I'am With You, Davie

2.7K 52 0
                                    

Monitor EKG masih menunjukkan garis bergelombang. Selang-selang obat juga masih mengelilingi tubuhnya. Bibirnya yang merah berubah pucat. Davie masih belum sadarkan diri sejak kecelakaan sebulan yang lalu.

"Dav, kamu nggak mau bangun? Kamu nggak kangen sama aku?" Setiap hari ucapan itu selalu aku lontarkan meski aku tahu Davie tidak akan pernah menjawab.

Lebih baik aku melihat Davie yang posesif dari pada Davie yang terbaring lemah di rumah sakit.

"Dara, jangan makan junk-food mulu."

"Dara, kalau mau pakai rok harus di bawah lutut 10 cm. Jangan membantah!"

"Kalau kamu kerja kelompok, ada cowoknya, aku ikut."

"Jangan pernah lirik cowok lain selain aku dan tokoh fiksi di novel kamu."

Aku menggenggam tangannya. "Lihat aku yang sekarang, Dav. Aku selalu makan makanan yang sehat. Aku selalu memakai rok di bawah lutut. Aku juga ngga pernah mikirin cowok lain selain kamu. Aku—"

"Dar." Panggilan itu memotong pembicaraanku. Aku menghapus air mataku, lalu menoleh ke belakang.

Gea menghampiri dan memelukku. "Semua selang-selang yang ada di tubuh Davie harus dicabut, Dar. Selang-selang itu hanya membuatnya tersiksa. Lo harus ikhlasin Davie, Dar. Dia nggak mau lihat lo semakin buruk."

Aku langsung melepaskan pelukan Gea, beralih menangis dalam pelukan Davie. "Nggak, Dav. Kamu nggak boleh pergi. Kamu harus kuat. Aku akan terus doakan kamu. Kamu harus bangun, Davie. Bangun, Davie...."

Saat aku meraba wajahnya, pipinya basah. Davie menangis. Seketika aku merasakan apa yang Davie rasakan. Sakit, perih, dan hancur. Aku merasa bersalah menyiksa Davie dengan selang-selang di tubuhnya. Memaksanya untuk tetap bertahan hidup untukku. Sekarang aku sadar, takdir menolak itu.

"Ge, gue udah ikhlas. Dokter boleh cabut selang-selang itu sekarang."

Sekarang monitor EKG sudah menunjukkan garis lurus. Detak jantungnya sudah berhenti.

"Ada 3 hal yang paling aku sukai di dunia. Matahari, bulan, dan kamu. Matahari untuk siang. Bulan untuk malam. Dan kamu untuk selamanya."

Kamu juga selamanya ada di hatiku, Dav. Selamat jalan, Davie. Aku mencintaimu.

Tere LiyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang