Chapter 14 : Blushing

9.3K 313 4
                                    

Next? 70 votes! ~^^~

***


Author POV

Anna terbangun dengan hati yang berbinar pagi ini. Ia dapat merasakan kehangatan dalam pelukan Devan. Ya, semalaman mereka tertidur dalam posisi berpelukan. Sepertinya si raja es sudah dapat diluluhkan.

Dengan sangat hati-hati, Anna bangun dan duduk. Ia tidak mau membangungkan Devan yang masih tertidur dengan lelap. Anna memperhatikan sekelilingnya, berusaha mencari keberadaan tas kecilnya yang ia bawa semalam.

Anna sempat terkagum melihat pent house milik Devan. pent housenya terlihat sangat mewah dan elegan. Kamarnya pun beraroma maskulin.

Setelah menemukan tas kecilnya di atas meja dekat jendela. Ia langsung membuka dan mencari telpon genggamnya.

46 misscall from mom

52 misscall from dad

55 unread message from mom

78 unread message from dad

Anna tersadar kalau ia lupa menghubungi orang tuanya. Ia seratus persen yakin kalau mama dan papanya pasti sedang heboh mencarinya kemana-mana. Seperti yang kalian ketahui, orang tua Anna sangatlah protective terhadapnya.

Ia menepuk jidatnya dan menelpon mamanya. Anna pun tersadar kalau ia tidak sendiri di ruangan ini, masih ada Devan yang sedang tertidur. Perlahan, Anna bangkit berdiri dan berjalan keluar dari kamar Devan.

"ANNA? Sayang, kamu sedang apa? Dimana? Dengan siapa?" Cecar Cathleen—Mamanya Anna.

"Tenang, Ma. Anna sedang di pent house Devan. Kemarin Anna sedang ada urusan mendadak dengan Devan jadi Anna segera ke pent housenya, tapi Anna malah ketiduran," Jelas Anna

Ia berbohong karena ia tahu, kalau ia menceritakan sejujurnya tentang apa yang telah terjadi semalam, mama dan papanya pasti akan semakin protective terhadapnya.

"Kau telah membuat Papa dan Mama-mu ini tidak tidur semalaman, Anna."

"Astaga... maafin Anna yang tidak memberi kalian kabar terlebih dahulu."

"Yasudah, cepat pulang ya! Mama akan menghubungi Papa, dia masih sibuk mencarimu kemana-mana."

"Iya, Ma."

Anna menutup telponnya. Tiba-tiba ia dikagetkan oleh sosok Devan yang sedang berdiri dengan kedua tangan yang ia lipat di depan dada.

"Sudah bangun?" Tanya Devan dengan suara seraknya.

Dag dig dug

Jantung Anna berdetak dua kali lebih cepat dan pipinya memerah setelah mengingat kejadian semalam.

"Su-sudah," jawabnya terbata-bata.

"Kenapa pipimu merah? Apa kau sakit?" Dengan polosnya, Devan memegang dahi dan leher Anna untuk mengecek suhu tubuhnya.

"Ti-tidak." Anna mundur dan mengalihkan pandangannya.

"Apa kau lapar? Mau kubuatkan makanan?"

"Tidak, terima kasih. Aku akan pulang sekarang."

"Sekarang? Baiklah, akan kuantarkan."

"Tidak usah, aku akan naik taksi."

"Dengan wajahmu yang kucel, berantakkan dan ileran itu? Aku yakin supir taxinya pun tidak akan menerimamu masuk ke dalam mobilnya."

"Aishh.."

Devan menarik tangan Anna dan mengambil kunci mobil. Pada akhirnya, Anna pun diantarkan oleh Devan.

"Dev," panggil Anna.

"Hmm?"

"Apa kau mengingat sesuatu tentang semalam?" Tanya Anna dengan sangat hati-hati.

"Semalam? Tidak. Memang apa yang terjadi semalam?"

Huft... yang kau harapkan Anna? Agar dia mengingat kejadian semalam? Jelas dia tidak ingat, apa pentingnya dirimu baginya?

Anna menatap kosong jalanan dan menghiraukan pertanyaan Devan. Ia kecewa sekaligus sedih karena Devan sudah melupakan first kiss mereka.

Beberapa menit kemudian, sampailah mereka di depan rumah Anna. Anna masih cemberut dan sedih dengan alasan yang sama.

"Terima kasih atas semalam, aku pulang."

Anna beranjak keluar dari mobil, tapi tangannya dicekal dan ditarik Devan sampai tidak ada jarak diantara mereka.

"Jangan sedih, aku ingat kok," desis Devan.

"Ini kan?" Lanjut Devan.

Devan memiringkan wajahnya sampai hidung mereka bersentuhan. Anna sangat gugup, ia memejamkan matanya. Anna merasakan ada benda kenyal yang menyentuh bibirnya. Devan terus melumat bibir Anna dalam, sesekali ia memperdalam panggutannya dengan menekan tekuk Anna.

Dengan pipi yang bersemu dan jantung yang tidak karuan, Anna cepat-cepat keluar dari mobil dan berlari masuk ke dalam rumah.

"Anna, akhirnya kau kembali!" Cathleen yang sedang sibuk di dapur langsung berlari memeluk anak semata wayangnya itu.

"Anna? Ada apa denganmu? Kenapa pipimu sangat merah?" Tanya Cathleen yang baru saja menyadari pipi merah merona anaknya.

"A-ah, karena kena sinar matahari mungkin, Ma," bohongnya.

"E-em, Anna ke kamar ya, Ma," sambungnya.

"Iya, jangan lupa nanti malam akan ada pertemuan dengan keluarga calon suamimu."

Saat sampai di kamar Anna memegang bibirnya dan mengingat kejadian tadi di mobil. Ia sangat malu karena kebodohannya untuk bertanya pada Devan tentang kejadian semalam. Ternyata Devan mengingatnya.

"Ashhh, bodoh kamu, Anna!"

***

Haaaaaaaaaaaaaai, apa kabar kalian? Ceritanya semakin gaje ya? 3h3h3, maafkan author ya. Seperti biasa, author mau berterima kasih sama kalian semua yang selalu nyemangatin author kalau lagi bingung bikin cerita.

Terima kasih, Xièxiè, gamsahamnida, merci, danke, arigatô, grazie 😋🙏🏻

Bad CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang