2 - Drunk

65 8 0
                                    

Aku membuka mataku, memicingkannya karena ada sorotan cahaya yang menusuk mataku. Ah.. jam berapa sekarang ini, aku lalu membuka mataku sempurna. Kulihat langit-langit kamar yang sama sekali berbeda dengan kamarku. Aku beberapa kali mengedipkan mataku, meyakinkan kalau aku sudah bangun.

Oh shit! Ini bukan kamarku!

"Ah!" teriakku langsung terduduk, aku melihat kearah badanku "Aku tidak telanjang..?" aku lega melihat pakaianku yang masih rapih seperti semalam.

Aku lalu terkejut saat pintu tak jauh dari ranjangku terbuka, aku langsung menarik selimutku menutupi tubuhku. Kulihat disana, pria yang menghadapku melihat dengan tatapan biasa. Jung Wonwoo...

"Kau sudah bangun?" tanyanya lalu menghampiriku.

Menurutmu bagaimana, mataku sudah terbuka atau belum?

Disisi lain hatiku bergetar, bagaimana dia bisa segampang itu menunjukan wajahnya setelah pergi dari kehidupanku kemaren. Kenapa harus pria ini yang berbicara denganku, harusnya dia mengerti bagaimana sulitnya aku melupakannya.

Yah, walaupun baru sehari, rasanya sesak sekali bila bertemu dengannya lagi. Bagaimana ya, perasaanku sekarang bercampur aduk dan kurasa rasanya keruh dan pahit. Aku disini, berada didalam apartemennya yang besar, bahkan kami saling berhadap-hadapan.

Aku menelan ludah "Bagaimana bisa aku disini?"

"Jelas aku yang membawamu Nana-Ah.." dia duduk disampingku "Aku sudah pernah bilang, kau jangan mabuk dengan orang asing.." ia maraih tanganku.

Saat ia menyentuh tanganku, secepat mungkin aku menarik tanganku menjauh. Aku mendongakan kepalaku keatas, berusaha menahan tangis sebisa mungkin. Aku, aku tidak akan menangis.

Bohong, kenyataannya mataku sudah tergenang dan pipi ini mulai basah.

Aku mengibas wajahku "Aku gak bisa nahan, maaf" kataku lalu menutup wajahku.

"Kim Nana, maafkan aku" katanya lalu mendekapku. Kurasakan detak jantungnya yang menggema ditelingaku. Bagaimana bisa dia mendekapku seperti ini..

Aku lalu mendorong dadanya "Jangan lakukan ini" aku mengelap wajahku dengan punggung tanganku "Kau membuatku semakin sakit"

Dia lalu menghela nafas berat "Kau tau kan aku hanya cinta kepadamu?"

Omong kosong, lalu kenapa kau memutuskanku?

"Aku tidak bisa menolak permintaan orang tuaku, kau tau lah.." tambahnya lagi.

Aku tau, kau adalah pria yang bertanggung jawab. Tapi, tidak bisa kah kau pertimbangkan lagi pada Aboji mu itu, bilang padanya bahwa aku adalah kekasihmu selama tiga tahun belakangan ini.

"Gwenchana" aku tersenyum getir.

"Jangan begitu, aku sudah paham dirimu Nana-Ah.."

Memang, aku tidak bisa berbohong. Kebohonganku selalu tertebak olehmu, kau selalu bilang kalau aku ini buruk sekali dalam berbohong, kau memang mengenaliku, Jung Wonwoo

"Lalu.. kapan kau akan menikah?" aku memberanikan diri bertanya seperti itu.

Gila! Kim Nana, kau harus tau kalau hatimu tidak terbuat dari baja!

"Bulan depan" jawabnya yang membuat mataku membulat terkejut.

Bulan depan? Dia bercanda, itu sangat cepat. Mendengarnya, hatiku jadi bergetar lagi, seperti ada ribuan jarum yang menusuknya, dan rasanya begitu perih. Aku bisa menahan rasa sakit di hatiku.

Tapi tidak untuk air mataku, kuakui aku adalah perempuan cengeng.

"Uljima.. Nana-Ah.." ia mengusap pipiku dengan tangannya itu. (Jangan menangis)

"Ya.. berhenti berbuat aneh" kataku kembali menepis tangannya "Kau memutuskanku tapi bertindak seolah-olah aku pacarmu, apa kau waras?" aku lalu bangkit dan berdiri.

"Maafkan aku, aku tidak bisa melihatmu menangis" dia menunduk pasrah.

Tapi kenyataannya kau yang membuatku mennagis sekarang.

Aku membenahi pakaianku "Pokoknya.. terimakasih banyak, sudah menolongku" aku membungkukan badanku sedikit lalu pergi dari kamarnya.

-

Satu bulan lagi? Laki-laki itu akan menjadi milik orang lain, ini lucu sekali. Rasanya semuanya seperti mimpi, aku yang mengenalnya selama tiga tahun kalah oleh gadis yang hanya mengenalnya.. mungki sebulan kurang.

Miris.

Inilah hidupku, terlihat menyedihkan dihadapan semua orang. Dua hari yang lalu aku masih memilikinya, aku masih bisa memeluknya atau memukulnya sesukaku, sekarang tidak lagi, melihatnya saja sudah membuatku sesak nafas sampai ingin mati rasanya.

Aku menghela nafas berat nan panjang, ini kesialanmu Kim Nana. Aku merogoh jaketku, ah.. ternyata masih ada. Kukira ponselku akan terjatuh dari jaketku ini, ya.. dewi fortuna masih berada dipihakmu lah.

Aku membuka ponselku sebentar, tidak ada hal penting.

Ting!

Woo: Hati-hati dijalan..

Heart? Bahkan aku belum mengganti namanya diponselku.

Kenapa dia harus begini, membuat aku terus-terusan berharap. Bagaimana bisa aku melupakannya kalau sikap dia begini, berubah-ubah sepanjang waktu, membuatku stress dan hampir gila.

Sebenarnya.. apa yang terjadi semalam. Kenapa bisa aku berada di apartemen Won Woo? Bagaimana bisa aku mendarat disana, lucu bukan.. seperti ada hantu yang membawaku. Jujur saja, Da Mi bilang aku benar-benar menggila saat mabuk. Semoga aku tidak melakukan hal gila. Dan.. aku tidak pernah ingat apapun.

Aku membuka kembali ponselku, lebih tepatnya membuka daftar panggilan.

"Mwo!" aku menutup mulutku saat melihat daftar panggilan, hanya berisi nama Wonwoo semua! Ah, gila-gila!

Kenapa aku menelfonnya? Sialan!

Aku memukul-mukul kepalaku kesal "Kim Nana! Ingatlah sekali saja, apa yang kau katakan.." rutukku kesal.

Aku pasti meracau sembarangan, bicara kesana kemari tak jelas sehingga aku bisa ada di apartemen Won Woo seperti tadi. Kuharap ini tak akan terjadi lagi, melihat wajahnya saja sudah membuatku sesak. Rasanya ingin berteriak dan menangis namun tidak bisa.

Aku tidak mengerti.

Drrtt...

Ahjumma!!!

.

.

.

.

.

Sebenernya gue itu gak bisa bikin judul chapter wkwkwk.

ngasal aja deh.

chapter ini pendek banget menurut gue, nikmati sajalah karena aku lelah.

maklumin kalau ada typo.

Vote juseyo sayang!


-Kim Nana

Pacarnya mas Jungkook.

Winter Jeon - JJKWhere stories live. Discover now