Percakapan Manis Di Ujung Senja

144 6 0
                                    

"Kak Rudy."

"Hm."

"Hara suka kakak."

"Sudah tahu."

"Hara sayang kakak."

"Kamu ini kenapa?"

"Aku akan pergi. Entah kapan pulangnya."

"Yasudah pergi saja."

"Jahat!"

"Nanti aku akan mencarimu pakai peta dan teropong ajaibku."

"Memangnya bisa?"

"Coba saja kamu pergi. Mata dan pikiranmu tetap tertuju padaku kan."

"Nggak tuh. Sok tahu."

"Yasudah kamu pergi sana. Aku tidak akan mencarimu."

"Ini lebih sadis."

"Kamu sendiri nanti yang pulang. Tapi aku sudah bersama wanita lain."

"Kamu ini benar-benar jahat!"

"Memang. Selama kamu pergi, aku akan ditemani mannequin yang mirip denganmu."

"Kamu samakan aku dengan patung?"

"Iya, saat kamu disana, kamu pasti seperti patung berjalan."

"Kak Rudy, Hara serius. Kak Rudy jangan pergi ya."

"Jelas-jelas kamu yang pergi, Ra."

"Jangan lupain Hara."

"Bagaimana bisa lupa? Disana kamu pasti memikirkanku lalu aku akan terus bermimpi tentangmu."

"Hahahaha."

"Jangan ketawa!"

"Kenapa?"

"Nanti malam kamu yang mimpi tentangku."

"Tidak apa-apa."

"Nanti kamu nggak jadi pergi."

"Kamu ngusir aku?"

"Aku sayang kamu."

"..."

------------------------------------------------------

"Parah."

"Apanya?"

"Aku."

"Kenapa?"

"Rindu Hara."

"Terus Hara harus apa?"

"Pulang."

"Nanti."

"Kapan?"

"Tunggu Kak Rudy nemuin Hara di peta dan teropong ajaib."

"Susah."

"Katanya ajaib."

"Kamu yang lebih ajaib."

"Kenapa?"

"Petanya suruh aku jalan cuma sampai depan pintu."

"Loh?"

"Katanya biar kamu saja yang pulang."

"Kalau tidak mau?"

"Tidak mungkin."

"Kenapa?"

"Karena Hara janji akan pulang."

"Yasudah Hara akan pulang."

"Kapan?"

"Nanti lah kalau sudah jadi sarjana."

"Yah... penonton kecewa."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 14, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Tere LiyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang