"Pian. Apa kabar?"
"Ada apa, Lan?"
"Aku rindu."
"Lalu?"
"Aku ingin memperbaiki kesalahanku, Pian."
"Tidak. Itu bukan salahmu. Memang sudah waktunya kita berakhir."
"Tapi aku masih ingin bersamamu."
"Itu bukan perasaan dari hati, Lan. Kau hanya merasa bersalah saja kan?"
"Pian.., maaf. Tapi aku ingin memperbaiki kata kita diantara aku dan kamu."
"Kenapa waktu itu kamu pergi, Lan?"
"Aku membiarkan kamu berlari di belakangku. Sementara aku terus mengejar dia yang entah sedang apa di depanku. Maaf."
"Tidak apa apa. Seharusnya aku tidak berlari di belakangmu. Agar ketika aku mulai lelah, berdiam diri, lalu pergi. Kamu tidak melihat jejak yang kutinggalkan di belakangmu."
"Aku menyesal, Pian."
"Semua sudah berakhir, Lan. Pertemuan kita sudah berakhir. Mungkin saja di depanmu nanti akan ada pertemuan yang lebih baik dan kamu sudah lebih dewasa. Ketika waktu itu datang. Jangan lihat jejak di belakangmu. Itu hanya akan membuatmu tersesat."
"Terimakasih, Pian. Maaf, aku pernah menyakitimu. Maaf aku bukan yang terbaik."
