"PUTRI ELENA, KEMBALILAH," teriak salah satu prajurit yang berlari mengikuti jejak gadis bergaun putih itu. Beberapa prajurit menunggang kuda agar tidak kehilangan jejak.
Sementara seorang putri bernama Elena itu terus berlari sekuat tenaga. Ia tidak takut, mereka tidak akan memanah ataupun menusuk Elena dari belakang, jika itu terjadi mereka tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.
Namun semakin lama napasnya semakin memburu. Rasanya sudah tidak kuat lagi untuk berlari. Kakinya mulai melemas. Hingga ia menemukan sebuah semak-semak. Ia tidak yakin bisa melompat karena sangat tinggi. Namun akhirnya ia memberanikan diri. Alena memejamkan matanya lalu mengangkat gaunnya dan langsung meloncat.
Yap. Berhasil.
Hosh! Hosh! Hosh!
Deru napasnya tak beraturan milik para prajurit. Ia mendengar para prajurit itu masih mengejarnya. Namun ia sangat yakin mereka tidak akan menemukannya.
"Sial! Dimana gadis itu?" umpat salah satu prajurit yang menunggang kuda. Matanya melihat ke arah sekitar.
"Ia menghilang, Greg. Aku yakin ia sudah masuk ke dalam jurang."
"Kau gila hah? Jika itu terjadi kau dan keluargamu akan dibunuh!"
"Sial! Kita harus menemukannya sekarang," ucap prajurit lainnya. Setelah beberapa lama suara jejak kaki mereka mulai menghilang. Elena melihat mereka berlari menuju jurang.
Akhirnya, Elena dapat bernapas lega sekarang dengan napas yang masih memburu. Ia terdiam sejenak untuk menetralkan jantungnya.
"Apa yang harus aku lakukan sekarang? Kalau aku tetap disini, cepat atau lambat mereka akan menemukanku," gumannya dalam hati.
Lalu, dengan tenaga yang tersisa, Elena kembali melanjutkan langkahnya sejauh mungkin dari tempat itu. Namun, tiba-tiba ia terdiam sejenak. Ia merasa ada yang memberatkan bagian atas kepalanya. Iya, ada sebuah mahkota yang ia pertahankan saat berlari tadi. Karena mahkota itu ia sulit berlari dengan cepat.
"Cih! aku bukan seorang putri kerajaan." Elena melempar mahkota itu kesembarang arah lalu kembali melangkah dengan kaki sedikit pincang.
Elena terus melangkah dan melangkah hingga matanya menatap tak percaya pada tempat luas dihadapannya. Sebuah danau yang sangat luas disinari oleh ribuan kunang-kunang. Melihat itu, rasa lelahnya mulai memudar, ini sungguh menakjubkan. Ia duduk di tengah kerumunan kunang-kunang.
"Bagaimana menjadi sepertimu? Apa menyenangkan?" ucapnya sendiri pada salah satu kunang-kunang yang tiba-tiba singgah di jari telunjuknya.
Ia tersenyum. Rasa suntuknya seperti terobati melihat pemandangan seperti ini.
"Bagaimana bisa seorang putri kerajaan sampai kesini hah?"
Suara itu membuat Elena menoleh. Elena bisa tidak melihat dengan jelas siapa yang berjalan menghampirinya, tapi ia tahu bahwa orang itu adalah seorang lelaki dari cara berpakaiannya. Elena terhenyak beberapa saat lalu ia beranjak bangun dan mulai menjauh. Apa lelaki itu adalah salah satu prajurit yang mencarinya tadi?
"Aku tidak akan kembali ke tempat itu!"
Lelaki itu berjalan semakin dekat. Matanya berwarna biru terang. Seperti tersihir, Elena benar-benar tidak bisa berpindah tempat. Ia seperti patung sekarang.
"Hei! Apa yang terjadi padaku?" ucap Elena yang terus memberontak tetapi bukannya menjawab, lelaki itu menyelipkan rambut Elena yang berantakan di telinganya. Lalu, ia taruhkan sebuah mahkota di atas kepalanya.
"Tidak baik seorang putri kerajaan membuang mahkotanya. Itu sama saja kau menjatuhkan harga dirimu, Ratu Elena."
"Aku. Bukan. Seorang. Ratu," ucapnya penuh penekanan.