Chapter 3 : Crazy CEO

11.4K 408 9
                                    

Anna POV

Aku tak percaya ini, papa memecatku? Apa aku telah melakukan sebuah kesalahan? Aku tak mengerti.

"Eh, bukan seperti itu princess, tidak mungkin lah Papa memecat kamu"

"Terus?" Tanyaku bingung.

"Mm.. supaya kamu dapat banyak pengalaman jadi Papa akan memindahkan kamu ke perusahaan teman Papa."

"Tapi Pa, aku sudah nyaman bekerja sebagai sekretaris Papa."

"Sayang, ini demi kebaikkan kamu loh," Ucap mama.

Aku bertanya-tanya dalam hati, ada apa gerangan yang membuat mama dan papa memutuskan seperti ini.

"Yaudah deh Ma, Pa," Ucapku pasrah.

"Tapi perusahaannya dimana Pa? Aku kan belum pernah ke sana. Bahkan, aku belum melamar pekerjaan juga disana," Lanjutku.

Papa dan mama terkekeh sebentar, "Papa sudah mengurus semuanya. Kamu hanya perlu datang, keruangan CEO and done!" Jawab papa.

"Oh iya, kamu perginya diantar Pak Hendra aja ya!" Sambung papa yang hanya aku balas dengan anggukan.

"Yasudah, aku berangkat dulu ya. Bye Mom, bye Dad."

----------

Aku memandang gedung kantor ini dari atas kebawah. Gedungnya sangat tinggi dan besar, mirip dengan kantor papa.

Aku masuk menuju mbak-mbak receptionist yang berada di lobby.

"Permisi mbak, ruangan CEO berada di lantai berapa ya?"

"Maaf, apakah anda sudah membuat janji terlebih dahulu?"

"Ehm, sudah. Saya Anna Xavier Harris."

Dia tampak kaget dan mengamatiku dari bawah sampai atas.

"Baiklah, mari saya antar."

---------

Devan POV

Aku sedang sibuk menandatangani berkas-berkas. Menjadi seorang CEO itu bukan lah hal yang mudah bagiku. Tetapi, aku sudah terbiasa.

'Tok tok tok'

'Siapa sih? Ganggu saja,' Ucapku dalam hati.

"Masuk!" Sahutku.

"Permisi pa-"

"Ada apa?" Tanyaku ketus. Aku paling malas kalau ada yang mengangguku yang sedang bekerja.

"Emm, ss-saya membawa Anna Xavier Harris, Pak," Ujarnya dengan nada dan wajah yang takut.

"Suruh dia masuk!" Perintahku.

Seorang wanita dengan kemeja selengan dan rok cokelat diatas lutut masuk keruanganku.

Surprisingly, dia adalah orang yang menabrakku kemarin. Dunia begitu sempit ya.

"Kamu boleh keluar Cil!" Ucapku tegas. Cillia adalah seorang receptionist di kantor ini.

"Ba-baiklah, saya permisi, Pak." Cillia keluar dari ruanganku, sedangkan wanita yang bernama Anna terlihat sedikit gugup.

"Jadi kamu anaknya Om Luis?" Tanyaku.

"Ehh, i-iya pak," Jawabnya gugup.

"Kamu takut dengan saya?" Tanyaku lagi.

"Iya, ehh- engga, Pak."

Dia memukul-mukul jidatnya. How cute!

Aku berjalan mendekatinya sampai jarak kami kurang dari sejengkal. Aku bisa merasakan nafasnya yang tidak beraturan. Ya, dia takut. Sangat takut. Dia hanya menunduk memandangi heelsnya.

"Jadi kamu beneran takut sama saya?" Tanyaku jahil.

"ENGGAK!" Jawabnya tegas, tetapi dia masih memandangi heels hitamnya itu.

"Yakin?" Aku memajukkan satu langkahku dan memperdekat jarak kami, tetapi dia juga mundur satu langkah.

"Iya!" Tegasnya, dia masih memandangi heels hitamnya.

Aku semakin maju dan maju hingga tubuhnya menabrak pintu ruanganku.

----------

Anna POV

This is insane! CEO macam apa yang seperti ini? Ah, yang benar saja! Masa papa menjadikanku sekretaris dari CEO gila ini sih!

Kedua tanggannya mengunci tubuhku rapat dan tubuhku pun menengang.

Dengan berani aku menaikkan wajahku yang tertunduk hingga kini kami saling bertatapan.

But wait, wajahnya tidak asing bagiku. Aku mulai berfikir keras. Siapa dia? Aku menyipitkan mataku sembari menatap wajahnya dan berusaha mengingat.

"Masih mengagumiku, heh?"

Kata-kata itu! Kata-kata itu sangat familiar!

"Kamu!!" Pekikku.

Dia melepaskan tangannya yang mengunciku dan berjalan mundur. Dia mengangkat alisnya sebelah. Tak bisa ku pungkiri, dia terlihat sangat tampan!

"Oke, mulai hari ini kamu bekerja disini sebagai sekretaris plus asisten pribadiku mau di kantor ataupun di luar kantor!"

"What?? Are you crazy? Tetapi kata papa, aku hanya bekerja sebagai sekretaris!"

"Tak ada bantahan, i'm the boss!"

"Ugh, dasar om-om kePDan, sombong lagi!" Umpatku pelan.

"I can hear you, Darling."

Aku memutar bola mataku malas. "Jadi di mana ruanganku?"

"Tepat di depan ruanganku, Darling."

Aku menghiraukannya dan langsung pergi ke ruanganku. Ternyata, ruanganku tidak terlalu buruk. Bahkan bisa dibilang bagus. Ruangannya luas dan bernuansa abu-abu dan hitam. Sangat minimalis.

Setalah itu, aku mulai mengecek schedule Pak Devan.

----------

'Tok tok tok'

Aku mengetuk pintu ruangan Pak Devan.

"Permisi, Pak."

Aku melihatnya yang sedang asik berkutik dengan laptopnya langsung menoleh kearahku.

"Jadi kamu belum apa apa udah kangen sama saya?" Ucapnya PD.

Untuk kedua kalinya, aku memutar bola mataku malas.

"Gak usah kePDan! Saya hanya mau mengingatkan bapak kalau akan ada pertemuan dengan Rafles Corp 30 menit lagi!" Tegasku.

----------

Hello fellow!
How is it going?
I really hope you guys can enjoy this story, and don't forget to vomments!

P.S. Kritik dan saran sangat diperlukan!😆

Bad CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang