Gone

964 24 0
                                    

Naya

Ku baringkan tubuhku lalu ku pejamkan mataku. Dalam hatiku kupangil namamu. Arkan. Ku harap kamu mengdengar itu.

Beberapa hari ini aku merasa ada yang aneh darinya. Dia terus berusaha menjauhiku. Dia seperti membakar jembatan untuk menciptakan jarak. Ini terjadi setelah insiden itu.

Rasanya begitu sakit melihat dirinya dari kejauhan. Aku merindukannya. Hanya ingin merasakan pelukannya. Rasanya aroma tubuhnya masih melekat pada tubuhku. Aku merasakan kesendirian sekarang, Arkan. Dia seperti tidak memberiku kesempatan.

***

Author

Naya berdiri di dermaga sambil memegang payungnya. Dia merentangkan tangan kanannya, meraba setiap rintikan hujan yang turun. Dingin. Seperti karakter Arkan yang sekarang. Dia berubah.

"Nay, jangan main hujan-hujanan. Ayo, pulang!"

"Kenapa?"

"Karena aku gamau lihat kamu sakit."

"Kalau gitu kita sakit bareng-bareng aja." Naya membawa Arkan menemui hujan. Dan mulai bermain dengan hujan. Mereka tertawa bersama, bermain kejar-kejaran, loncat-loncat, dan Arkan menggendongnya sampai ke rumah sambil bernyanyi.

Tak sadar air matanya mulai mengalir mengingat kenangan itu.

"Apa sekarang lu udah sadar, Nay?"

Suara itu membuat Naya menoleh ke belakang.

"Kita cuma sahabatan, Nay. Gue harap lu lupain perasaan lu. Itu cuma buat hati lu sakit dan persahabatan kita hancur."

Naya membiarkan payung itu terbang ke pantai lalu dia menghampiri Arkan. "Kenapa lu ngga pernah kasih tahu gue dari awal? Seenggaknya gue bisa menjauh dari lu detik itu juga, Kan."

"Hubungan gue sama Kyra itu ngga penting lu ketahui."

Hatinya hancur detik itu juga. "Jadi sepenting apa gue buat lu, Kan? Apa gue cuma orang asing di hidup lu? 15 tahun gue kenal lu, Kan!" Dengan mati - matian Naya menahan air matanya jatuh. Dia tidak sanggup lagi menahannya. Dia berjalan cepat meninggalkan Arkan.

"Naya!"

Naya berhenti tetapi tidak menoleh ke belakang.

"Pake payung ini, nanti lu sakit."

Naya menoleh. "Ngga perlu, Kan. Hati gue udah sakit. Ngga perlu di lindungi lagi dengan payung lu itu."

Naya merasakan ada yang menarik tubuhnya ke dalam pelukan. Pelukan yang hangat, Naya tidak bisa menolak pelukan ini. Tetapi dia tidak boleh bertahan dalam pelukan orang yang sudah mempunyai kekasih. "Gue gabisa lihat lu pulang dalam keadaan seperti ini, Nay. Gue sayang sama lu. Lu sahabat gue, Nay."

Sahabat? Naya langsung melepaskan pelukan itu dengan kasar. "Cukup, Kan. Udah cukup lu jadi hujan di hidup gue. Gue ngga mau lu jadi pelangi di hidup gue. Tenang, gue akan pergi. Gue ngga akan ganggu hidup lu lagi."

Tere LiyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang