hujat saja saya gaes.
hehehehe---
-
Aku melihat diriku didepan cermin, dengan baju yang kubeli lusa kemaren. Aku benar-benar sangat berbeda, ini tidak terlihat seperti Kim Nana. Aku tidak mengerti, kenapa aku terlihat berubah drastis begini. Aku tak percaya.
Kebetulan yang bagus, Dami sekarang sedang bersamaku. Kemaren dia baru saja pulang dari Busan dan mendapat cuti beberapa hari karena kerja kerasnya itu, dan yang lebih menyenangkan dia tidak jadi pindah, hanya saja harus bolak balik dari Busan ke Seoul, aku tau itu pasti sangat lelah.
Saat dia kembali kesini, kuceritakan padanya bahwa Wonwoo akan menikah. Tentu saja dia nampak syok, lebih syok saat dia tau kalau aku bukanlah pengantin perempuannya. Dia tak menyangka bahwa aku bakal ditinggal nikah oleh pacarku yang telah bersama selama kurang lebih tiga tahun.
Dami lebih sedih bahkan sampai menangis saat tau aku selalu memikirkan Wonwoo sampai menangis. Entah berapa tissu yang dia pakai untuk menaruh ingusnya itu, intinya Dami benar-benar terlihat kesal dan juga iba terhadapku. Aku memang tau, dia sangat mengerti perasaanku.
Dami betul-betul paham apa yang kurasakan sebelumnya, walaupun dia tidak pernah ditinggal menikah sepertiku. Malahan, Dami sudah berecana akan menikah dengan kekasihnya tahun depan, tidak kusangka sahabatku akan meninggalkan masa lajangnya itu dengan kekasih yang sudah dijalin selama satu tahunan lebih.
Rencananya sih begitu. -Dami
Sekarang Dami disini, dia merias wajahku entah bagaimana. Dia yang lebih mengerti kecantikan daripadaku, aku seperti wanita yang buta akan alat-alat make-up seperti ini. Aku bahkan ragu, apakah aku ini perempuan tulent? Bagaimana bisa aku tidak tertarik pada make-up diumurku yang sudah cukup? Apakah aku telat puber?
Dami sangat mengerti tentang make-up, tentu saja. Dia adalah pekerja dibalik meja yang harus terlihat cantik didepa banyak orang. Berbeda dengan diriku yang bisa dibilang pekerja kasar, aku hanya seorang pelayan di restoran yang pastinya selalu berkeringat dan lelah, tak ada waktu untuk berdandan.
Aku memejamkan mataku, kurasakan Dami mengoleskan sesuatu dikelopak mataku yang kecil ini. Entah namanya apa, aku tidak begitu hafal. Rasanya sedikit geli, dan sedikit mengganjal dimataku. Aku benar-benar tidak tau apa yang dia pakaiakan padaku sekarang.
"Yeuppuda.." katanya, membuat aku membuka mataku yang terpejam.
Kulihat diriku dengan riasan mata begitu cantik, aku mengedipkan mataku beberapa kali. Mataku kenapa bisa terlihat hidup ya? Ini bagus sekali, riasan coklat yang tidak begitu tebal di mata, aku menjadi senang.
Dami lalu mengoleskan bubuk apa entah dipipiku ini, warnanya yang peach begitu menyatu di pipiku ini. Pipiku terlihat merona tapi tidak begitu tebal, benar-benar pas di wajahku. Dami benar-benar pandai dalam merias wajah, tentu saja dia sahabatku.
"Ige.. jinjja na ya?" tanyaku ragu, sembari menaruh beberapa helai rambut dibelakang telingaku. (Ini.. beneran aku?)
"Tentu saja ini kamu, Kim Nana yang cantik" pujinya yang membuatku terbang ke langit.
Aku hanya mengulum bibirku malu, sementara dia hanya berdecak sembari menggeleng-gelengkan kepalanya itu.
Lalu Dami mengoleskan liptint bewarna merah terang, namun dia hanya mengolesnya tipis. Dan dipadukan dengan liptint bewarna peach agar bibirku tidak terkesan tua dan nampak fresh untuk dipandang.
Aku memejamkan mataku lagi, kurasakan Dami mengoleskan maskara di bulu mataku ini. Iya, aku tau alat make-up ini. Dami pernah cerita waktu itu, dan aku tak lupa sampai sekarang.
YOU ARE READING
Winter Jeon - JJK
FanfictionHey, Jeon Jungkook! Bolehkah aku menyentuhmu? -Kim Nana Jangan menyentuhku, kau bisa saja terluka-atau mati. - Jeon Jungkook