Chapter 4 : Mantan?

10.8K 366 9
                                    

Anna POV

Sebagai sekretaris aku harus ikut bosku dalam pertemuan bersama koleganya. Pertemuan kali ini berlokasi di restoran terkenal. Kami hanya memerlukan kurang lebih 20 menit untuk sampai di lokasi.

"Meja atas nama Lexus," Ucapku kepada seorang pelayan yang tak henti-hentinya menatap PakDevan dan mengabaikan perkataanku.

"Mbak?" Aku melambai-lambaikan tanganku tepat di depan matanya.

"Ehh- maaf, mari saya antar."

Tibalah kami di meja yang telah di pesankan. Tampaknya CEO dari Rafles Corp belum datang. Aku hanya manatap ke arah jalanan yang tampak ramai.

"Hai Dev, sorry telat tadi macet."

Sepertinya aku kenal dengan suara ini.

Aku menoleh dan tampaklah seseorang berjas hitam, aku pun melihat ke arah wajahnya. Aku sangat kaget, dia mirip sekali dengan Bryan, mantanku saat SMA. Laki-laki itu duduk di depan Pak Devan dan menatapku lekat-lekat. Apa dia beneran Bryanku dulu? I have no idea.

"Kenalin Bry, dia sekretarisku Anna," Ucap Pak Devan sembari menoleh ke arahku.

"Bryan Van Hassel." Dia menjulurkan tangannya dan tersenyum devil kepadaku.

oh shit, thats him! Bryan a.k.a my ex!

"Anna Xavier Harris."

Kami pun berjabat tangan.

"Sekretaris lo cantik juga Dev."

Seketika Pak Devan menatap Bryan dengan tatapan tajam.

----------

Author POV

Mereka pun akhirnya berbincang-bincang tentang proyek baru mereka, yaitu membangun sebuah hotel.

"Saya permisi ke toilet sebentar ya pak," Izin Anna yang di lanjutkan oleh anggukkan Devan.

5 menit kemudian Anna keluar dari toilet yang berada di lorong gelap.

"Hey, ANNA XAVIER HARRIS." tiba-tiba seorang pria berjalan mendekatinya yang tepat berada di depan pintu toilet.

"Ckk." Anna berdecak dan berjalan melewati pria yang di kenal dengan nama Bryan itu dengan santai.

"Heii, lepaskan tanganmu!" Bentak Anna saat tangannya tiba-tiba ditarik oleh Bryan.

Pria itu menatap mata Anna dengan intens. Ia memojokkan Anna ke tembok dan mengangkat kedua tanggan Anna ke atas kepalanya.

"Lepaskan Bryan!!" Berontak Anna.

Bukannya melepas, Bryan malah mengeratkan pegangannya pada tangan Anna. Anna pun hanya merintih kesakitan.

"Kamu makin cantik honey," Puki Bryan. "Dan sexy" Lanjutnya tepat di telinga Anna.

"Aww- lepaskan Bryan! atau aku akan teriak?" Ancam Anna.

"Easy babe." Bryan melepaskan tangan Anna, sedangkan Anna masih merintis kesakitan.

"You'll be mine, Anna!" Ucap Bryan dan berbalik pergi.

"Brengsek!" Pekik Anna dan kembali ke meja yang di tempati Devan. Tetapi anehnya tidak ada Bryan di sana.

"Maaf lama."

"Ya, tadi Bryan pamit pulang karena ada urusan mendadak."

Anna hanya ber'o'ria.

"Yuk, balik ke kantor!" Ajak Devan.

----------

Anna POV

Semenjak hari itu, aku tidak pernah bertemu lagi dengan Bryan.

'Kringggg..'

Telpon ruanganku berbunyi, sedangkan aku sedang bermalas-malasan bersender di kursi kebanggaanku. Dengan malasnya aku mengangkat teleponnya.

"Halo? Siapa ya? Kalo gak penting saya tutup nih, ganggu saja!" Ucapku kepada sang penelpon di seberang sana.

"Ehem.." Orang di seberang sana hanya berdehem.

"Oke, gak penting. Saya tutup, selamat tingg-"

"Saya Devan, bosmu. Apa kamu sudah lupa?"

Oh, really? You did a great jod Anna. Siap-siap dipecat.

"Wah, Pak Devan. Apa kabar pak? Baik?" Aku berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Sudah berani ya kamu, sampai bilang saya tidak penting!"

"Maaf Pak, tolong jangan pecat saya" Mohonku dengan suara yang ku lembutkan.

"Bawa berkas-berkas kerja sama kita dengan Rafles Corp ke ruangan saya! SE.KA.RANG!"

"Baik pak!"

Dengan perasaan dag-dig-dug-sir aku mengetuk pintu pak bos dengan beberapa berkas di tanganku.

"Permisi Pak, ini berkas-berkas yang Bapak minta," Ucapku sembari jalan mendekatinya.

Dia mengambil berkas-berkas itu dan membukanya, sedangkan aku hanya berdiri dengan kedua tangan di belakang.

"Masih betah di ruangan saya?" Devan menaik turunkan alisnya.

"Ehmm, Pak saya ingin bertanya. Bapak kenal deket dengan Bryan?" Tanyaku dengan perasaan gugup.

Dia menaik turunkan alisnya untuk yang kedua kalinya.

"Tidak terlalu, apakah pertanyaan itu sebegitu pentingnya bagimu?"

Aku menggaruk kepalaku yang tak gatal.

"Eng- enggak kok," Jawabku sembari cengar-cengir.

"Oh iya, siapkan ruang meeting! Sebentar lagi kita akan meeting dengan Rafles Corp."

Degg...

----------

Hellow fellow,
Semoga suka ya sama ceritanya!
Don't forget to Vomments!^^

P.S. Kritik dan saran sangat di butuhkan! 😆

Bad CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang