Apa yang kalian pikirkan tentang satu kata ini?
Hujan.
Siapa yang mencintai hujan?
Apa alasanmu mencintai hujan?
Aku juga punya alasan untuk mencintai hujan.
Mencintai hujan, sama halnya seperti aku mencintaimu.
Aku suka melihat kamu bermain hujan di halaman rumahku.
Setiap hujan turun, kamu selalu memanggil namaku. Mengajakku bermain bersamamu, juga bersama hujan.
Aku iri. Aku iri setengah mati dengan hujan yang selalu menjadi penyebab kamu tersenyum.
Dan, ada yang aku pelajari tentang hujan. Waktu itu, kamu pernah bilang padaku.
"Coba tutup mata kamu, rentangkan tanganmu. Dan... ucapkan satu harapan kamu. Kamu tahu? Tuhan juga akan mengabulkan permintaan hamba-Nya saat hujan turun."
Karena hujan, aku telah menemukan cintaku.
Sesosok gadis cantik dan manis yang selalu datang padaku saat hujan turun. Gadis pecinta hujan. Dia... Reina.
Setelah membaca ulang tulisannya yang baru saja dia tulis, Dilan tersenyum geli. Bukan karena tulisan tersebut, tetapi karena bayangan Reina berlarian di benak Dilan.
"DILAN...! INI REINA!"
Teriakan sosok itu terdengar dari bawah. Segera Dilan membuka gorden kamar. Begitu menangkap tingkah laku Reina menari bersama hujan, senyum Dilan terukir.
Gadis berambut panjang itu melambai-lambaikan tangan ke arah Dilan, lantas diayunkan seakan mengajak. Dia berseru, "Sini, Dilan!"
Kemudian Reina merentangkan tangan, memejamkan mata dengan kepala didongakkan ke atas. Mengizinkan tiap-tiap rintik hujan menciprati wajahnya.
Ah, Reina sangat mencintai hujan. Dia menggemari gumpalan pekat awan, si supir pengantar hujan. Dia menyukai suara yang ditimbulkan hujan kala berjatuhan ke bumi. Dia meminati aroma aspal setelah tersiram hujan. Dia menyukai semua hal tentang hujan. Reina selalu bilang, hujan membuat dirinya lebih baik daripada sebelumnya.
Terlebih lagi Dilan. Lelaki itu merasa beruntung ketika bulan November tiba, yakni bulan hujan. Dimana Reina akan selalu datang ke padanya.
Tak lama kemudian, dengan menggenggam gagang payung, Dilan menghampiri gadis itu. Kini, payung itu melindungi mereka berdua.
Reina mendongak, menatap Dilan karena tinggi mereka tidak senada. Reina berucap, "Kenapa kamu selalu membawa payung saat bertemu denganku? Kamu membenci hujan?"
"Aku hanya ingin kamu terbiasa tanpa hujan. Aku takut suatu hari nanti kamu tidak akan datang lagi... kalau hujan sudah berhenti membasahi bumi," ungkap Dilan.
Mendengar itu, Reina membebaskan payung tersebut dari genggaman Dilan. Tak memedulikan payung itu terjatuh. Lekas Reina mendekap Dilan, erat. "Semua akan baik-baik saja," lirihnya.
GLUDUK!!!
JEDER...!Bunyi-bunyi tersebut mengakibatkan dekapan Reina semakin erat.
Aku selalu menitipkan harapan yang sama ke dalam berjuta rintikan hujan yang turun, Rein. Aku hanya ingin kamu.
●●●
"Yah... hujannya sudah berhenti," eluh Reina sembari memanyunkan bibir. Gemas, Dilan mencubit hidung Reina sampai merah. "Dilan!" cicit Reina kesakitan.
![](https://img.wattpad.com/cover/101729447-288-k793945.jpg)