram berdiri terus menerus.
Pria itu mengorek saku belakangnya, membuatku sedikit terkejut.
"Sunnim.. totalnya 3000 won" kata kasir memberi tau lagi. Kenapa sih dia. (Pelanggan)
"Sebentar" katanya kembali mengorek saku belakangnya lagi, lalu berpindah ke saku jaket nya. Kenapa dia? Apakah tidak membawa uang? "Dompetku.." gumamnya yang terdengar oleh telingaku yang tajam.
Aku lalu langsung menyerobot disampingnya, ia terkejut dan langsung menjauh dariku. Kenapa dia, segitu terkejutkah?
"Chogi.." selaku pelan "Gabungkan saja sama milikku" aku menaruh keranjangku diatas meja . Aku melihatnya lalu mengangguk tanpa diminta, mungkin dia mengerti apa yang kumaksud.
Aku menenteng plastik berisikan soju milikku, dan pria ini disampingku menenteng plastik miliknya juga. Dia berada disampingku, tapi tidak berkata apa-apa. Membuatku sebal, dimana rasa terimakasih kepada orang yang membantunya?
"Gomapchi?" tanyaku sembari memasukan sebelah tanganku dalam saku (Berterimakasihlah)
Dia lalu menudukan kepalanya "Ah.. gomapseuhamnida"
Aku mengangguk "Arraseo.." jawabku datar "Mau minum bareng?" tawarku duluan.
Dia lalu mengangguk tanpa menjawab. Kenapa pria ini begitu hening.
Aku dan pria asing ini duduk di tempat yang disediakan diluar minimarket. Aku membuka botol soju milikku, lalu menenggaknya tanpa gelas. Sekilas kulihat wajahnya yang sedikit terkejut melihatku.
"Ah, aku udah biasa minum" ujarku duluan.
Lagi-lagi dia mengangguk, apakah dia tidak bisa menggunakan mulutnya dengan baik? Membuatku sebal.
"Aku.. aku akan ganti uangmu secepatnya" katanya memecah keheningan. Aku lalu melirik singkat, dia melirik kearahku.
"Gak perlu, lagian.. itu gak seberapa" jawabku tenang, lalu menjulurkan sebelah tanganku "Kim Nana"
Dia hanya melihat tanganku tanpa membalasnya, bahkan tidak memberi tau namanya. Dia ini kenapa sih, kenapa terus-terusan membuatku bingung. Segitu susahnya untuk menyebutkan nama dia? Membuatku kecewa.
Aku menarik tanganku kembali "Ireumi... epseosoyo?" tanyaku lagi. (Kau tidak punya nama?)
Dia menggeleng lalu mengusap keningnya "Jeon Jungkook" katanya.
Dia berkeringat.
.
.
.
.
.
Masih awalan...
Maaf ya kalau gak menarik.
Gue masih berusaha buat nulis dengan baik dan benar.
Vote juseyo...
-Kim Nana
pacarnya Mas Jungkook.
YOU ARE READING
Winter Jeon - JJK
FanfictionHey, Jeon Jungkook! Bolehkah aku menyentuhmu? -Kim Nana Jangan menyentuhku, kau bisa saja terluka-atau mati. - Jeon Jungkook